PENDAHULUAN
Alhamdulillah puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Allah yang
maha kuasa atas karunia yang diberikanya penyusun dapat merampungkan
tugas pada mata kuliah Agama Buddha.
Jika kita tengok ke belakang, agama Budda lahir dari
perkembangan Agama Hindu, terutama dalam kehidupan syaramna timbulah
bermacam-macam filsafat, yang kemudian memecah Hindu weda ke adalam
berbagai Mazhab . yang dasar berpikirnya makin lama makin jauh dari
Weda mazhab tumbuh karena tidak puas dengan cara-cara lama serta
hakekat penyembuhan , yang dilakukan hanya mementingkan jasmani (nafsu)
Salah satu dari perembangan mazhab itu munculah mazhab baru yang
kemudian menjadi agama Buddha yang di bawa oleh Filsuf sidarta Gautama.
Demikianlah Buddhisme yang mula-mula muncul, yang pada awalnya hanya
merupakan sebauah mazhab, yang akhirnya menjadi agama dunia yangt meluas
k eke Nepal, Tibet, Mongolia, Korea, Jepang, Tiongkok, Sailan, Brima,
Siam, China, Indonesia, Dan Lain-lain.
Sejarah Korea
Sejarah Korea bermula dari zaman Paleolitik Awal sampai dengan
sekarang . Kebudayaan tembikar di Korea dimulai sekitar tahun 8000 SM,
dan zamanneolitikum dimulai sebelum 6000 SM yang diikuti oleh zaman
perunggu sekitar tahun 2500 SM. Kemudian Kerajaan Gojoseon berdiri tahun
2333 SM [2]. Baru pada abad ke-3 SM Korea mulai terbagi-bagi menjadi
banyak wilayah kerajaan.
Pada tahun satu Masehi, Tiga Kerajaan
Korea seperti Goguryeo, Silla dan Baekje mulai mendominasi Semenanjung
Korea dan Manchuria. Tiga kerajaan ini saling bersaing
secara ekonomi dan militer. Koguryo dan Baekje adalah dua kerajaan yang
terkuat, terutama Goguryeo, yang selalu dapat menangkis
serangan-serangan dari Dinasti-dinasti Cina. Kerajaan Silla
perlahan-lahan menjadi kuat dan akhirnya dapat menundukkan Goguryeo.
Untuk pertama kalinyaSemenanjung Korea berhasil disatukan oleh Silla
pada tahun 676 menjadi Silla Bersatu. Para pelarian Goguryeo yang
selamat mendirikan sebuah kerajaan lain di sisi timur laut semenanjung
Korea, yakni Balhae.
Silla Bersatu akhirnya runtuh di akhir abad ke-9, yang juga
mengakhiri masa kekuasaan Tiga Kerajaan. Kerajaan yang baru, Dinasti
Goryeo, mulai mendominasi Semenanjung Korea. Kerajaan Balhae runtuh
tahun 926 karena serangan bangsa Khitan dan sebagian besar penduduk
serta pemimpinnya,Dae Gwang hyun, mengungsi ke Dinasti Goryeo. Selama
masa pemerintahan Goryeo, hukum yang baru dibuat, pelayanan masyarakat
dibentuk, serta penyebaran agama Buddha berkembang pesat.
Tahun 993 sampai 1019 suku Khitan dari Dinasti Liao meyerbu Goryeo, tapi
berhasil dipukul mundur. Kemudian pada tahun 1238, Goryeo kembali
diserbu pasukan Mongol dan setelah mengalami perang hampir 30 tahun, dua
pihak akhirnya melakukan perjanjian damai.
Pada tahun 1392, Taejo dari Joseon mendirikan Dinasti Joseon setelah
menumbangkan Goryeo. Raja Sejong (1418-1450) mengumumkan penciptaan
abjadHangeul. Antara 1592-1598, dalam Perang
Imjin, Jepang menginvasi Semenanjung Korea, tapi dapat dipatahkan oleh
prajurit pimpinan Admiral Yi Sun-shin. Lalu pada tahun 1620-an
sampai 1630-anDinasti Joseon kembali menderita serangan dari (Dinasti
Qing).
1) GOGURYEO
GoguryeoGoguryeo dibangun oleh Jumong pada tahun 37 SM. Kelak namanya
menjadi Deomyeonseong of Goguryeo. kerajaan ini berdiri dengan
bersatunya 5 suku Jeolbon. Jumong menikahi anak pemimpin Jeolbon, So
Suh No. Ye soya (istri pertama Jumong) bersama yuri anak jumong kembali
ke Goguryeo dari Buyeo. So Suh No yang mengkhawatirkan kesempatan
anaknya untuk menjadi raja akhirnya mengalah dan pergi ke wilayah Korea
Selatan dan mendirikan kerajaan Baekje. Tahun 19 SM Jumong meninggal di
usia 40 tahun.Goguryeo mengalami banyak perang dan akhirnya menang
melawan dinasti Tang. Namun perlahan-lahan kerajaan ini meredup dan
tunduk di bawah Dinasti Shilla yang mendapat bantuan Dinasti Tang China
pada tahun 668 M. (Serial Saeguk: JUMONG)
2) BAEKJE
Baekjedidirikan oleh Raja Onjo (anak So Suh No) anak ketiga dari
Jumong dan So suh no pada tahun 18 SM. Baekje bersama Goguryeo dan
Shilla menjadi tiga kerjaan yang terkuat di daratan Korea. Sayangnya
tahun 660 SM, Baekje pun takluk di bawah Shilla. (next drama on
production: Onju and Biryu, MBC 2011)
3) SHILLA
Silla/ShillaKerajaan Silla berdiri karena bergabungnya beberapa suku
yang tergabung dalam Jinhan Confederacy tahun 57 SM. Di Shilla pengaruh
China tidaklah sebesar Goguryeo dan Baekje. Tahun ke-2 M, perkembangan
Shilla semakin kuat setelah berhasil menaklukkan Kerajaan kecil Gaya.
tahun 660 M, bersama panglima terkenal Kim Yu Shin, Shilla berhasil
menaklukkan dua kerajaan besar saingannya.( Serial saeguk: The Great
Queen seon Deok).
Kerajaan Shilla bersatu
di bekas wilayah kerajaan Goguryeo, dinasti Tang China mendirikan
sebuah komunitas, begitu pula di Baekje. Akhirnya Shilla melumpuhkan
Dinasti Tang dan mengusir mereka. Shilla diserang kembali oleh Dinasti
Tang tapi Shilla berhasil mengalahkan prajurit dinasti Tang dan
meresmikan berdirinya dinasti Shilla bersatu. Kejayaan Shilla
pelan-pelan runtuh tahun 780. Dua ratus enam puluh tujuh tahun kemudian
kerajaan Shilla bersatu pun benar-benar runtuh. (film the Restless
mengambil setting menjelang keruntuhan dinasti Shilla bersatu.
4) BALHAE
Balhae didirikan 30 tahun setelah Goguryeo runtuh dan didirikan oleh
mantan jenderal Goguryeo Dae Jo Yeong. Kerajaan ini menempati wilayah
Korea Utara. kerajaan ini akhirnya tunduk pada dinasti China Khitan Liao
pada tahun 926 M.
5) GORYEO
adalah kerajaan yang menggantikan kekuasaan Shilla di bumi Korea
tahun 936 M. Goryeo sendiri berasal dari kependekan dari nama goguryeo
dan nama inggris dari Korea. Dinasti Goryeo ini berhasil mengkodifikasi
hukum dan layanan masyarakat. Kerajaan ini berhasil bertahan hingga
tahun 1392 setelah dikudeta oleh Taejo Joseon yang mendirikan Dinasti
Joseon.
6) DINASTI JOSEON
Adalah dinasti terlama dan terakhir dari Korea. Tahun 1392 setelah
Goryeo tumbang, Dinasti yang baru mulai didirikan oleh Jenderal Yi
Seong-gye, yaitu Dinasti Joseon. Ia menamakan kerajaan ini sebagai
Joseon untuk memberikan penghormatan terhadapGojoseon, yang merupakan
kerajaan pertama bangsa Korea. Yi seong gye memindahkan ibukota ke
Hanseong dan membangun Gyeongbokgung serta mengesahkan Konfusianisme
sebagai agama negara, yang akhirnya membuat para pendeta Buddha
kehilangan kekayaan dan kemakmuran. Dinasti Joseon menikmati
perkembangan yang sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan
kebudayaan. Contohnya adalah penemuan abjad Hangeul tahun 1443 oleh Raja
Sejong. Dinasti Joseon adalah dinasti yang memiliki usia pemerintahan
terpanjang di Asia Timur dalam milenium terakhir.
Dalam abad ke 19, Korea mencoba mengontrol pengaruh asing dengan
menutup semua perbatasannya untuk semua negara kecuali dengan Cina.
Tahun 1853 sebuah kapal perang Amerika Serikat, USS South America,
berlabuh di Busan selama 10 hari dan mengadakan kontak dengan
pejabat-pejabat Korea. Beberapa orang Amerika pernah terdampar di Korea
karena kapal mereka tenggelam pada tahun 1855 dan 1865, namun mendapat
perlakuan yang baik dari orang Korea dan mereka dipulangkan ke negara
asal lewat Cina. Walau demikian Choson tetap waspada terhadap
pihak-pihak asing dan juga tetangga mereka, Dinasti Qing.
Invasi Perancis ini terjadi karena pihak Kerajaan yang melakukan
pembantaian terhadap misionaris Katolik dari Perancis serta warga Korea
yang masuk Kristen. Kejadian ini membuat pasukan Perancis melancarkan
serangan pada musim gugur tahun 1866. Peperangan terjadi di Pulau
Ganghwa di lepas pantai Incheon dan tentara Korea berhasil dikalahkan
oleh pasukan Perancis yang memakai persenjataan modern.
*Pada tahun 1866, Jenderal Sherman (Amerika Serikat) melakukan
penculikan, pembunuhan dan perampokan terhadap warga pesisir pantai
Korea.
*Pada tahun 1871, militer Amerika Serikat kembali melancarkan
serangan terhadap Korea dan menewaskan 350 orang. Peristiwa ini disebut
Sinmiyangyo
Tahun 1894-1895 Jepang memenangkan perang dengan Dinasti Qing pada
Perang Sino Jepang yang membuat Jepang memaksa Korea membuka
pelabuhannya pada tahun 1876.
Pada tahun 1895 Maharani Myeongseong dibunuh oleh mata-mata Jepang.
Pada tahun 1897, Dinasti Joseon beralih menjadi Kekaisaran Han Raya
dengan Kaisar Gojong sebagai pemimpinnya. Pada tanggal 25 Juli 1905
secara efektif Korea sudah berada dalam wilayah prektorat Jepang dengan
paksaan tanpa adanya perjanjian dan persetujuan dari Raja Gojong.ada
tahun 1910 Jepang secara efektif menduduki Korea dalam Perjanjian
Aneksasi Jepang-Korea. Perjanjian ini dipakai oleh Jepang tanpa
menghiraukan kemarahan rakyat Korea yang tidak menyetujui perjanjian
yang tidak disahkan oleh Raja Gojong tersebut.
Korea diduduki Jepang dengan bentuk kepemimpinan Gubernur Jenderal
Korea sampai tahun 1945 ketika Jepang menyerah kepada tentara
sekutu.Jaringan transportasi dan komunikasi dibangun di seluruh wilayah
negeri oleh pemerintahan kolonial Jepang dan mengarah pada eksploitasi
rakyat Korea. Hanya sedikit manfaat yang didapat rakyat Korea dari
modernisasi ini, karena semua fasilitas hanya dibuat untuk melancarkan
kepentingan dan perdagangan Jepang. Beberapa kejahatan penjajahan Jepang
atas Korea:
Meruntuhkan Gyeongbokgung
Mengenakan pajak tinggi terhadap hasil pertanian serta mengekspornya
ke Jepang yang menyebabkan bencana kelaparan bagi rakyat Korea.
Menyiksa dan membunuh warga yang menolak membayar pajakKerja paksa membangun jalan
dan pertambanganPerbudakan seks terhadap wanita Korea.
Mengirimkan pekerja ke teritori Jepang lain untuk kerja paksa
Spekulasi wafatnya Raja Gojong bulan Januari 1919 karena diracuni
oleh mata-mata Jepang membuat rakyat melakukan aksi protes secara damai
di seluruh negeri pada tanggal 1 Maret 1919, peristiwa ini
disebutPergerakan 1 Maret. Dalam peristiwa ini tentara dan polisi Jepang
membunuh hampir 7000 orang Korea.Setidaknya 2 juta orang ikut ambil
bagian dalam pergerakan ini (Jepang mengklaim kurang dari 500 ribu
orang).
Banyak warga Kristen Korea juga terbunuh oleh tentara Jepang,
termasuk sebuah desa bernamaJeamri yang seluruh penduduknya dibinasakan
oleh Jepang karena mendukung perjuangan kemerdekaan. Pergerakan 1 Maret
ini telah menginspirasi pidato Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson
yang mendeklarasikan kebebasan hak asasi manusia.Pemerintahan
Provisional Republik Korea diresmikan di Shanghai, Cina setelah
terjadinya Pergerakan 1 Maret untuk memperjuangkan kemerdekaan Korea.
Pemerintahan provisional dianggap sebagai pemerintahan de jure dari
rakyat Korea dari tahun 1919 sampai 1948.Sentimen anti Jepang di Korea
terus mencuat, seperti pada peristiwa protes mahasiswa di seluruh Korea
pada bulan November 1929 yang membuat pengetatan peraturan militer tahun
1931. Kurikulum sekolah dimodifikasi untuk menghilangkan pengajaran
dalam bahasa Korea. Sekolah juga dilarang untuk mengajarkan
murid-muridnya mengenai sejarah Korea. Orang Korea dipaksa untuk
mengadopsi nama orang Jepang.Dalam perang dunia ke II, banyak pula warga
Korea yang dipaksa untuk menyokong usaha perang tentara Jepang.
AGAMA BUDDHA DI KOREA
Sebelum kedatangan agama Buddha, agama primitive di Korea menganggap
langit sebagai tuhan yang paling agung, yakni sesuatu yang melebihi
segala hal.selain itu, Shamanisme juga berakar mendalam bagi
warga Korea sebagai kepercayaan rakyat. Dengan demikian, warga Korea
pada masa itu mendatangi peramal atau dukun untuk menghilangkan nasib
buruk dan ketika berhadapan pilihan saat menghadapi pilihan-pilihan
yang penting.
- Sejarah Dan Masa Perkembangan Buddha Di Korea
Agama Buddha diperkenalkan di Korea pada Tahun 372 M pada
periode pemerintahan kerajaan Geguryeo oleh seorang biarawan bernama
Sundo yang berasal dari dinasti Qian Qin di China. Pada tahun 384
biarawan malanda membawa agama Buddha ke Baekje dari Negara bagian timur
Jin di china. Pada Masa kerajaan sila agama Buddha disebarkan Oleh
Bikhu Ado dari Goguryeo pada Pertengahan abad ke 5
Karena sesuai sebagai alat spiritual demi menciptakan struktur
pemerintahan berdasarkan Buddha, agama Buddha mendapat dukungan penuh
dari penguasa tiga kerajaan seperti raja yang berfungsi sebagai symbol
kekuasaan yang diagungkan
Peranan Korea pada sejarah agama Budda terletak pada kedudukannya
sebagai jembatan penyebrangan agama Buddha dari China ke Jepang.
Meskipun agama Buddha diteriama oleh kerajaan- kerajaan di berbagai
tempat, namun sejarah tidak mencatat kemajuan yang di bawa dari ajaran
Buddha.
Sampai abad ke enam, para biarawan dan pengrajin bermigrasi ke Jepang
dengan membawa kitab-kitab suci dan artefak untuk membentuk dasar bagi
terciptanya kebudayaan Buddha di sana.
Masa keemasan agama Buddha di Korea terjadi ketika Dinasti Wang ,
yakni pada abad ke 11. Di bawah perlindungan kerajaan, banyak kuil dan
biarav dibangun dan jumlah pemeluk agama Buddha meningkat secara tetap.
AGAMA BUDDHA DI JEPANG
- Agama Jepang pra masuknya Agama Buddha
Sebenarnya, sebelum agama konfusius dan Buddha memasuki
Jepang, pada saat itu keadaan agama Jepang masih berupa
kumpulan-kumpulan kepercayaan tanpa nama dari berbagai pemujaan alam,
arwah nenek moyang, dan shamanisme. Dengan kata lain, kepercayaan
masyarakat Jepang pada masa itu belum terorganisir.
Gambaran kehidupan sosial masyarakat Jepang tercermin dari istilah matsurigoto, yang
berarti pemerintahan atau upacara keagamaan. Pada waktu itu sulit untuk
memisahkan antara gejala alam dan sistem kepercayaan. Karena, semua
gejala alam dianggap mempunyai sifat anaimis dan setiap benda dianggap
mempunyai roh (spirit). Tiap-tiap suku mempunyai dewa tersendiri yang
kadang-kadang dianggap sebagai nenek moyangnya. Kepala sukupun tidak
saja bertindak sebagai pimpinan politik tapi juga bertindak sebagai
pendeta yang tertinggi.
Sebelum agama Buddha Menyebar di Jepang, terlebih dahulu seorang kaisar Jepang yang pertama dan sebagai kepala suku yamato yang
pertama yaitu Jimu Teno, sepakat untuk memeluk agama Shinto, yang pada
saat itu merupakan agama baru dimasa itu.simbol-simbol tradisional
kekuasaan suku Yamato terdiri dari tiga macam benda yaitu : cermin,
permata, dan pedang. Ketiga symbol tersebut menjadi symbol kekuasaan
yang diberikan oleh Amaterasu kepada cucunya, yaitu Ninigi No Mikoto.
Benda-benda tersebut melambangkan matahari, bulan, dan kilat.
Ketika Jepang yang pada saat itu sudah membentuk menjadi Negara,
bermaksud untuk membentuk sebuah persekutuan dengan Korea.[1] Antara
abad ketiga dank enam, Jepang mulai menerima berbagai pengaruh dari luar
melalui hubungan dengan Korea. Sekitar tahun 405 M, seorang sarjana
Korea bernama Wani. Memperkenalkan ajaran dan etika agama konfusius.
Berbagai paham dualism tao juga dimasukan ke Jepang. Tapi, semua unsur
luar yang masuk tidak satupun yang mengatasnamakan agama.
- A. Awal masuknya Agama Buddha ke Jepang
Dalam buku M.Ihsan Tanggok di jelaskan bahwa agama Buddha masuk
ke Jepang pada tahun 853 M atau abad ke-4 M. [2] tepatnya ketika
kerajaan Korea mengirimkan delegasi kepada kaisar Kimmeo Teno di Jepang.
Disamping membawa hadiah, delegasi tersebut juga meminta agar kaisar
dan rakyatnya memeluk agama Buddha [3]
Agama Buddha yang dalam bahasa Jepangnya disebut Bukkyo (Butsu :
Buddha, Kyo : ajaran) dipercaya mulai masuk ke Jepang lewat kerajaan
Baekje di Korea sekitar tahun 538. Beberapa tahun kemudian berbagai buku
dan literatur tentang Buddhism juga mulai masuk lewat negara China pada
masa dynasty Sui. 40 tahun kemudian Kaisar Jepang saat itu yaitu
Pangeran Shotoku (A.D. 574?621) meresmikan Buddha sebagai agama resmi
negara. Sebagai agama baru tentu saja tidak lepas dari penolakan dan
juga tekanan.
Pada masa pemerintahan militer Oda Nobunaga (534 - 1582), agama
Buddha mengalami masa suram karena pemerintah saat itu bersikap antipati
terhadap agama ini. Hal ini disebabkan karena pada masa itu muncul
banyak pemberotakan oleh rakyat menentang pemerintah yang kebetulan
didukung oleh pendeta Buddha khususnya dari sekte Tendai di kuil Hiei.
Pemberontakan akhirnya berakhir dengan penyerbuan ke kuil di yang
terletak di atas puncak bukit itu dan membunuh ribuan pengikutnya.
Pada masa Periode Meiji (1868-1912) pemerintah menetapkan Shito
sebagai agama resmi negara sehingga secara tidak langsung menempatkan
agama Buddha dalam posisi yang berseberangan. Pada masa itu banyak kuil
Buddha yang ditutup dan pemerintah memaksa para rahib untuk berkeluarga.
Sejak itu sampai sekarang banyak kuil yang beralih status menjadi Kuil
Keluarga yaitu kuil yang pengelolaanya dilakukan secara perorangan dan
wariskan secara turun temurun dari bapak ke anaknya.
Dikalangan para pemimpin dan rakyat Jepang, pro kontra terhadap
masuknya agama Buddha ini muncul, mereka yang kontra jika kaisar memeluk
agama tersebut khawatir jika hal itu akan menimbulkan kemurkaan dari
para dewa. Sedangkan mereka yang setuju karena mereka merasa tertarik
dengan kelebihan agama baru dibandingkan dengan agama bangsa sendiri.
Perbedaan ini menimbulkan konflik yang berkepanjangan, yang pada
akhirnya dimenangkan oleh pihak libreral atau mereka yang setuju akan
adanya agama Buddha. Suku toga menerima agama ini, sedangkan suku
suku-suku lainnya menolak karena dianggap menghina kepercayaan terutama
pada dewa mereka.
Tokoh utama dalam penyebaran agama Buddha di Jepang adalah Pangeran
ShotokuTaishi (547-621 M). yang selanjutnya menetapkan Agama Buddha
sebagai agama Negara, dan menerjemaahkan kitab suci Sadharma pindaruka, Vimalakirti, dan srinalasutera yang sangat berpengaruh dalam pembentukan filsafat Buddhis di Jepang.
Shotuku merupakan pribumi Jepang yang pertama yang bersungguh-sungguh
dalam memahami ajaran pemikiran agama Buddha dan memelu agam tersebut
dengan penuh keyakinan. Unsure terpenting ang dibawa agama Buddha ke
Jepang adalah Prinsip transeden dan pembelakangan dunia karena itu
pangeran Shotuku berpendapat bahwa “dunia adalah palsu” Kebenaran
hanyalah milik Buddha sendiri. Kemudian dia juga membuat Undang-undang
17 pasal, yang dasar utamanya adalah pengajaran agama Buddha. Diantara
17 pasal tersebut ada pasal-pasal yang menunjuk pada pada moral
diantaranya pasal ke 2 pangeran Shotuku menyebutkan “menghormati dengan
tulus dan ikhlas terhadap tiga hal yang utama yaitu, Buddha,
undang-undang, dan tempat peribadatan. Karena ini semua objek
kepercayaan di seluruh negeri[4]
Pada jaman pangeran Shotoku berkuasa, agama Buddha menguasai
menguasai kehidupan agama dikalangan istana, dan pada tahun 604 M. sudah
menjadi agama Negara. Pada tahun 607 M. di horyuji didirikan kelenteng
agama Buddha yang pertama di Jepang, yang kemudian menjadi tempat studi
umat Buddha.
Perkembangan Agama Budha pada Jaman Asuka dan Jaman Nara
Perkembangan agama Budha pada jaman
Asuka dan Jaman Nara dapat pula disebut dengan babak awal kedatangan
dan perkembangan Agama Budha di Jepang. Pada masa – masa awal penjajakan
Agama Budha di Jepang yaitu dengan penyesuaian dan adaptasi terhadap
kepercayaan asli rakyat Jepang, yaitu Shinto. Para biksu penyebar agama
Budha tetap melaksanakan ritual – ritual pemujaan nenek moyang milik
ajaran Shinto. Dengan begini agama Budha dapat terus berjalan dan
berkembang tanpa mempengaruhi ajaran Shinto.
Pada awal masuknya agama Budha di Jepang di jaman Asuka,
banyak penolakan yang terjadi. Pada masa pemerintahan militer Oda
Nobunaga, agama Buddha mengalami masa suram karena pemerintah saat itu
bersikap antipati terhadap agama ini. Hal ini disebabkan karena pada
masa itu muncul banyak pemberontakan oleh rakyat menentang pemerintah
yang kebetulan didukung oleh pendeta Buddha khususnya dari sekte Tendai
di kuil Hiei. Pemberontakan akhirnya berakhir dengan penyerbuan ke kuil
di yang terletak di atas puncak bukit itu dan membunuh ribuan
pengikutnya.
Akan tetapi pada jaman Nara, kepercayaan Budha semakin
berkembang. Penerapan ajaran agama Buddha dari China oleh Jepang
berdasarkan latar belakang karakter kebudayaan China, di mana
agama Buddha diterima oleh keluarga kaum bangsawan. Kaum bangsawan di
Jepang pada waktu itu adalah kaum intelektual yang biasanya di Jepang
juga para Damyo, kerabat kerajaan dan bangsawan – bangsawan lainnya.
Begitu kaum bangsawan menerima agama Buddha, maka penyebarannya ke
seluruh negeri berlangsung dengan cepat.
Pada jaman Nara terdapat enam sekte agama Budha cukup
terkenal dan memiliki cukup banyak pengikut. Kesemua sekte ini berasal
dari Tiongkok dan penyebarannya melalui beberapa negara – negara. Enam
sekte tersebut adalah sebagai berikut :
- Sekte Kegon, yang dalam bahasa Tiongkok adalah Hua-yen mengambil dari aliran Avatamsaka. Mempunyai pandangan dan kepercayaan bahwa semua yang ada di dalam ini dapat berhubungan erat dengan kosmik yang terwujud di dalam tubuh Buddha.
- Sekte Ritsu, merupakan pengembangan dari aliran Vinaya. Lebih ditekankan pada disiplin (vinaya) serta semata-mata merupakan alternatif akademik. Pada saat penyelamat alam yang ideal yang diperkenalkan adalah apa yang diajarkan Lotus Sutra dan penekanannya pada peranan umat seperti penjelasan dalam Vimalakitri Sutra.
- Sekte Kusha , yaitu aliran Abidharmakosha
- Sekte Shanron, mengambil dari aliran Tiga Kitab Suci dari Madyamika
- Sekte Hosso , mengambil dari aliran Dharmalaksana mengajarkan bahwa ada beberapa yang tidak bisa diselamatkan.
- Sekte Jojitsu, menganut aliran Satyasiddhi-sastra
Pada periode Nara para pengikut dari sekte – sekte
tersebut masih dalam kalangan Bangsawan dan petinggi – petinggi Damyo.
Hal tersebut dikarenakan ritualnya yang masih rumit, perlu pengetahuan
yang mendalam untuk mempelajarinya dan teks-teks ajaran Buddhanya yang
pada saat itu masih menggunakan dengan huruf Kanbun yaitu huruf – huruf
Cina kuno.
Selama periode Nara banyak biara yang dibangun,
bangunan-bangunan sakral tersebut mengikuti Arsitektur Tang seperti
biara terkenal Todaiji (terkenal dengan patung besar Buddha -Nara
Daibutsu) dan biara Horyuji yang dibangun dengan bahan dari kayu dan
berdiri sampai kini, biara Horyuji adalah bangunan yang dianggap tertua
didunia yang dibuat dari kayu. Bangunan-bangunan yang bergaya arsitektur
Tang lebih banyak dijumpai di Jepang daripada di Tiongkok sendiri, hal
ini disebabkan oleh peperangan-peperangan atau bencana alam yang sering
melanda Tiongkok dan bangunan-bangunan dari kayu lebih mudah terbakar.
Selama pemerintahan Nara (710-884) sesungguhnya agama Buddha telah menjadi agama negara. Kaisar Shomu secara aktif telah mempropagandakan agama ini dan membuat patung Buddha yang
besar di Nara serta menjadikannya sebagai pusat kebudayaan nasional. Di
tiap propinsi dibangun pagoda-pagoda dan sistem pembabaran Dhamma yang efektif sesuai dengan keadaan setempat.
2.3 Perkembangan Agama Buddha Pada Jaman Heian dan Kamakura
Dimulai pada Jaman Heian dimana
munculnya dua aliran atau sekte besar agama Buddha di Jepang. Dua
aliran tersebut adalah aliran Tendai dan Shingon. Kedua aliran tersebut
bertujuan untuk menyatukan serta merakyatkan agama Budha pada seluruh
masyarakat Jepang. Tidak hanya pada kaum bangsawan saja, akan tetapi
juga para rakyatnya.
Sekte Tendai didirikan di Tiongkok oleh biksu Zhiji pada
tahun 550 M. Pada tahun 804 seorang biksu Jepang bernama Saicho atau
Dengyo Daishi (767-822) datang ke Tiongkok dan belajar di gunung
Tiantai, propinsi Jejiang dan kembali pada tahun 805 lalu mendirikan
biara Enryakuji di gunung Hiei. Doktrin Tendai didasarkan pada Lotus
Sutra dan populer di kalangan atas termasuk Kaisar Kammu. Sekte Tendai
ini berpengaruh terhadap perkembangan sekte-sekte lainnya.
Sekte Shingon atau "Kata Kebenaran" didirikan oleh biksu
Kukai atau Kobo Daishi (774-835). Dia juga pergi ke Tiongkok dan belajar
Buddhisme di Changan selama dua tahun dan kembali pada tahun 806, ia
adalah seorang biksu yang berasal dari kelas bangsawan serta populer dan
terkenal di Jepang. Kukai mendirikan biara di gunung Koya dekat Osaka.
Sekte Shingon ini berfokus pada Buddha universal.
Pada jaman Kamakura ada dua aliran yang diperkenalkan di
Jepang dari Tiongkok yaitu sekte Jodoshudan Zen, kedua sekte ini
berfokus pada ajaran Amida (Amithaba atau O- mi-to-Fo) sebagai jalan
menuju keselamatan manusia dan yang terakhir adalah sekte Nichiren.
Ritual dan ajaran sekte-sekte ini lebih praktis, mudah diikuti dan tidak
terlalu rumit serta popular dikalangan rakyat kebanyakan.
Sekte Jodo Shu didatangkan dari Tiongkok oleh biksu Honen
(1133-1212), ia mendirikan sekte ini pada tahun 1175. Honen mengecam
formalisme dan kecendrungan biara Buddha yang menyendiri pada masa
hidupnya. Sekte Zen juga berasal dari Tiongkok, sekte ini terbagi dalam
dua cabang aliran yaitu aliran Rinzai dan aliran Soto. Sekte Zen
memiliki keyakinan bahwa pencerahan yang sempurna dicapai dengan
meditasi dibawah tuntunan seorang guru. Zen popular dikalangan Samurai
yang menghargai disiplin diri dan tidak mementingkan pelajaran kitab
suci. Dari sekte Zen ini muncullah banyak karya seni serta budaya baru
di Jepang. Seperti lukisan – lukisan dan ukiran di wihara Zen yang unik
dan juga Chanoyu serta Judo juga merupakan hasil budaya dan seni dari
sekte Zen.
Sedangkan Sekte Nichiren adalah sekte yang paling
terkenal dan memiliki banyak pengikut sampai saat
ini. Sekte ini didirikan pada tahun 1253 oleh seorang biksu Tendai
berasal dari keluarga nelayan dari Kanto bernama Nichiren (1222- 1282),
namanya menjadi nama sektenya sendiri dan dikenal juga dengan nama sekte
Lotus. Ajaran Nichiren mengutamakan Sutra Lotus daripada Amithaba serta
mantera "Nam-myoho-renge-kyo". Sekte Nichiren ini disebut juga sebagai
Buddhisme Jepang dan sekte yang berasal dari Jepang sendiri dan pusatnya
terletak di gunung Minobu sampai sekarang, pribadi Nichiren sering
dianggap sebagai seorang yang berkarakter aggresif, dominan dan tidak
toleran terhadap sekte-sekte Buddha lainnya di Jepang.
Perkembangan agama Buddha di Jepang
telah mengalami pasang surutnya dalam sejarah, pada masa pemerintahan
Oda Nobunaga (1534-1582) dan Toyotomi Hideyoshi (1536-1598) yang dikenal
pernah mengaggresi Korea dua kali pada abad ke-16, agama Buddha
mengalami penindasan terutama dengan sekte Jodo. Popularitas dan
pengaruh agama Buddha di Jepang berkurang mulai pada pertengahan abad
ke-19 atau awal dari restorasi Meiji, karena digantikan oleh
pengkultuskan terhadap Kaisar Jepang dan promosi Shinto sebagai agama
negara, situasi ini mulai berubah setelah perang dunia kedua dan Jepang
memasuki era demokrasi dan negara modern.
Perbandingan Ajaran Buddha Jepang Dengan Negara Lain
Pada mulanya memang agama Budha masuk ke Jepang melalui
Korea, Cina dan India. Akan tetapi seiring berkembangnya ajaran Buddha
di Jepang, ajaran Budha di Jepang memiliki keunikan tersendiri dan
perbedaan – perbedaan dalam dasar alirannya yang membedakan dengan
Negara – Negara lain.
India merupakan asal muasal dari agama Budha yang berasal dari ajaran
seorang petama yang bernama Sidharta Gautama dengan kitab Tripitaka.
Adanya pepatah Ashy Ajatang Abhutang Akatang Asam Khatang “suatu yang
tidak dilahirkan, tidak dijelmakan, tidak diciptakan dan mutlak.
Sedangkan di India sendiri sempat mengalami perpecahan dan kemrosotan
sekitar 1.600 thn setelah budha meninggal, abad ke-12 budha benar2 sirna
dari India. Lalu diperkenalkan dari Srilangka pada akhir abad ke-19 M,
700 thn sebelumnya tidak ada agama Budha di India.
Di Korea penyebar aliran ajaran Budha memiliki dukungan
yang cuup besar dari pemerintahnya. Kebanyakan oaring yang menganut
agama Budha akan bernasib baik dengan adanya aliran dana dari pemerintah
untuk mengembangkan ajaran Buddha. Walaupun di Korea terdapat “Human
Right Watch”, akan tetapi pemerintah tetap memberikan keuntungan lebih
pada para pemganut ajaran Budha. Hal tersebut menjadikan penganut Buddha
di Korea mencapai 1.082.000 jiwa yaitu 40% dari jumlah seluruh penduduk
Korea.
Sedangkan di Cina, perbedaan mendasar terdapat alirannya.
Rakyat Cina sangat menentang aliran Hinayana. Aliran Hinayana adalah
aliran Buddha yang memilki aturan yang ketat dimana para pengikutnya
harus meninggalkan kepentingan duniawi untuk beribadah. Sehingga
menggunakan ajaran Buddha yang dapat berkolaborasi dengan budaya
setempat dan tetap mempertahankan kepentingan – kepentingan duniawi
seperti bekerja dan sebagainya.
Sedangkan di Jepang sendiri banyak sekali keunikan serta
budaya yang muncul karena pengaruh ajaran Buddha. Seperti seni Zen yang
telah dijelaskan sebelumnya. Menghasilkan budaya – budaya baru untuk
Jepang. Dan banyak sekte – sekte yang muncul di tiap – tiap jaman
sehingga memunculkan pasang surut aliran agam Buddha. Di Jepang sendiri
memperbolehkan para Biksu untuk menikah. Hal tersebut dilakukan untuk
memunculkan penerus yang mengembangkan ajaran Buddha. Setelah para Biksu
itu merasa cukup tua dan anaknya mampu untuk meneruskannya, biksu itu
akan menyendiri sesuai dengan ajaran Budha yaitu terlepas dari
kepentingan – kepentingan duniawi
Pada masa pemerintahan Nara (710-784) Agama Buddha mengalami
perkembangan pesat hal ini karena banyak suku dan bangsawan berpengaruh
lagi terpandang memeluk agama Buddha. Sehingga berdampak pada tata
administrasi pemerintahan yang cukup besar. Disamping itu, penguasa juga
berpendapa bahwa agama Buddha adalah sarana yang tepat Untuk mencapai
kesejahteraan hidup dan bangsa.[5] Oleh karenanya, perhatian pemerintah
terhadap agama Buddha begitu besar serta memberikan bantuan yang besar
pula terhadap agama Buddha. Sehingga, pada tahun 655 M dikeluarkanlah
ketetapan pemerintah yang mengharuskan kepada setiap masyarakat Jepang
untuk mendirikan bustudan[6]
Periode ini ditandai juga dengan munculnya beberapa sekte dalam agama Buddha di Jepang yaitu :
- Sanron,
- Hosso,
- Kegon
Yang termasuk dalam sekte Mahayana dan juga,
- Jojisu
- Kusha
- Ritsu
Yang termasuk dalam sekte therevada.
Diantara ke enam sekte tersebut, tiga diantaranya masih bertahan hingga saat ini. Yaitu, sekte Hasso yang erpusat di kelenteng Kofukuji dan Yakushiji, sekte Kegon dengan Pusat di kelenteng Todaiji sekte Ristu dengan pusatnya di kelenteng Toshodaiji. [7]
Seiring dengan perkembangan agama Buddha di Jepang, pada
tahun 710 banyak sekali kuil dan vihara yang dibangun di ibukota Nara,
seperti pagoda lima tingkat dan ruang emas horyuji, atau juil Kofukuji.
Banyak sekali lukisan dan patung dibuat, pembuatan seni Buddha di
Jepang mencapai Puncaknya Pada saat ini.
Pada periode selanjutnya, pada masa kekuasaan Heian 794 M
muncul usaha usaha untuk me,adukan kepercayaan dan tradisi asli Jepang
dengan agama Buddha antara lain :
- Saicho[8]
Mengajarkan Bahwa sebenarnya dewa-dewa agama Buddha sama dengan Dewa-dewa dalam agama Shinto, yang disebut kami[9]
- kukai[10]
mengajarkan bahwa dewa tertinggi dalam agama Shinto adalah sama
denga dewa tertinggi dalam agama Buddha sehingga tidak ada perbedaan
antara keduanya, dalam hal pemujaan[11]
memasuki abad ke 13 M. karena terjadinya gejolak
perselisihan dan perebutan antara penguasa Negara, maka munculah
beberapa sekte di Jepang.
- Sekte Zen[12]
Sekte zen merupakan buah jalur asal dengan ajaran Boddhidarma.
Di China. Yang tujuannya untuk memindahkan pikiran Buddha secara
langsung kedalam pikiran para pemeluknya mengajarkan dan menjelaskan
bahwa pencerahan haya diperoleh melalui pikiran intuitif. Sekte zen
pada akhirna dibagai lagi menjadi dua golongan besar yaitu :
- Soto zen dengan tokohnya Dogen[13]
sekte ini banyak dianut oleh kaum petani dan dan bergerak dalam bidang social
- Rinzai dengan tokohnya Eisai[14].
Sekte ini berkembang dikalangan militer dan aristokrat serta menjadi tulangpunggung kelas pengeuasa dan militer.
- Sekte Amida
sekte amida dikenal juga dengan sebutan ‘tanah suci’ yang
mengemukakan ajaran keselamatan dengan cara mempercayai kepada Buddha
secara mutlak dan dengan menyebut amida seeorang akan mendapat keselamatan. Objek pemujaannya adala patung Amida Buddha, serta dilengkapi dengan patung Bodisatva Kwan On yang melambangkan kemurahan, dan patung deiseishi sebagai lambing kebijaksanaan.
- Sekte Nichiren Sozu
Sekte ini didirikan oleh nichiren[15] mempunai ideology yang
ingin mengembalikan agama Buddha kepada bentuknya yang murni yang akan
dijadikan sebagai perbaikan bagi masyarakat di Jepang. Dan menolak
ritualisme dan sentimentalisme sekte Amida, Melawan semua kesalahan,
agresif, dan bersifat eksklusif
- Secara geografis, Jepang terletak pada jalur sutera, oleh sebab itu Jepang bisa menyimpan banyak aspek agam Buddha ketika agam ini mulai hilang dari asalnya di India dan selanjutnya di Asia tengah dan Tiongkok[16]
Pada umumnya, ketika membicarakan tentang Buddha di Jepang
selalu merujuk pada sekte Buddha Zen. Demikian juga dengan Budaya yang
sama sekali tidak bisa dipisahkan dari peran Buddha Zen. Kuil Buddha di
Negara ini selain berfungsi sebagai tempat ibadah, juga juga berfungsi
sebagai tempat wisata
Buddha di Jepang Zaman Modern
Dinamika kehidupan beragama khususnya agama Buddha di Jepang pada
pada Zaman Modern sangat berbeda dengan pola kehidupan masyarakat
Jepang pada masa lalu Namun, kendati demikian tradisi keagamaan dan
budaya mereka sangat eksis. Karena mereka selalu mempertahankan warisan
moyangnya.
Dalam era modern, Buddhisme ini ditandai dengan keragamannya. Di
beberapa negara adalah lembaga budaya.Dalam beberapa hal itu sangat
terlibat dalam konflik politik.Beberapa pemerintah yang bertentangan
dengan agama Buddha telah mencoba untuk menghancurkannya. Di
negara-negara lain, Buddhisme hanya menjadi mapan atau berkembang dalam
bentuk baru.
Di beberapa negara, agama Buddha telah menjadi bagian integral dari
lanskap budaya. Di negara-negara, ada ribuan candi, besar dan
kecil. Beberapa museum di mana karya-karya sejarah seni Buddhis yang
ditampilkan dan arsitektur yang luar biasa dan lanskap yang
ditampilkan. Candi lain tempat berkumpul bagi penduduk setempat. Orang
mungkin menemukan pasar loak bulanan atau samping toko souvenir
berdampingan dengan orang yang berpartisipasi dalam ritual memperingati
kerabat almarhum. Ada universitas terkemuka di mana Buddha tradisi
Buddhis yang diajarkan. Ritual Buddhis kepentingan nasional, seperti
dering lonceng kuil di malam tahun baru di Jepang, masih menarik
kerumunan besar. Sementara beberapa pengalaman iman Buddhis mereka
intens, yang lain mengatakan mereka berpartisipasi dalam ritual karena
alasan budaya, bukan sebagai masalah keyakinan.
Di negara lain, agama Buddha telah bertentangan dengan pemerintah. Di
Cina, praktek Buddhisme berkecil hati bagi sebagian besar abad
ke-20. Candi dan karya seni hancur, dan biarawan dan biarawati dipaksa
untuk kembali ke kehidupan sekuler. Buddhisme di Cina itu hampir hancur,
dan baru mulai pulih. Pemerintah Cina juga berasimilasi Tibet, memaksa
pemimpin politik dan keagamaan, Dalai Lama ke-14, untuk meninggalkan
negara. Di Tibet, kuil dan seni juga hancur dan biarawan dan biarawati
dibunuh atau dipenjara.
Di Burma (Myanmar), biksu Buddha baru-baru ini memprotes pemerintah
saat ini atas resiko sendiri. Buddha juga telah terlibat dalam konflik
politik di Sri Lanka, Kamboja, Laos, Vietnam, dan Thailand.
Ada kesempatan di mana bhikkhu telah mengangkat senjata dan ikut
serta dalam konflik militer. Di Tibet, beberapa biarawan menjadi
pejuang, sementara yang lain menggunakan metode-metode protes damai dan
dipenjara atau menghadapi tembakan dari polisi atau tentara. Bahkan
sebelum peristiwa ini, beberapa biarawan Tibet yang terlibat dalam
konflik bersenjata antara biara-biara saingan. Selama Perang Vietnam,
beberapa biksu Buddha menjadi tentara Vietnam Utara.
Selama era shogun di Jepang, orang militer mengambil praktik
Buddhis sebagai cara untuk menumbuhkan disiplin diri dan menjadi
pejuang yang lebih baik. Beberapa biksu Budha Jepang dan sarjana
diperbaharui tradisi ini untuk mendukung nasionalisme mereka selama
Perang Dunia II.
Satu dapat melihat tema Buddha dalam karya seni di seluruh
Asia. Buddhisme juga amat menonjol dalam budaya populer Asia, di mana
orang dapat melihat film atau anime dengan tema Buddhis atau karakter
Buddha. Para bermoral atau merosot biksu Buddha adalah stereotip sering
dalam sastra dan film, seringkali karakter komik.
[1] Djam anuri, Agama Jepang. H.21-22
[2] M. Ikhsan tanggok. Agama Buddha. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009 hal. 28
[3] Mukti Ali. pengantar Agama-Agama Dunia. IAIN Sunan Kalijaga press, Yogyakarta 1988, hal 140
[4] Djam anuri, Agama Jepang. Hal.22
[5] Djam anuri, Agama Jepang. Hal.24
[6] Adalah tempat pemujaan Buddha, yang diharuskan bagi setiap warga Jepang untuk mendirikannya.
[7]Djam anuri, Agama Jepang. Hal.24
[8] seorang tokoh penting yang telah mengadaka pembaharuan di dalam agama Buddha, hidup pada tahun 767-822
[9] Motoori Nironaga. Seorang sarjana dan pembaharu agama Shinto abad
modern , menjelaskan mengenai maksud kami tersebut :”istilah kami pada
mulanya diterapkan kepada berbagai macam dewa langit dan bumi yang
disebutkan dalam catatan-catatan kuno , dan juga terhadap sepirit mereka
(mi-tama)yang berdiam di tempat tempat suci dimana mereka
dipuja. Dan lagi bukan hanya manusia tetapi juga burung-burung, bintang,
tumbuhan, pohon, laut, gunung-gunung, dan semua yang benda yang lain
apapun bentuknya yang patut ditakuti dan dipuja sebab kekuasan yang luar
biasa dan tinggi yang mereka miliki semua disebut kami. Mereka
tidak memerlukan sifat keistimewaan sebab kemuliaan, kebaikan, atau
kegunaan yang luar biasa wujud-wujud yang mengerikan jga disebut dengan kami apabila mereka juga sebagai objek yang pada umumnya juga ditakuti. Diantara kami yang berwujud manusia yaitu mikodas, diantarav lainnya adalah Guntur atau dewa suara (kaminaru); naga, gema atau sepirit pohon (kodama), dan rubah yang dianggap kami karena sifatnya yang mengerikan dan menakutkan. Istilah kami dipergunakan dalam kitab nihongi dan manyoshiu, sebuah puisi kumpulan kuno terhadap harimau dan serial. Dalam berbagai kejadian, laut dan gunung-gunung disebut dengan kami,
ini bukan dimaksudkan sepirit sepirit mereka . dunia yang dihadapi
langsung dalam wujud laut dan gunung-gunung itu sendiri, merupakan wujud
yang menakutkan
[10] Tokoh penting yang berkontribusi dalam pembaharuuan agama Buddha, hidup pada tahun 774-835.
[11] Mukti Ali (pengentar). Agama-agama di Dunia h.141
[12] Kata zen dalam bahasa sansekerta sebenarnya memiliki arti sama dengan dhyana yang berarti perenungan yang tenang. Atau aktifitas merenung.
[13] Pendeta yang hidup pada 1200-1252 M.
[14] Seorang pendeta tendi yang hidup pada 1141-1215 M.
[15] Nichiren (1222-1282) adalah tokoh utama dalam sejarah Jepang yang giat dalam usaha pembaharuan sosial
[16] Smith, Huston. Agama-agama Manusia. Yayasan obor Indonesia, Jakarta, 1995,hal. 175
Posting yang bagus.... semoga terus berkembang.... Saya ingin berbagi article tentang Tokyo Towers di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2018/03/tokyo-dilihat-dari-tokyo-tower.html
BalasHapusLihat juga video di youtube https://youtu.be/28hz6ndPV_g