Rabu, 30 Mei 2012

Bagaimana Praktik Ritual Kematian dalam Agama Buddha?

»»  READMORE...

Konsepsi Tentang Alam dan Manusia Etika (Catur Paramita dan Catur Mara)

Setiap agama pasti memiliki konsep tentang alam dan manusia, begitu juga dengan agama Buddha yang sedang kita pelajari pada semester empat ini.Setiap agama memiliki perbedaan pemahaman tentang konsep alam dan manusia.
Pendapat buddha tentang terjadinya alam ini yaitu wujud ini disebabkan oleh peredaran yang terus menerus secara natur, yang tidak ubahnya dengan peredaran mata rantai tidak diketahui mana yang awal dan mana yang akhir, satu sama lain hajat menghajatkan, bukan oleh karena adanya yang mewujudkan dan mengatur wujud ini. Demikianlah keterangan Myasein dalam ceramahnya tentang budha di Birma. Budha member contoh dengan terjadinya manusia. Manusia terjadi dari beberapa unsur, bukan karena adanya khalik yang tertentu bagi unsur-unsur ini ,tapi hanyalah semata-mata karena adanya pertemuan antara satu unsur dengan unsur lain. Pertemuan ini menghasilkan sesuatu yang baru, yang kemudian bertemu pula dengan sesuatu yang lain, lalu terjadi pulalah yang barulagi.[1]
Ketika kita membicarakan manusia dalam agama Buddha maka kita akan bertemu dengan etika (catur paramita dan catur mara), yang menjelaskan sifat yang baik dan buruk yang melekat pada manusia itu sendiri. Karena seperti kita ketahui agama Buddha itu agama yang mengajarkan tentang etika.Maka makalah ini dibuat untuk menjelaskan hal itu.
 
  1. B.       KONSEPSI TENTANG ALAM DAN MANUSIA
    1. a.      Konsep Tentang Alam
Menurut sang Buddha, bahwa sifat segala sesuatu adalah terus berubah (anicca). Begitu pula dengan sifat alam. Alam bersifat dinamis dan kinetik, selalu berproses dengan seimbang. Unsur-unsur alam yang tampak dalam pandangan Buddha ada empat, yakniu unsur padat (pathavi), cair (apo), panas (tejo), gerak (vayo).
Hukum yang berlaku pada alam (alam semesta) dapat dikategorikan dalam lima aturan yang disebut panca niyamadhamma,  yaitu utuniyama (hukum fisika), bijaniyama (hukum biologi), cittaniyama (hukum psikologis), kammaniyama (hukum moral), dhammaniyama (hukum kausalitas).[2]
Dalam bahasa pali, alam semesta disebut Loka. Loka bukanlah perkataan yang sudah tertentu pemakaiannya, tapi meliputi material (rupa) dan immaterial (aruka), dan pengertiannya sangat tergantung pada pemakaiannya. Namun pengertian yang pokok tidak terlepas dari ajaran Budha, yaitu sesuatu yang terbentuk dari sebab yang mendahuluinnya dan tidak kekal.
Loka, yang berakar kata “lok” berarti melihat, secara umum menunjuk kepada sesuatu yang dapat di tanggapi oleh panca indra atau oleh perasaan dan pikiran manusia, sekalipun masih dalam keadaan samar-samar. Mulai dari partikel atom yang tidak terkirakan kecilnya sampai wujud yang besar, mulai dari yang anorganik sampai pada organik, mulai dari yang paling sederhana susunan tubuhnya sampai yang paling rumit seperti halnya tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, dewa, dan brahmana dengan segala kecenderungan, perbuatan dan kehendak mereka.
Menurut ajaran budha, seluruh alam ini adalah cipataan yang timbul dari sebab-sebab yang mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena itu ia disebut sankhata dharmayang berarti ada, yang tidak mutlak dan mempunyai corak timbul, lenyap dan berubah. Sinonim dengan kata sankhata adalah sankhara yaitu saling bergantungan, sesuatu yang timbul dari sebab yang mendahuluinya. Alam semesta adalah suatu proses kenyataan yang selalu dalam keadaan menjadi. Hakikat kenyataan itu adalah harus perubahan dari suatu keadaan menjadi keadaan lain yang berurutan. Karena itu, alam semesta adalah sankhara yang bersifat tidak kekal (anicca atau anitya), selalu dalam perubahan (dukkha) dan bukan jiwa (atta atau atman), tidak mengandung suatu substansi yang tidak bersyarat.Dalam visudha Maga 2204, loka tersebut digolong-golongkan atas sankharaloka, sattaloka, dan okasaloka.
  • Sankaraloka adalah alam mahluk yang tidak mempunyai kehendak seperti benda-benda mati, batu emas, logam dan semua sumber alamiah yang diperlukan manusia. Termasuk dalam pengertian ini adalah alam hayat yang tidak mempunyi kehendak dan ciptaan pikiran seperti ide, opini, konsepsi, peradaban, kebudayaan dan sebagainya.
  • Sattaloka adalah alam para mahluk hidup yang mempunyai kehendak mulai dari mahluk hidup yang rendah hingga mahluk yang tinggi, kelihatan atau tidak, seperti setan, manusia, dewa, dan Brahma. Mahluk-mahluk tersebut dibesarkan bukan berdasarkan jasmaniahnya, melainkan berdasarkan sikap bathin, atau hal yang menguasai pikiran dan suka duka sebagai akibatnya. Termasuk dalam sattaloka adalah 31 alam kehidupan[3], yaitu :
  1. Kamaloka/Kamabhumi; yaitu ada 11 macam alam kehidupan yang masih senang dengan napsu-birahi dan terikat oleh panca-indriya.
  2. Rupaloka/Rupabhumi; yaitu ada 16 macam alam kehidupan yang mempunyai Rupa-Jhana.
  3. Arupaloka/Arupabhumi; yaitu ada 4 macam alam kehidupan yang mempunyai Arupa-Jhana. 
  4. KAMALOKA/KAMABHUMI itu dibagi dalam dua bagian yaitu :
Empat alam kehidupan yang disebut Apaya-Bhumi atau Duggati-Bhumi dan tujuh alam kehidupan yang disebut Sugati-Bhumi atau Kamasugati-Bhumi. Jadi keseluruhannya berjumblah sebelas macam alam kehidupan yang masih senang dengan napsu-birahi dan terikat oleh panca-indriya, yaitu :
v    Empat macam Apaya-Bhumi adalah sebagai berikut :
  1. Niraya-Bhumi/Yoni; yaitu alam neraka yang keadaannya sangat menyedihkan, dan hanya sementara, tidak abadi.
  2. Tiracchana-Bhumi/Yoni; yaitu alam binatang
  3. Peta-Bhumi/Yoni; yaitu alam setan
  4. Asurakaya-Bhumi/Yoni; yaitu alam raksasa Asura
Inilah yang disebut empat macam dari Apaya-Bhumi, yang merupakan alam neraka, tempat tumimbal-lahir yang paling tidak menyenangkan, yang keadaannya lebih rendah dari alam kemanusiaan.
Penjelasan 4 macam Apaya-Bhumi.
  1. Yang disebut Niraya-Bhumi atau Nikaya, karena di alam ini tidak terdapat kesenangan dan kebahagiaan. Niraya-Bhumi ini terbagi lagi beberapa kelompok alam, diantaranya yang disebut 8 macam Maha-Neraka, yaitu : (1)Sanjiva-Naraka, (2) Kalasuta-Naraka, (3) Sanghata-Naraka, (4) Roruva-Naraka, (5) Maharorupa-Naraka, (6) Tapana-Naraka, (7) Mahatapana-Naraka, (8) Avica-Naraka. Catatan : Dewadatta bersemayam di alam Avica-Naraka ini. Perbuatan buruk yang bisa terlahir di Alam Neraka ini, apabila :
1.Suka mencelakakan orang atau membunuh Bhikkhu, Samanera, atau Bhikkhuni dan Samanera, dan umat yang taat terhadap agama. Juga pekerjaan sebagai Algojo.
  1. Dengan kekuasaannya memeras, menganiaya, dan membunuh mahluk-mahluk hidup.
  2. Suka berkorupsi, mencari keuntungan berupa uang yang bertentangan dengan kebenaran, menyelewengkan uang penyebaran agama, menyebarkan agama yang salah, mencuri harta-benda kepunyaan orang tua, guru, sangha, dan lain-lain.
  3. Dengan sengaja membakar kota, tempat ibadah, rumah, kantor, merusak candi-candi, dan lain-lain.
  4. Anti agama, tidak percaya Hukum Kesunyataan dan Hukum Kebenaran lainnya.
  5. Membunuh orang tua sendiri, Arahat, melukai seorang Buddha dan memcah-belah Sangha.
  6. Menggugurkan kandungan, misalnya setelah tahu benar mengandung dua atau tiga bulan, lalu digugurkan.
  7. Suka berzina, suka mengadakan hubungkan kelamin denga suami atau istri orang lain, suka memcah-belah kerukunan suami-istri orang lain, atau merebut suami atau istri orang lain untuk dijadikan teman hidup.
  8. Yang disebut Tiracchana-Bhumi atau Tiracchana-Yoni, karena mahluk-mahluk yang berdiam di Alam ini tidak mempunyai tempat yang khusus. Mahluk binatang ini terbagi dua kelompok, yaitu :
  9. Kelompok mahluk binatang yang dapat dilihat dengan mata biasa.
  10. Kelompok mahluk binatang yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Terdapatlah 4 kelompok mahluk binatang yang tidak berkaki dan berkaki, yaitu :
(1).  APADITIRACCHANA           : Adalah kelompok mahluk binatang   yang tidak mempunyai kaki, seperti  ular, ikan, dan lain-lainnya.
(2).  DVIPADATIRACCHANA     : Adalah kelompok mahluk binatang yang mempunyai dua kaki, seperti ayam, bebek, burung dan lain-lainnya.
(3).  CATUPADATIRACCHANA  : Adalah mahluk binatang yang mempunyai empat kaki, seperti kerbau, sapi, babi, kambing, dan lain-lainnya.
(4).  BAHUPPADATIRACCHANA           : Adalah kelmpok mahluk binatang yang  mempunyai banyak kaki, seperti ulat bulu, kelabang lipan, dan lain-lainnya.
c.      Yang disebut Peta-Bhumi atau Peta-Yoni, karena mahluk yang berdiam di Alam ini jauh dari kesenangan dan kebahagiaan. Maka mahluk setan ini terbagi dalam beberapa kelompok,  diantaranya terdapat kelompok setan yang tersebut dalam kitab Vinaya dan Lakkhanasamyuta terdapat 21 macam Peta, yaitu :
  1. ATTHISANKHASIKA-PETA    : Adalah setan yang mempunyai tulang    bersambumg, tetapi tidak berdaging.
  2. MANSAPESIKA-PETA  : Adalah setan yang mempunyai daging terpecah-pecah,  tetapi tidak mempunyai tulang.
  3. MANASAPINADA-PETA         : Adalah setan yang mempunyai daging berkeping-keping.
  4. NICACHAVIPARISA-PETA     : Adalah setan yang tidak mempunyai kulit.
  5. ASILOMA-PETA                        : Adalah setan yang berbulu tajam.
  6. SATTILOMA-PETA        : Adalah setan yang berbulu seperti tombak.
  7. USULOMA-PETA           : Adalah setan yang berbulu panjang seperti anak panah.
  8. SUCILOMA-PETA         : Adalah setan yang berbulu seperti jarum.
  9. DUTIYASUCILOMA-PETA      : Adalah setan yang berbulu seperti jarum jenis yang kedua.
10.  KUMEBHANDA-PETA                        : Adalah setan yang mempunyai buah kemaluan yang sangat besar.
11.  GUTHAKUPANMUGGA         : Adalah setan yang bergelimpangan dengan kotoran.
12.  GUTHAKHADAKA-PETA      : Adalah setan yang makan kotoran.
13.  NICACHAVITAKA-PETA       : Adalah setan perempuan yang tidak mempunyai kulit.
14.  DUGAGANDHA-PETA                       : Adalah setan yang berbau sangat busuk.
15.  OGILINI-PETA : Adalah setan yang badannya seperti bara api.
16.  ASISA-PETA     : Adalah setan yang tidak mempunyai kepala.
17.  BHIKKHU-PETA          : Adalah setan yang berbadan seperti Bhikkhu.
18.  BHIKKHUNI-PETA      : Adalah setan yang berbadan seperti Bhikkhuni.
19.  SIKHAMAN-PETA       : Adalah setan yang berbadan seperti pelajar wanita/calon Bhikkhuni.
20.  SAMANERA-PETA      : Adalah setan yang berbadan seperti Samanera.
21.  SAMANERI-PETA        : Adalah setan yang berbadan seperti Samaneri.
Di Alam setan ini. Bila seseorang Bhikkhu atau Bhikkhuni yang tidak mentaati Dhamma-Vinaya (Sila) ia akan dilahirkan di Alam setan ini, setelah kematiannya dari Alam Manusia. Ia akan menjadi Bhikkhu-Peta atau Bhikkhuni-Peta, yang ada kalanya berdiam dibawah pohon dan di tempat-tempat lain.
  1. Yang disebut Asurakaya-Bhumi atau Asura-Yoni, karena mahluk yang berdiam di Ala mini jauh dari kemuliaan, kebebasan dan kesenangan. Pembagian mahluk Asura ini ada 3 maca, yaitu :
    1. DEWA-ASURA   : Adalah kelompok Dewa yang disebut Asura.
    2. PETA-ASURA     : Adalah kelompok setan yang disebut Asura.
    3. NIRAYA-ASURA: Adalah kelmpok mahluk Neraka yang disebut Asura.
Catatan :
Menurut kitab Milida-Panha, diakatakan terdapat 4 macam Alam setan, yaitu :
  1. VANTASIAKA, yang hidup dari muntahan saja.
  2. KHUPPIPASINO, yang lapar dan haus.
  3. NIJJHAMA TANHIKA, yang menderita haus.
  4. PARADATTUPAJIVINO, yang hidup dari pemberian mahluk-mahluk lain.
Alam setan tersebut pada bagian 4, adalah merupakan hasil kebaikan yang telah dilakukan atas namanya sendiri didalam kehidupan yang lalu, dan ini dapat juga berubah kedalam keadaan yang lebih baik.
v   Tujuh macam Sugati-Bhumi atau Kamasugati-Bhumi adalah sebagai berikut :
  1. MANUSSA-BHUMI          : yaitu Alam Manusia.
  2. CATUMMAHARAJIKA-BHUMI            : yaitu, Alam emapt Dewa Raja.
  3. TAVATIMSA-BHUMI      : yaitu, Alam Tigapuluh tiga Dewa.
  4. YAMA-BHUMI      : yaitu, Alam Dewa Yama.
  5. TUSITA-BHUMI    : yaitu, Alam Kenikmatan.
10.  NIMMANARATI-BHUMI            : yaitu, Alam Dewa yang menikamati ciptaannya.
11.  PARANIMMITA-VASAVATTI-BHUMI            : yaitu, Alam Dewa yang membantu menyempurnakan ciptaan dari Dewa-Dewa lainnya.
Penjelasan dari 7 macam Sugita-Bhumi atau Kamasugista-Bhum
  • Yang disebut Manussa-Bhumi, karena mahluk yang disebut Manusia adalah mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, yang berguna dan yang tidak berguna, yang berfaedah dan yang tidak berfaedah dan lain sebagainya.
Para Bodhisattva lebih suka alam manusia ini, karena merupakan lapangan yang paling baik untuk melaksanakan Paramita.
  • Yang disebut Catumaharajika-Bhumi, karena di alam ini berdiam empat Dew raja, yang menjaga keempat penjuru alam, dan masing-masing bernama : (1). DAVADHATARATTHA, (2). DAVAVIRULAKA, (3). DAVAVIRUPAKKHA, (4). DAVAKUVERA.
Hruslah diketahui , bahwa Catumaharajika-Bhumi ini terbagi dalam tiga kelompok, yaitu :
  • BHUMAMATTHA-DEVATA : Adalah para Dewa yang berdiam diatas tanah. Seperti di gunung, sungai, laut, rumah, Cetiya, vihara dan lain-lain.
  • RUKAKHATTHA-DEVATA : Adalah para Dewa yang berdiam diatas pohon. Dewa ini dibagi dalam 2 kelompok yaitu, Dewa yang mempunyai Khayangan diatas pohon, dan kelompok Dewa yang tidak mempunyai Khayangan diatas pohon.
  • AKASATTHA-DEVATA        : Adalah para Dewa yang berdiam di Angkasa. Seperti berdiam dibulan, bintang, planet dan lain-lain.
  • Yang disebut Tavatimsa-Bhumi, karena dahulu kala ada sekelompok pria yang berjumlah 33 orang yang selalu bekerja sama dalam berbuat kebaikan. Seperti bersama-sama membantu fakir miskin, bersama-sama membangun Vihara, dan lain-lainnya. Sewaktu mereka meninggal dunia semuanya terlahir dalam satu alam, yang disebut Tavatisma-Bhumi, yaitu alam Tigapuluh tiga Dewa.
Perlu juga untuk diketahui, bahwa di keempat penjuru alam ini, terdapatlah delapan sorga di setiap penjurunya, dan di tengah-tengahnya adalah kedudukan dari Dewa Indriya yang memimpin jalan untuk mencapai tingkat Buddha.
  • Yang disebut Yama-Bhumi, karena para Dewa yang berdiam di Alam ini, terbebas dari kesulitan dan hanyalah kesenangan saja.
  • Yang disebut Tusita-Bhumi, karena para Dewa yang berdiam di ala mini terbebas dari kepanasan hati, yang ada hanyalah kesenangan dan kenikamatan.
Para Bodhisattva yang telah menyempurnakan paramita-paramita, berkedudukan didalam alam ini, sampai tiba waktunya untuk muncul di alam manusia guna mencapai tingkat Buddha.
Demikian pula, Buddha yang akan dating ke dunia ini (Maitreya), kini Beliau berkedudukan di alam Tusita ini.
  • Yang disebut Nimmanarati-Bhumi, karena para Dewa yang berdiam di alam ini menikmati kesenangan panca-indriya hasil ciptaannya sendiri.
  • Yang disebut Paranimmita-Vasavatti-Bhumi, karena para Dewa yang berdiam di alam ini, disamping menikmati kesenangan panca-indriya dan juga mampuh membantu menyempurnakan ciptaan dari Dewa-Dewa lain.
Karena alam Dewa ini adalah yang tergolong mahluk yang badanya terdiri dari unsur yang lebih halus daripada unsur-unsur badan manusia. Mereka juga tidak kekal keadaannya, juga tidak luput dari kelahiran dan kematian. Didalam beberapa hal mereka melebihi manusia, tetapi dalam bidang kebijaksanaan mereka tidak mengatasi manusia.
Mahluk-mahluk Dewa ini mempunyai cara kelahiran yang spontan atau langsung timbul bila mereka cukup umurnya.
Kesebelas alam ini adalah yang disebut KAMALOKA atau KAMA-BHUMI, yaitu kehidupan yang masih diliputi oleh perasaan.              
  1. RUPALOKA/RUPA-BHUMI, adalah tempat tinggalnya Rupa-Brahma, dan Rupaloka/Rupa-Bhumi ini terdiri 16 alam kehidupanm yaitu :
    1. Pathama Jhana Bhumi, yaitu ada 3 alam kehidupan Jhana pertama :
12.  Brahma Parisajja      : ialah alam pengikut-pengikut Brahma.
13.  Brahma Purohita      : ialah alam para mentrinya Brahma.
14.  Maha Brahma           : ialah alam Brahma yang besar.
  1. Dutiya Jhana Bhumi, yaitu ada 3 alam kehidupan Jhana kedua :
15.  Brahma Parittabha   : ialah alam para Brahma yang kurang bercahaya.
16.  Brahma Appamanabha         : ialah alam para Brahma yang tidak terbatas cahayanya.
17.  Brahma  Abhassana : ialah alam para Brahma yang bergemerlapan cahayanya.
  1. Tatiya Jhana Bhumi, yaitu ada 3 alam kehidupan Jhana ketiga :
18.  Brahma Parittasubha            : ialah alam para Brahma yang kurang auranya.
19.  Brahma Appamansubha       : ialah alam para Brahma yang tidak terbatas auranya.
20.  Brahma subhakinha  : ialah alam para Brahma yang auranya penuh dan tetap.
  1. Catutha Jhana Bhumi, yaitu ada 7 alam khidupan Jhana keempat :
21.  Brahma Vehapphala : ialah alam para Brahma yang besar pahalanya.
22.  Brahma Asannasatta            : ialah alam para Brahma yang kosong dari kesadaran (yang tidak bergerak)
Selanjutnya alam-alam dari Jhana keempat ini dinamai alam AUDDHAVASA yang terdiri atas 5 alam kediaman yang murni, dan alam kehidupan ini adalah khusus untuk para Anagami, yaitu :
23.  Brahma Aviha          : ialah kediaman para mahluk yang tidak bergerak.
24.  Brahma Atappa        : ialah alam kediaman para mahluk/Brahma yang suci.
25.  Brahma Sudasa        : ialah alam kediaman para mahluk/Brahma yang indah.
26.  Brahma Sudasi         : ialah alam kediaman para mahluk/Brahma yang terang.
27.  Brahma Akanittha    : ialah alam kediaman para mahluk/Brahma yang luhur.
Hanya mereka yang mengembangkan Jhana-Jhana, akan terlahir nanti di alam-alam yang lebih tinggi. Demikian pula para penganut ajaran Buddha Gotama yang telah mengembangkan Jhana pertama, kedua, ketiga, atau keempat akan terlahir kemabali nanti di alam-alam yang sesuai dengan pencapaian Jhananya masing-masing.
Di alam yang ke-22, yaitu Asannasastta, disini tidak ada kesadaran, tetapi hanya ada materi. Pikiran untuk sementara waktu lenyap (mengendap), sedangkan kekuatan dari Jhana berlangsung terus. Alam Suddhavasa adalah tempat para Anagami. Umumnya dalam tingkatan pertama/permulaan mereka tidak dilahirkan disini. Mereka yang mencapai tingkat Anagami didalam kehidupan di dunia, setelah meninggal dunia, mereka akan lahir di kediaman ini dan tetap tinggal disini sampai mereka mencapai tingkat Arahat.
  1. ARUPALOKA/ARUPA BHUMI, adalah tempat tinggalnya Arupa-Brahma, dan pada Arupa-Bhumi ada 4 alam kehidupan, yaitu :
28.  Akasanancayatana      : ialah keadaan konsepsi ruangan yang tanpa batas.
29.  Vinnacayatana            : ialah keadaan konsepsi kekosongan.
30.  Nevasannanasannayatana       : ialah keadaan konsepsi bukan pencerapan pun bukan tidak pencerapan.
Perbedaan antara RUPA-BRAHMA dan ARUPA-BRAHMA yaitu :
Rupa-Brahma  : berarti Brahma-Bermateri, yaitu Brahma yang mempunyai lima kelompok kehidupan atau pancakhandha.
Arupa-Brahma            :  berarti Brahma yang tidak bermateri, yaitu Brahma yang hanya mempunyai kelompok Rohaniah (Nama-Khandha), yakni kelompok perasaan (Vedana-Khandha), kelompok pencerapan (Sanna-Khandha), kelompok bentuk pikiran (Sankhara-Khandha), dan kelompok kesadaran (Vinnana-Khandha). Tetapi “tidak” mempunyai kelompok jasmani atau materi (Rupa-Khandha).
Ada Brahma yang tidak mempunyai kelompok Rohaniah (Nama-Khandha), yaitu Brahma-Asannasatta (alam kehidupan no.16), hanya mempunyai Rupa atau Materi, tetapi tidak mempunyai Nama atau Rohani.
Catatan :
  1.  4 alam APAYA ditambah 7 Alam KAMASUGATI disebut 11 Alam KAMA.
  2. 16 Alam RUPA ditambah 4 Alam ARUPA disebut 20 Alam Brahma.
  3. 7 Alam KAMASUGATI ditambah 20 Alam Brahma disebut 27 Alam SUGATI, yaitu 27 Alam kehidupan yang menyenangkan.
  4. 4 Alam APAYA juga disebut 4 Alam DUGGATI, yaitu 4 Alam kehidupan yang menyedihkan.
  5. 27 Alam SUGGATI ditambah 4 Alam DUGGATI disebut 31 Alam kehidupan
Didalam kitab Abhidhammattha Sangha, disebutkan tentang batass atau jangka waktu mengenai umur dari kehidupan di alam-alam itu. Kehidupan mahluk-mahluk di alam Apaya atau di alam Neraka, yakni 4 Alam yang menyedihkan, dan di alam manusia, adalah tidak mempunyai jangka waktu yang tertentu.
Sedangkan kehidupan dari para Dewa, seperti di Alam empat Dewa Raja mempunyai jangka umru 500 tahun kahayangan. Jika ini dihitung dengan tahun biasa, seperti dalam dunia kita ini, adalah sebanyak 9 juta tahun. Selanjutnya jangka waktu kehidupan di Alam 33 Dewa adalah 2 kali jumlah kehidupan di Alam empat Dewa Raja.
Demikianlah seterusnya, di alalm Dewa yang lebih tinggi selalu 2 kali jumlah jangka waktu kehidupan dari alam yang dibawahnya. Jangka waktu kehidupan di Alam Brahma dan alam-alam diatasnya, adalah dihitung dengan Kappa, Asankheyya Kappa dan Maha Kappa. Di ala mini, jangka waktu kehidupan 2 kali jangka kehidupan dari alam yang dibawahnya ada yang tidak.
Bagan/Schema Tiga puluh satu alam
LOKA/BHUMIMI
Keterangan
Batas Umur
31.Nevasana Nasannayatana
30.Akincannayatana
29.Vinnanancayatana
28.Akasanancayatana
84 .000 Maha Kappa
60 .000 Maha Kappa
40 .000 Maha Kappa
20 .000 Maha Kappa

Catutha Jhana
Suddhavasa
27. Akinittha
26. Suudassi
25. Sudassa
24. Atappa
23. Aviha
16.000 Maha Kappa
8.000 Maha Kappa
4.000 Maha Kappa
2.000 Maha Kappa
1.000 Maha Kappa
22. Asanna Satta
21. Vehappahala
500 Maha Kappa
500 Maha Kappa
16
Tatiya Jhana Bhumi
20. Subhakinha
19. Appamansubha
18. Parittasubha
64 Maha Kappa
32 Maha Kappa
16 Maha Kappa

Dutiya Jhana Bhumi
17. Abhassana
16. Appamanabha
15. Parittabha
8 Maha Kappa
4 Maha Kappa
2 Maha Kappa

Pathama Jhana Bhumi
14. Maha Brahma
13. Brahma Purohita
12. Brahma Parisajja
1 Maha (Asankheya) Kappa
1/2 Maha (Asankheya) Kappa
1/3 Maha (Asankheya) Kappa

Devaloka (6)
Sugati (7)
11. Paranimita Vassati
10. Nimmmanarati
9. Tusita
8. Yama
7. Tavatimsa
6. Catummaharajika
9126 juta thn/16.000 thn khayangan.
2304 juta thn/8.000 thn khayangan.
576 juta thn/4.000 thn khayangan.
144 juta thn/2.000 thn khayangan.
36 juta thn/1.000 thn khayangan.
9 juta thn/500 thn khayangan.
11
5. Manusia
Tidak ada ketentuan

Dugati (4)
4. Asura
3. Peta
2. Tiracchana
1. Niraya
Tidak ada ketentuan
Tidak ada ketentuan
Tidak ada ketentuan
Tidak ada ketentuan




  • Okasaloka adalah alam tempat. Disini terdapat dan hidup mahluk-mahluk diatas, seperti bumi adalah okasaloka tempat manusia hidup dan tempat bend-benda matiseperti besi, batu dan sebagainnya. Alam dewa adalah okasaloka tempat para dewa hidup. Alam neraka adalah okasaloka tempat mahluk-mahluk rendah yang menderita.
Menurut kepercayaan agama budha alam tersebut diatas bukan diciptakan Tuhan, dan Tuhan tidak mengaturnya. Agama budha selalu menghindari membicarakan persoalan hubungan Tuhan atau Yang Mutlak dengan alam yang tidak mutlak karena dikhawatirkan dapat menimbulkan problem metafissika yang tidak habis-habisnya. Segala sesuatu dialam semesta ini dikembalikan dalam rangkain sebab-akibat, berdasarkan aturan yang berlaku di mana-mana, yang dinamakan hukum. Dalam pengertian ini, setiap hubungan sebab-akibat harus dianggap sebagai manifestasi dari suatu hukum yang berlaku di mana-mana. Hukum yang tetap, yang pasti, disebut dharma, yang mengatur tata tertib alam semesta, tidak tercipta, kekal dan imanent.[4]
  1. b.      KonsepTentangManusia[5]

Dalam ajaran agama Buddha, manusia menempati kedudukan yang khusus dan tampak memberi corak yang dominan pada hampir seluruh ajarannya. Kenyataan yang dihadapi manusia dalam hidup sehari-hari merupakan titik tolak dan dasar dari seluruh ajaran Buddha. Hal ini dibicarakan dalam ajaran yang disebut tilakhana (Tiga corak umum agama Buddha), catur arya satyani (empat kesunyataan mulia), hukum karma (hukum perbuatan), dan tumimbal lahir (kelahiran kembali).
Manusia, menurut ajaran Buddha, adalah kumpulan dari energi fisik dan mental yang selalu dalam keadaan bergerak, yang disebut Pancakhanda atau lima kelompok kegemaran yaitu rupakhanda (jasmani), vedanakhanda (pencerahan), sannakhandha (pencerapan), shankharakhandha (bentuk-bentuk pikiran), dan vinnanakhandha (kesadaran) . Kelima kelompok tersebut saling berkaitan dan bergantung satu sama lain dalam proses berangkai, kesadaran ada karena adanya pikiran, pikiran timbul disebabkan adanya penyerapan, penyerapan tercipta karena adanya perasaan, dan perasaan timbul karena adanya wujud atau Rupa. Kelima khanda tersebut juga sering diringkas menjadi dua yaitu: nama dan rupa. Nama adalah kumpulan dari perasaan, pikiran, penyerapan dan perasaan yang dapat digolongkan sebagai unsur rohaniah, sedang Rupa adalah badan jasmani yang terdiri dari empat unsur materi yaitu unsur tanah, air, api, dan udara atau hawa.
Pancakkhanda atau lima kelompok kehidupan[6]
Untuk memahami masalah manusia itu. Beberapa orang menganggap bahwa terlebih dahulu haruslah terdapat suatu “INTI” atau “HAKEKAT” yang merupakan identitas didalam diri manusia yang dinamakan Ego, Atta,l Diri dan sebagainya. Kan tetapi bilamana kita mau berfikir dengan bijaksana, tak perlulah factor itu diadakan untuk memahami seluk beluk manusia. Manusia terdiri atas jasmani dan rohani (Rupa-Nama), yang kedua-duanya bersifat berubah dan mengalir terus-menerus, timbul dan tenggelam, sampai prose situ dapat dihentikan dan dicapainya Nibbana.
Jika diselidiki lebih jauh, maka yang disebut manusia itu terdapatlah lima kelompok kehidupan atau yang disebut pancakhanda, yaitu terdiri dari :
  1. KELOMPOK KEHIDUPAN JASMANAI atau RUPAKKHANDHA
Kelompok kehidupan atau Kandha ini berasal dari Maha Bhuta artinya Unsur Utama, yang terdiri dari Catur-Dhatu artinya Empat-Unsur, yaitu :
1)   Pathavi-dhatu = Unsur padat/tanah, ialah segala sesuatu yang padat pada tubuh manusia, misalnya : tulang. Gigi, kuku dan lain-lainnya.
Unsur ini dinamakan unsur mengembang (the element of extension), yang menjadi pokok dasar kelompok kehidupan jasmani dan unsur yang memudahkan wujud materi mendapatkan ruang. Segala benda yang bersifat keras dan lemas adalah perkembangan unsur ini, yang banyak terdapat di dalam kebendaan. Oleh karena pengaruhnya lebih besar di tanah, maka disebut juga unsure Tanah.
2)   Apo-dhatu = Unsur cair, ialah segala sesuatu yang bersifat cair pada tubuh manusia, misalnya : darah, peluh, air mata, dan lain-lainnya.
Unsur ini dinamakan unsur persamaan/cocok (the element of cohesion), yang dikenal sebagai unsur yang pengaruhnya lebih besar di air. Unsur inilah yang menyatukan benda-benda atom dalam menggerakkan/memencarkan hingga mewujudkan bentuk benda yang besar.
3)   Tejo-dhatu = Unsur panas, ialah segala sesuatu yang bersifat panas pada tubuh manusia, misalnya : demam, suhu badan, enersi pencernaan dan lain-lainnya.
Unsur ini dinamakan unsure yang dapat mematangkan segala sesuatu benda-benda, oeh karena pengaruhnya lebih besar di api, maka unsure ini disebut unsur api. Tetapi unsur api ini berisikan hawa dingin, maka hawa panas dan hwa dingin adalah dua perkembangan daripada unsur ini dan keutuhannya atau kerusakannya semua benda-benda juga disebabkan oleh unsur ini.
4)   Vayo-dhatu = Unsur gerak, ialah segala sesuatu yang bersifat gerak pada tubuh manusia, misalnya : napas, hawa, udara dalam badan dan lain-lainnya.
Unsur ini dinamakan unsure kekuatan penunjang atau penolak (the element of motion), maka semua pergerakan dan getaran disebabkan oleh unsur ini.
Keempat unsur tersebut diatas adalah tidak dapat dipisah-pisahkan, akan tetapi selalu saling bergantungan yang satu dengan yang lainnya, saling bantu-membantu dan sebagainya.
Segala benda terbentuk berasal dari keempat unsur tersebut diatas dan apabila rusak, maka akan terurai kembali pada unsure asalnya semula yang membentuknya. Di dalam Rupakkhandha ini termasuk pula panca-indriya, yaitu :
(1)   Mata atau Cakkhu, ialah dengan objek sasarannya seperti bentuk-bentuk yang dapat terlihat.
(2)   Telinga atau Sota, ialah dengan objek sasarannya seperti sura-suara yang dapat didengarnya.
(3)   Hidung atau Ghana, ialah dengan objek sasarannya seperti bau-bauan yang dapat diciumnya.
(4)   Lidah atau Jivha, ialah dengan objek sasarannya seperti makanan dan minuman yang dapat dikecapnya.
(5)   Tubuh atau Kaya, ialah dengan objek sasarannya seperti yang keras atau lembut yang dapat disentuhnya.
Selain daripada kelima indriya diatas juga terdapat pikiran, ialah dengan pendapat-pendapat dan konsepsi-konsepsi yang ada didalam alam “objek-pikiran” yang dalam bahasa pali disebut “dhammayatana” .
Kesimpulannya ialah benda-benda dalam keseluruhannya ada didalam badan manusia dengan objek-objek sasarannya.
  1. KELOMPOK KEHIDUPAN PERASAAN atau VEDANAKKHANDHA
Kelompok kehidupan atau khanda ini yang termasuk semua perasaan bahagia, menderita dan perasaan netral, yang timbul oleh karena adanya kontak/kesan daripada indriya-indriya yang berhubungan dengan dunia-luar (objek sasarannya).
Kontak atau kesan tadi yang terdiri dari enam macam, yaitu :
(1)   Perasaan yang timbul dari kontak/kesan melalui Cakkhu dengan bentuk-bentuk yang dapat dilihatnya.
(2)   Perasaan yang timbul dari kontak/kesan melalui Sota dengan suara-sura yang dapat didengarnya.
(3)   Perasaan yang timbul dari kontak/kesan melalui Ghana dengan bau-bauan yang dapat diciumnya.
(4)   Perasaan yang timbul dari kontak/kesan melalui Jivha dengan makanan dan minuman yang dapat dikecapnya.
(5)   Perasaan yang timbul dari kontak/kesan melalui kaya dengan suatu yang keras atau lembut yang dapat disentuhnya.
(6)   Perasaan yang ditimbulkan dari kontak/kesan melalui manayatana/dhammayatana (landasan pikiran) dengan gambaran-gambaran pikiran yang dapat dipikirkannya.
Semua perasaan physic dan mental tergolong dalam kelompok ini dan harus pula diingat baik-baik, bahwa pikiran juga sebagai indriya, seperti halnya mata, hidung dan lain-lainnya.
  1. KELOMPOK KEHIDUPAN PENCERAPAN atau SANNAKHANDHA
Kelompok kehidupan atau khanda ini termasuk semua pencerapan yang menyenangkan, menjemukan dan yang netral, yang ditimbulkan dari keenam indriya berhubungan dengan objek-objek sasarannya masing-masing, sebagaimana halnya kelompok perasaan, dimana pencerapan tercipta disebabkan oleh keenam indriya yang mengadakan kontak dengan dunia luar, yaitu :
(1)   Pencerapan bentuk-bentuk yang dilihat oleh mata.
(2)   Pencerapan suara-suara yang didiengar oleh telinga.
(3)   Pencerapan bau-bauan yang dicium oleh hidung.
(4)   Pencerapan makanan dan minuman yang dikecap oleh lidah.
(5)   Pencerapan benda-benda keras atau lembut yang disentuh oleh tubuh.
(6)   Pencerapan objek-objek mental oleh pikiran.
Melalui pencerapan inilah orang baru dapat mengenali objek-objek, baik yang merupakan objek fisik maupun objek mental.
  1. KELOMPOK KEHIDUPAN BENTUK-BENTUK PIKIRAN atau SANKHARAKKHANDHA
Kelompok kehidupan atau khanda ini termasuk semua keadaan mental yang membahagiakan, menderita dan yang netral, yang ditujukan kepada enam golongan kehendak (cetana) yaitu :
(1)      Kepada bentuk-bentuk yang dapat dilihatnya.
(2)      Kepada Suara-suara yang dapat didiengarnya.
(3)      Kepada Bau-bauan yang dapat diciumnya.
(4)      Kepada makanan dan minuman yang dapat dikecapnya.
(5)      Kepada benda-benda keras atau lembut yang dapat disentuhnya.
(6)      Kepada  objek-objek mental yang dapat dipikirkannya.
Dalam kelompok kehidupan ini semua kegiatan kehendak (cetana) yang baik atau buruk pada umumnya dikenal dengan kamma, termasuk khanda ini.
  1. KELOMPOK KEHIDUPAN KESADARAN atau VINNANAKKHANDHA
Kelompok kehidupan atau kahndha ini ialah termasuk semua kesadaran yang menyenangkan, menjemukan dan yang netral, terdiri dari :
  1. Kesadaran mata
  2. Kesadaran telinga
  3. Kesadaran hidung
  4. Kesadaran lidah
  5. Kesadaran tubuh
  6. Kesadaran pikiran
Kesadaran adalah suatu reaksi yang mempunyai dasar dari salah satu indriya, misalnya kesadaran mata sebagai dasar dan juga sebagai objek dari benda-benda yang terlihat. Kesadaran pikiran adalah pikiran sebagai dasar dan idea atau gambaran pikiran selalu dihubungkan dengan indriya, sebagaimana halnya dengan perasaan, pencerapan dan kehendak berhubungan dengan keenam indriya dan objek sasarannya.
Haruslah dimengerti dengan baik, bahwa kesadaran tidak dapat mengenal sesuatu objek. Tetapi hanya merupakan kesadaran sejenak atau kesadaran/tahu. Tentang adanya satu objek, misalnya mendapat kontak dengan warna biru, kemudian kesadaran mata bangkit dan sadar tentang adanya warna. Sampai disini belum mengenalnya sebagai warna biru. Pada tingkat ini sebenarnya belum sampai mengenal sesuatu apa dan pada tingkat pencerapan barulah dapat mengenal warna itu sebagai warna apa. Istilah “kesadaran/mata” hanyalah yang berarti, bahwa sebuah bentuk telah terlihat. Tetapi belum berarti mengenalnya dan begitupulalah halnya dengan kesadaran indriya-indriya lainnya.
Kelima kelompok kehidupan atau Pancakkhandha adalah membentuk keseluruhan apa yang disebut “manusia” dan tidak terdapat manusia diluar khandha tersebut, seperti juga tak terdapat sebuah “meja” di luar keempat kakinya dan beberapa potong papan yang membentuknya. Selanjutnya kelima khandha bukanlah merupakan kelompok-kelompok yang saling bergantungan dan masing-masing mengalami proses perubahan serta kelangsungannya sendiri.
Tak ada sesuatu kesatuan yang statis dimanapun juga ; yang ada hanyalah kelangsungan daripada proses-proses dan gabungan-gabungan yang menjadi kelompok-kelompok.
Sekedar untuk dimengerti proses namakkhandha atau kelompok rohani yang berlangsung secara demikian :
Sanna-Vinnana-Sankhara-Vedana
atau
Pencerapan-Kesadaran-Bentuk-bentuk pikiran-Perasaan
Manusia dalam ajaran Buddha merupakan makhluk dimana jenis kelaminnya ditentukan pada saat pembuahan karena karma dari perbuatannya dalam hidup terdahulu. Ditinjau dari hukum karma, ada akibatnya bila orang melakukan pelanggaran seksual. Ajaran Budhha sangat menuntut disiplin dalam perbuatan seksual. Dan kedua unsur tersebut diatas adalah dasar dari manusia, oleh karena itu, Sebagaimana dijelaskan dalam buku filsafat whitehead tentang jati diri manusia bahwa emosi, kenikmatan, harapan, kekuatan, penyesalan dan macam-macam pengalaman mental adalah unsur-unsur pembentuk jiwa manusia. Badan juga berfungsi sebagi “bidang ekspresi manusia”. Jiwa manusia adalah kesatuan yang kompleks dari kegiatan-kegiatan mental, dari yang paling rendah hingga yang bersifat intelektual.

Dalam agama Buddhis manusia terikat oleh 5 kelompok ikatan Skanda (panca skanda) yang terdiri dari rupa (bentuk jasmani), vedanna (perasaan), sanna (pencerapan, penginderaan), sankhara (bentuk pikiran), vinnana (kesadaran).
Tujuan akhir manusia adalah mencapai pencerahan atau Nibbana, dengan tercapainya nibbana tidak ada lagi keinginan yang diharapkan oleh manusia, tak ada harapan apapun, tidak lagi memikirkan akan kelangsungan dirinya. Dengan mencapai tahap ini manusia sudah tidak lagi memiliki keinginan, nafsu-nafsu kotor, sudah lepas dari segala ikatan dunia dan ikatan kamma itu sendiri.
Manusia memiliki potensi yang tak terbatas. Dimana potensi trersebut banyak tidak dipergunakan oleh manusia. Selama manusia tidak menyadari potensi yang dimilikinya, makan akan sulitlah bagi manusia untuk mencapai tujuan akhir umat Buddha yaitu Nibbana (kebahagian tertinggi). Nibbana adalah suatu “keadaan”, seperti diajarkan oleh sang Buddha, Nibbana adalah keadaan yang pasti setelah keinginan lenyap. Api menjadi padam karena kehabisan bahan bakar. Nibbana adalah padamnya keinginan, ikatan-ikatan, nafsu-nafsu, kekotoran-kekotoran batin. Dengan demikian Nibbana adalah kesunyataan abadi, tidak dilahirkan (na uppado- pannayati), tidak termusnah (na vayo-pannayati), ada dan tidak berubah (nathitassannahattan-pannayati). Nibbana disebut juga asankhata-dhamma (keadaan tanpa syarat, tidak berkondisi). Dalam Paramathadi panitika disebutkan Natthi Vanam Etthani Nibbanam (keadaan yang tenang yang timbul dengan terbebasnya dari tanha/keinginan rendah disebut Nibbana).
Cara untuk mencapai pecerahan adalah dengan menembus empat kesunyataan mulia (catur arya styani), tekun melakukan perenungan terhadap kelima skanda sebagai sesuatu yang tidak kekal (anicca), tidak bebas dari derita (dukkha), dan tanpa aku (anatta). Menyelami bahwa apa yang disebut makhluk atau diri tidak lain adalah proses atau arus keadaan mental dan jasmani yang saling bergantung (paticca samuppada). Dengan menganalisa ia menyelami bahwa semua hanyalah sebuah arus dari sebab dan akibat. Meneliti dengan cermat sifat sebab-akibat sehingga menembusi alam kesadaran yang lebih tinggi. Seluruh alam semesta tidak lain adalah berisi bermacam arus dan getaran yang tidak kekal. Dengan penembusan ini nafsu keinginan, kehausan akan penjelmaan akan terhenti, dan muncul dalam jalan kesucian, sampai bersatu dengan Kesadaran Agung Nirvana.

Jalan untuk mencapainya tertuang dalam delapan jalan utama (Hasta Arya Marga) yang terdiri dari tiga usaha besar yang harus dijalankan tiap hari yaitu: menjalankan Panna (kebijaksanaan), Sila (tata susila hidup bermasyarakat), dan Samadhi (membebaskan diri dari nafsu keinginan untuk sampai pada kesadaran).
Mereka yang mencapai nibbana tidak lagi menaruh perhatian terhadap kelangsungan dirinya. Kematian dapat tiba menurut kehendaknya atau setelah umurnya selesai. Mereka tidak lagi menimbun kamma baru, melainkan sekedar menghabiskan akibat kamma lampaunya.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai nibbana yaitu:
  1. Kita harus menyadari bahwa umat manusia memiliki potensi tidak terbatas. Kalau manusia diartikan sebagai mahkluk lemah dan tidak berdaya yang terus menerus terombang-ambing oleh aliran takdir maka tidak ada kemungkinan mencapai nibbana. Ajaran Buddha menyadari sepenuhnya kaebaikan manusia yang tidak terbatas.
  2. Adanya dorongan yang kuat dari dalam batin untuk mencapai nibbana. Keinginan yang kuat bukanlah berasal dari luar. Kesadaran akan pentingnya keinginan untuk mencapai nibbna ini sangat penting. Nibbana adalah tanggung jawab seklaigus hak.
  3. Harus ada kesadaran apabila umat manusia akan mendapatkan hasil kalau dia berusha terlebih dahulu. Ini berarti kalau anda telah menebar benih, maka anda berhak menuai hasilnya.
Dari tiga hal diatas dapat diambil kesimpulan untuk mencapai nibbana manusia harus memenuhi tiga syarat yaitu menyadari ketidakterbatasan potensi manusia, memiliki keinginan untuk mencapai nibbana dan langsung berusaha mewujudkan keinginan tersebut, dan meyakini bahwa di dunia spiritual tetap berlaku hukum sebab-akibat. Jika anda menabur benih dan berusaha memeliharanya agar tumbuh dengan baik, pasti benih itu akan mendatangkan hasil.
PATICCA-SAMUPPADA
Bunyi hukum paticca-samuppada
Perkataan paticcasamuppada terdiri atas Paticca artinya disyaratkan dan kata Samuppada artinya muncul bersamaan. Jadi  paticca-samuppada artinya mucul bersamaan karena syarat berantai, atau pokok permulaan sebab akibat yang saling bergantungan.
Prinsip dari ajaran hukum paticcasamuppada diberikan dalam empat rumus pendek yang berbunyi sebagai berikut.
I.          Imasming Sati Idang Hoti
Dengan adanya ini maka terjadilah itu.
II.        Imassupada Idang Uppajati
Dengan timbulnya ini maka timbulah itu.
III.       Imasming Asati Idang Na Hoti
Dengan tidak adanya ini maka tidak adalah itu.
IV.       Imassa Nirodha Idang Nirujjati
Dengan terhentinya ini maka terhentinya itu.
Berdasarkan prinsip dari saling menjadikan, relativitas dan saling bergantungan maka seluruh kelangsungan dan kelanjutan hidup dan juga terhentinya hidup telah diterangkan dalam satu rumus dari dua belas pokok yang dikenal sebagai paticcasamuppada.
1.         Avijja Paccaya Sankhara
Dengan adanya ketidaktahuan maka terjadilah bentuk-bentuk kama.
2.         Sankhara Paccaya Vinnanang
Dengan adanya bebtuk-bentuk kamma maka terjadilah kesadaraan.
3.         Vinana Paccaya Namarumpang
Dengan adanya kesadaran maka terjadilah rohani jasmani.
4.         Namarupa Paccaya Salayatanang
Dengan adanya kesadaran rohani jasmani maka terjadilah enam landasan indranya.
5.         Salayatana Paccaya Phasso
Dengan adanya enam landasan indriya maka terjadilah kontak/kesan-kesan.
6.         Phassa Paccaya Vedana
Dengan adanya kontak maka terjadilah perasaan.
7.         Vedana Paccaya Tanha.
Dengan adanya perasaan maka terjadilah keinginan.
8.         Tanha Paccaya Upadanang
Dengan adanya tanha maka terjadilah kemelekatan.
9.         Upadana Paccaya Bhavo
Dengan adanya kemelekatan maka terjadilah proses penjelmaan
10.       Bahava Paccaya Jati
Dengan adanya proses penjelmaan maka terjadilah kelahiran.
11.       Jati Paccaya Jaramaranang
Dengan adanya tumimbal-lahir maka terjadilah kelapukan keluh kesah, sakit, kematian, dll.
12.       Jara-Marra
Kematian, kelapukan, keluh kesah, sakit, dll, sebagai akibat dari tumimbal-lahir.

  1. c.         ETIKA (CATUR PARAMITA DAN CATUR MARA)
    1. a.      Catur Paramita[7]
Di dalam diri manusia terdapat sifat-sifat Ketuhanan yang di sebut paramita yaitu dalam bathinnya merupakan segala sumber dari perbuatan baik (kusalakamma) yang tercetus pada pikiran, ucapan dan badan. Karena itu kita harus bias mengembangkan paramita itu. Demi kebahagiaan, ketenangan dan kegembiraan hidup kita. Sifat ketuhanan itu terdiri dari :
  1. Metta         : ialah cinta-kasih universal yang menjadi akar dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini dikembangkan dosa akan tertekan.
  2. Karuna      : ialah kasih-sayang universal karena melihat suatu kesengsaraan, yang menjadi akar perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini berkembang lobha akan tertekan.
  3. Mudhita    : ialah perasaan bahagia (simpati) universal karena melihat makhluk lain bergembira, yang menjadi akar dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bial ini berkembang issa akan tertekan.
  4. Upekkha    : ialah keseimbangan bathin universal sebagai hasil dari melaksanakan metta. Karuna. Mudhita dan upekkha, juga merupakan akar dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini telah berkembang moha akan tertekan, bahkan akan lenyap.
    1. b.      Catur Mara[8]
Disamping adanya sifat-sifat ketuhanan, terdapat pula sifat-sifat setan/ jahat (marra) dalam bathin manusia dan ini merupakan sumber dari perbuatan buruk (akusalakamma) yang tercetus pada pikiran, ucapan dan badan. Karena itu kita harus dapat melenyapkannya agar hidup kita tidak terus-menerus di dalam kesengsaraan dan penderitaan yang tiada henti-hentinya. Sifat setan/jahat itu terdiri dari :
  1. Dosa          : ialah kebencian yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila di kembangkan metta.
Dosa ini secara ethica (ajaran tentang keluhuran buda dan kesopanan) berarti kebencian. Tetapi secara psychilogis (kejiwaan) berarti pukulan yang berat dari pikiran terhadap objek bertentangan.
  1. Lobha        : ialah serakah yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila di kembangkan karuna.
Lobha ini secara ethica berarti keserakahan/ketamakan. Tetapi secara psychilogi (kejiwaan) berarti terikat  pikiran pada objek-objek. Inilah yang kadang-kadang disebut Tanha yaitu keinginan yang tiada henti-hentinya.
  1.  Issa           : ialah irihati yaitu perasaan tidak senang melihat makhluk lain berbahagia, yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila dikembangkan mudhita.
  2. Moha         : ialah kegelisahan bathin sebagai akibat dari perbuatan dosa, lobha, dan issa. Akan lenyap bila dikembangkan upekkha. Moha berarti kebodohan dan kurangnya pengertian. Selain itu moha juga disebut Avijja yaitu ketidaktahuan, atau Annana yaitu tidak berpengetahuan, atau Adassana yaitu tidak melihat.





  1. c.       Pikiran Baik, Jahat dan Akibatnya
Tersebutlah kata-kata yang diucapkan oleh YMS Buddha Gotama dalam kitab Dhammapada, yaitu bagian kecil dari Suta-Pittaka yang berbunyi sebagai berikut :
Ayat 1      :           segala sesuatu adalah hasil dari pada apa yang telah dipikirkan, berdasarkan pikiran dan dibentuk oleh pikiran. Bila seseorang berbicara atau bertidak dengan pikiran yang jahat, maka penderitaan akan mengikutinya seperti roda-pedati yang mengikuti jejak kaki lembu yang menariknya.
Ayat 2      :           segala sesuatu adalah hasil dari pada apa yang telah dipikirkan, berdasarkan pikiran dan dibentuk oleh pikiran. Bila seseorang berbicara atau bertidak dengan pikiran yang baik, maka kebahagiaan akan mengikutinya seperti bayangan yang tidak pernah meninggalkan dirinya.

HUBUNGAN SILA DENGAN CATUR PARAMITA
Sila dapat dilakukan dengan baik, bilamana pikiran penuh dengan Catur Paramita.
Haruslah terlebih dahulu kita mengenalnya. Pengertian secara umum yaitu corak daripada sila, ialah pelaksanaan hidup bersusila  (beradab); intisari sila ialah peniadaan pelanggaran dalam hidup bersusila; cetusan sila ialah kesucian pikiran, ucapan dan tindakan-badan; dan dasar sila iualah perasaan malu untuk berbuat kejahatan  (HIRI) dan takut berbuat kejahatan karena hati nurani (OTTAPPA).
Sila ini dibangun atas konsepsi cinta kasih yang universal dan belas kasihan terhadap sesame mahluk hidup, yang juga menjadi dasar ajaran Buddha Gautama. Menurut ajaran agama Buddha. Untuk memperoleh kesempurnaan ada dua macam sifat luhur yang harus dikembangkan berbarengan, yaitu :
  1. Metta dan karuna (cinta kasih dan kasih sayang)
  2. Panna (kebijaksanaan).
Dalam metta dan karuna adalah termasuk cinta kasih, suka bermurah hati, toleransi dan sifat-sifat luhur lainnya dari segi emosi (perasaan) atau sifat-sifat yang timbul dari “hati”. Sedangkan panna berhubungan dengan intelek (kecerdasan) atau sifat-sifat yang timbul dari pemikiran.
Kalu orang hanya mengmanbangkan dari segi emosinya saja dengan mengabaikan dari segi inteleknya, maka orang ini kelak akan menjadi “orang gila yang baik hati” sebaliknya, kalau orang hanya mengambangkan segi inteleknya saja dengan mengabaikan segi emosinya, maka orang ini akan menjadi “orang yang berhati batu” dan tidak mempunyai perasaan sedikitpun terhadap orang lain. Oleh karena itu, untuk menjadi sempurna, orang harus mengembangkan sifat-sifta tersebut secara berbarengan.
Inilah tujuan dari “way of life” setiap umat Buddha yaitu dimana kebijaksanaan dan cinta kasih/belaskasihan merupoakan kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Sila yang berdasarkan cinta dan belas kasihan adalah meliputi tiga bagian dari delapan ruas jalan utama, yaitu :
Ruas no. 3 Ucapan Benar
Yang dapat digolongkan sebagai ucapan benar, jika empat macam sarat di bawah ini dipenuhi :
  1. Kata-kata itu benar.
  2. Kata-kata itu beralasan.
  3. Kata-kata itu berfaedah.
  4. Kata-kata itu tepat pada waktunya.
Ini berarti membebaskan diri dari :
  1. Pembicaraan yang tidak benar (berdusta)
  2. Pembicaraan yang dapat menimbulkan kebencian, perpecahan dan perselisihan diantara perorangan atau golongan.
  3. Pembicaraan cabul dan kasar yang menyakiti hati orang lain.
  4. Pembicaraan yang kosong dan tidak ada artinya, desas-desus dan mebicarakan keburukan orang lain
Ruas No. 4 Perbuatan Benar
Yaitu bertujuan untuk mengembangkan perbuatan-perbuatan yang susila, tehormat dan menjauhkan diri dari keributan-keributan. Ini berarti bahwa ia tidak akan membunuh, mencuri, melakukan perbuatan tercela, melakukan perzinahan dan a selalu bersedia menolong orang lain, juga agar dapat menjalankan satu penghidupan yang tenang, terhormat dan dengan cara benar.
Ruas No. 5 Mata-pencaharian yang Benar
Ini yang berarti, bahwa orang seharusnya memiliki mata pencaharian yang tidak mencelakakan atau merugikan orang lain, misalnya :
  1. Berdagang alat-alat perang dan alat untuk pembunuhan lainnya.
  2. Berdagang minuman keras, yang menjadikan orang acuh tidak acuk terhadap ajaran agama.
  3. Berdagang racun.
  4. Membunuh binatang-binatang dengan sengaja.
  5. Dan lain-lain lagi.
Orang seharusnya memilih satu usaha atau pekerjaan yang terhormat, yang tidak merugikan orang lain dan yang tidak mencelakakan atau menyakiti orang lain. Dari sini dapat kita lihat, bahwa ajaran agama Buddha menentang tiap bentuk peperangan, tidak membenarkan untuk berdagang alat-alat perag dan senjata lainnya yang dapat melakukan pembunuhan.
Ini lah tiga bagian dari delapan ruas jalan Utama yang dapat digolongkan dalam perbuatan yang bersusila. Haruslah hendaknya disadari benar-benar, bahwa sila ini bertujuan untuk memperoleh suatu penghidupan yang bahagia dan harmonis bagi orang itu sendiri dan juga untuk orang-orang di sekelilingnya. Bila ini dianggap sebagai dasar yang mutlak guna memperoleh hasil-hasil batiniah yang luhur.

 
DAFTAR PUSTAKA

M. Ripa’I, Perbandingan Agama, (Semarang : Wicaksana 1984), hal.100-101
Majlis Budayana Indonesia, Kebahagiaan dalam Dhamma, (Jakarta : 1980), hal. 19-20
Mukti Ali, agama-agama di Dunia, (yogyakarta IAIN sunan kalijaga press,1988) hal 121-123


[1]M. Ripa’I, Perbandingan Agama, (Semarang : Wicaksana 1984), hal.100-101


[3] Majlis Budayana Indonesia, Kebahagiaan dalam Dhamma, (Jakarta : 1980), hal. 300-311

[4]Mukti Ali, agama-agama di Dunia, (yogyakarta :IAIN sunan kalijaga press, 1988), hal. 121-123



[6] Majlis Budayana Indonesia, Kebahagiaan dalam Dhamma, (Jakarta : 1980), hal. 80-88

[7]Majlis Budayana Indonesia, Kebahagiaan dalam Dhamma, (Jakarta : 1980), hal. 19-20

[8]Majlis Budayana Indonesia, Kebahagiaan dalam Dhamma, (Jakarta : 1980), hal. 21
»»  READMORE...

AGAMA BUDDHA DI KOREA DAN DI JEPANG


PENDAHULUAN
Alhamdulillah puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Allah yang maha kuasa atas karunia yang diberikanya penyusun dapat merampungkan tugas pada mata kuliah Agama Buddha.
              Jika kita tengok ke belakang,  agama Budda lahir dari perkembangan Agama Hindu, terutama dalam kehidupan syaramna timbulah bermacam-macam filsafat, yang kemudian memecah Hindu weda ke adalam berbagai Mazhab . yang dasar berpikirnya makin lama makin jauh dari Weda  mazhab tumbuh karena tidak puas dengan cara-cara lama serta hakekat penyembuhan , yang dilakukan hanya mementingkan jasmani (nafsu)
  Salah satu dari perembangan mazhab itu munculah mazhab baru yang kemudian menjadi agama Buddha yang di bawa oleh Filsuf sidarta Gautama. Demikianlah Buddhisme yang mula-mula muncul, yang pada awalnya hanya merupakan sebauah mazhab, yang akhirnya menjadi agama dunia yangt meluas k eke Nepal, Tibet, Mongolia,  Korea, Jepang, Tiongkok, Sailan, Brima, Siam, China, Indonesia, Dan Lain-lain.

Sejarah Korea
Sejarah Korea bermula dari zaman Paleolitik Awal sampai dengan sekarang . Kebudayaan tembikar di Korea dimulai sekitar tahun 8000 SM, dan zamanneolitikum dimulai sebelum 6000 SM yang diikuti oleh zaman perunggu sekitar tahun 2500 SM. Kemudian Kerajaan Gojoseon berdiri tahun 2333 SM [2]. Baru pada abad ke-3 SM Korea mulai terbagi-bagi menjadi banyak wilayah kerajaan.
Pada tahun satu Masehi, Tiga Kerajaan Korea seperti Goguryeo, Silla dan Baekje mulai mendominasi Semenanjung Korea dan Manchuria. Tiga kerajaan ini saling bersaing secara ekonomi dan militer. Koguryo dan Baekje adalah dua kerajaan yang terkuat, terutama Goguryeo, yang selalu dapat menangkis serangan-serangan dari Dinasti-dinasti Cina. Kerajaan Silla perlahan-lahan menjadi kuat dan akhirnya dapat menundukkan Goguryeo. Untuk pertama kalinyaSemenanjung Korea berhasil disatukan oleh Silla pada tahun 676 menjadi Silla Bersatu. Para pelarian Goguryeo yang selamat mendirikan sebuah kerajaan lain di sisi timur laut semenanjung Korea, yakni Balhae.
Silla Bersatu akhirnya runtuh di akhir abad ke-9, yang juga mengakhiri masa kekuasaan Tiga Kerajaan. Kerajaan yang baru, Dinasti Goryeo, mulai mendominasi Semenanjung Korea. Kerajaan Balhae runtuh tahun 926 karena serangan bangsa Khitan dan sebagian besar penduduk serta pemimpinnya,Dae Gwang hyun, mengungsi ke Dinasti Goryeo. Selama masa pemerintahan Goryeo, hukum yang baru dibuat, pelayanan masyarakat dibentuk, serta penyebaran agama Buddha berkembang pesat. Tahun 993 sampai 1019 suku Khitan dari Dinasti Liao meyerbu Goryeo, tapi berhasil dipukul mundur. Kemudian pada tahun 1238, Goryeo kembali diserbu pasukan Mongol dan setelah mengalami perang hampir 30 tahun, dua pihak akhirnya melakukan perjanjian damai.
Pada tahun 1392, Taejo dari Joseon mendirikan Dinasti Joseon setelah menumbangkan Goryeo. Raja Sejong (1418-1450) mengumumkan penciptaan abjadHangeul. Antara 1592-1598, dalam Perang Imjin, Jepang menginvasi Semenanjung Korea, tapi dapat dipatahkan oleh prajurit pimpinan Admiral Yi Sun-shin. Lalu pada tahun 1620-an sampai 1630-anDinasti Joseon kembali menderita serangan dari (Dinasti Qing).

1) GOGURYEO

GoguryeoGoguryeo dibangun oleh Jumong pada tahun 37 SM. Kelak namanya menjadi Deomyeonseong of Goguryeo. kerajaan ini berdiri dengan bersatunya 5 suku Jeolbon.  Jumong menikahi anak pemimpin Jeolbon, So Suh No. Ye soya (istri pertama Jumong) bersama yuri anak jumong kembali ke Goguryeo dari Buyeo. So Suh No yang mengkhawatirkan kesempatan anaknya untuk menjadi raja akhirnya mengalah dan pergi ke wilayah Korea Selatan dan mendirikan kerajaan Baekje. Tahun 19 SM  Jumong meninggal di usia 40 tahun.Goguryeo mengalami banyak perang dan akhirnya menang melawan dinasti Tang. Namun perlahan-lahan kerajaan ini meredup dan tunduk di bawah Dinasti Shilla yang mendapat bantuan Dinasti Tang China pada tahun 668 M. (Serial Saeguk: JUMONG)

2) BAEKJE

Baekjedidirikan oleh Raja Onjo (anak So Suh No) anak ketiga dari Jumong dan So suh no pada tahun 18 SM. Baekje bersama Goguryeo dan Shilla menjadi tiga kerjaan yang terkuat di daratan Korea. Sayangnya tahun 660 SM, Baekje pun takluk di bawah Shilla. (next drama on production: Onju and Biryu, MBC 2011)

3) SHILLA

Silla/ShillaKerajaan Silla berdiri karena bergabungnya beberapa suku yang tergabung dalam Jinhan Confederacy tahun 57 SM. Di Shilla pengaruh China tidaklah sebesar Goguryeo dan Baekje. Tahun ke-2 M, perkembangan Shilla semakin kuat setelah berhasil menaklukkan Kerajaan kecil Gaya. tahun 660 M, bersama panglima terkenal Kim Yu Shin, Shilla berhasil menaklukkan dua kerajaan besar saingannya.( Serial saeguk: The Great Queen seon Deok).

Kerajaan Shilla bersatu

di bekas wilayah kerajaan Goguryeo, dinasti Tang China mendirikan sebuah komunitas, begitu pula di Baekje. Akhirnya Shilla melumpuhkan Dinasti Tang dan mengusir mereka. Shilla diserang kembali oleh Dinasti Tang tapi Shilla berhasil mengalahkan prajurit dinasti Tang dan meresmikan berdirinya dinasti Shilla bersatu. Kejayaan Shilla pelan-pelan runtuh tahun 780. Dua ratus enam puluh tujuh tahun kemudian kerajaan Shilla bersatu pun benar-benar runtuh. (film the Restless mengambil setting menjelang keruntuhan dinasti Shilla bersatu. 


4) BALHAE

Balhae didirikan 30 tahun setelah Goguryeo runtuh dan didirikan oleh mantan jenderal Goguryeo Dae Jo Yeong. Kerajaan ini menempati wilayah Korea Utara. kerajaan ini akhirnya tunduk pada dinasti China Khitan Liao pada tahun 926 M.

5) GORYEO

adalah kerajaan yang menggantikan kekuasaan Shilla di bumi Korea tahun 936 M. Goryeo sendiri berasal dari kependekan dari nama goguryeo dan nama inggris dari Korea. Dinasti Goryeo ini berhasil mengkodifikasi hukum dan layanan masyarakat. Kerajaan ini berhasil bertahan hingga tahun 1392 setelah dikudeta oleh Taejo Joseon yang mendirikan Dinasti Joseon. 

6) DINASTI JOSEON

Adalah dinasti terlama dan terakhir dari Korea. Tahun 1392 setelah Goryeo tumbang, Dinasti yang baru mulai didirikan oleh Jenderal Yi Seong-gye, yaitu Dinasti Joseon. Ia menamakan kerajaan ini sebagai Joseon untuk memberikan penghormatan terhadapGojoseon, yang merupakan kerajaan pertama bangsa Korea. Yi seong gye memindahkan ibukota ke Hanseong dan membangun Gyeongbokgung serta mengesahkan Konfusianisme sebagai agama negara, yang akhirnya membuat para pendeta Buddha kehilangan kekayaan dan kemakmuran. Dinasti Joseon menikmati perkembangan yang sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Contohnya adalah penemuan abjad Hangeul tahun 1443 oleh Raja Sejong. Dinasti Joseon adalah dinasti yang memiliki usia pemerintahan terpanjang di Asia Timur dalam milenium terakhir.

Dalam abad ke 19, Korea mencoba mengontrol pengaruh asing dengan menutup semua perbatasannya untuk semua negara kecuali dengan Cina. Tahun 1853 sebuah kapal perang Amerika Serikat, USS South America, berlabuh di Busan selama 10 hari dan mengadakan kontak dengan pejabat-pejabat Korea. Beberapa orang Amerika pernah terdampar di Korea karena kapal mereka tenggelam pada tahun 1855 dan 1865, namun mendapat perlakuan yang baik dari orang Korea dan mereka dipulangkan ke negara asal lewat Cina. Walau demikian Choson tetap waspada terhadap pihak-pihak asing dan juga tetangga mereka, Dinasti Qing.

Invasi Perancis ini terjadi karena pihak Kerajaan yang melakukan pembantaian terhadap misionaris Katolik dari Perancis serta warga Korea yang masuk Kristen. Kejadian ini membuat pasukan Perancis melancarkan serangan pada musim gugur tahun 1866. Peperangan terjadi di Pulau Ganghwa di lepas pantai Incheon dan tentara Korea berhasil dikalahkan oleh pasukan Perancis yang memakai persenjataan modern.

*Pada tahun 1866, Jenderal Sherman (Amerika Serikat) melakukan penculikan, pembunuhan dan perampokan terhadap warga pesisir pantai Korea.
*Pada tahun 1871, militer Amerika Serikat kembali melancarkan serangan terhadap Korea dan menewaskan 350 orang. Peristiwa ini disebut Sinmiyangyo
Tahun 1894-1895 Jepang memenangkan perang dengan Dinasti Qing pada Perang Sino Jepang yang membuat Jepang memaksa Korea membuka pelabuhannya pada tahun 1876.
Pada tahun 1895 Maharani Myeongseong dibunuh oleh mata-mata Jepang.

Pada tahun 1897, Dinasti Joseon beralih menjadi Kekaisaran Han Raya dengan Kaisar Gojong sebagai pemimpinnya. Pada tanggal 25 Juli 1905 secara efektif Korea sudah berada dalam wilayah prektorat Jepang dengan paksaan tanpa adanya perjanjian dan persetujuan dari Raja Gojong.ada tahun 1910 Jepang secara efektif menduduki Korea dalam Perjanjian Aneksasi Jepang-Korea. Perjanjian ini dipakai oleh Jepang tanpa menghiraukan kemarahan rakyat Korea yang tidak menyetujui perjanjian yang tidak disahkan oleh Raja Gojong tersebut.

Korea diduduki Jepang dengan bentuk kepemimpinan Gubernur Jenderal Korea sampai tahun 1945 ketika Jepang menyerah kepada tentara sekutu.Jaringan transportasi dan komunikasi dibangun di seluruh wilayah negeri oleh pemerintahan kolonial Jepang dan mengarah pada eksploitasi rakyat Korea. Hanya sedikit manfaat yang didapat rakyat Korea dari modernisasi ini, karena semua fasilitas hanya dibuat untuk melancarkan kepentingan dan perdagangan Jepang. Beberapa kejahatan penjajahan Jepang atas Korea:

Meruntuhkan Gyeongbokgung
Mengenakan pajak tinggi terhadap hasil pertanian serta mengekspornya ke Jepang yang menyebabkan bencana kelaparan bagi rakyat Korea.
Menyiksa dan membunuh warga yang menolak membayar pajakKerja paksa membangun jalan
dan pertambanganPerbudakan seks terhadap wanita Korea.
Mengirimkan pekerja ke teritori Jepang lain untuk kerja paksa

Spekulasi wafatnya Raja Gojong bulan Januari 1919 karena diracuni oleh mata-mata Jepang membuat rakyat melakukan aksi protes secara damai di seluruh negeri pada tanggal 1 Maret 1919, peristiwa ini disebutPergerakan 1 Maret. Dalam peristiwa ini tentara dan polisi Jepang membunuh hampir 7000 orang Korea.Setidaknya 2 juta orang ikut ambil bagian dalam pergerakan ini (Jepang mengklaim kurang dari 500 ribu orang).

Banyak warga Kristen Korea juga terbunuh oleh tentara Jepang, termasuk sebuah desa bernamaJeamri yang seluruh penduduknya dibinasakan oleh Jepang karena mendukung perjuangan kemerdekaan. Pergerakan 1 Maret ini telah menginspirasi pidato Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson yang mendeklarasikan kebebasan hak asasi manusia.Pemerintahan Provisional Republik Korea diresmikan di Shanghai, Cina setelah terjadinya Pergerakan 1 Maret untuk memperjuangkan kemerdekaan Korea.

Pemerintahan provisional dianggap sebagai pemerintahan de jure dari rakyat Korea dari tahun 1919 sampai 1948.Sentimen anti Jepang di Korea terus mencuat, seperti pada peristiwa protes mahasiswa di seluruh Korea pada bulan November 1929 yang membuat pengetatan peraturan militer tahun 1931. Kurikulum sekolah dimodifikasi untuk menghilangkan pengajaran dalam bahasa Korea. Sekolah juga dilarang untuk mengajarkan murid-muridnya mengenai sejarah Korea. Orang Korea dipaksa untuk mengadopsi nama orang Jepang.Dalam perang dunia ke II, banyak pula warga Korea yang dipaksa untuk menyokong usaha perang tentara Jepang.



AGAMA BUDDHA DI KOREA
Sebelum kedatangan agama Buddha, agama primitive di Korea menganggap langit sebagai tuhan yang paling agung, yakni sesuatu yang melebihi segala hal.selain itu, Shamanisme juga berakar mendalam bagi warga Korea sebagai kepercayaan rakyat. Dengan demikian, warga Korea pada masa itu mendatangi peramal atau dukun untuk menghilangkan nasib buruk dan ketika berhadapan  pilihan saat menghadapi pilihan-pilihan yang penting.
  1. Sejarah Dan Masa Perkembangan Buddha Di Korea
Agama Buddha diperkenalkan di Korea pada Tahun 372 M pada periode pemerintahan kerajaan Geguryeo oleh seorang biarawan bernama Sundo yang berasal dari dinasti Qian Qin di China. Pada tahun 384 biarawan malanda membawa agama Buddha ke Baekje dari Negara bagian timur Jin di china.  Pada Masa kerajaan sila agama Buddha disebarkan Oleh Bikhu Ado dari Goguryeo pada Pertengahan abad ke 5
Karena sesuai sebagai alat spiritual demi menciptakan struktur pemerintahan berdasarkan Buddha, agama Buddha mendapat dukungan penuh dari penguasa tiga kerajaan seperti raja yang berfungsi sebagai symbol kekuasaan yang diagungkan
Peranan Korea pada sejarah agama Budda terletak pada kedudukannya sebagai jembatan penyebrangan agama Buddha dari China ke Jepang. Meskipun agama Buddha diteriama oleh kerajaan- kerajaan di berbagai tempat, namun sejarah tidak mencatat kemajuan yang di bawa dari ajaran Buddha.
Sampai abad ke enam, para biarawan dan pengrajin bermigrasi ke Jepang dengan membawa kitab-kitab suci dan artefak untuk membentuk dasar bagi terciptanya kebudayaan Buddha di sana.

Masa keemasan agama Buddha di Korea terjadi ketika Dinasti Wang , yakni pada abad ke 11. Di bawah perlindungan kerajaan, banyak kuil dan biarav dibangun dan jumlah pemeluk agama Buddha meningkat secara tetap.



AGAMA BUDDHA DI JEPANG
  1. Agama Jepang pra masuknya Agama Buddha
Sebenarnya, sebelum  agama  konfusius dan Buddha memasuki Jepang, pada saat itu keadaan agama Jepang masih berupa kumpulan-kumpulan kepercayaan tanpa nama dari berbagai pemujaan alam, arwah nenek moyang, dan shamanisme. Dengan kata lain, kepercayaan masyarakat Jepang pada masa itu belum terorganisir.
              Gambaran kehidupan sosial masyarakat Jepang tercermin dari istilah matsurigoto, yang berarti pemerintahan atau upacara keagamaan. Pada waktu itu sulit untuk memisahkan antara gejala alam dan sistem kepercayaan. Karena, semua gejala alam dianggap mempunyai sifat anaimis dan setiap benda dianggap mempunyai roh (spirit). Tiap-tiap suku mempunyai dewa tersendiri yang kadang-kadang dianggap sebagai nenek moyangnya. Kepala sukupun tidak saja bertindak sebagai pimpinan politik tapi juga bertindak sebagai pendeta yang tertinggi.
Sebelum agama Buddha Menyebar di Jepang, terlebih dahulu seorang kaisar Jepang yang pertama dan sebagai kepala suku yamato yang pertama yaitu  Jimu Teno, sepakat untuk memeluk agama Shinto, yang pada saat itu merupakan agama baru dimasa itu.simbol-simbol tradisional kekuasaan suku Yamato terdiri dari tiga macam benda yaitu : cermin, permata, dan pedang.  Ketiga symbol tersebut menjadi symbol kekuasaan yang diberikan oleh Amaterasu kepada cucunya, yaitu Ninigi No Mikoto. Benda-benda tersebut melambangkan matahari, bulan, dan kilat.
  Ketika Jepang yang pada saat itu sudah membentuk menjadi Negara, bermaksud untuk membentuk sebuah persekutuan dengan Korea.[1] Antara abad ketiga dank enam, Jepang mulai menerima berbagai pengaruh dari luar melalui hubungan dengan Korea. Sekitar tahun 405 M, seorang sarjana Korea bernama Wani. Memperkenalkan ajaran dan etika agama konfusius. Berbagai paham dualism tao juga dimasukan ke Jepang. Tapi, semua unsur luar yang masuk  tidak satupun yang mengatasnamakan agama.
  1. A.    Awal masuknya Agama Buddha ke Jepang
Dalam buku M.Ihsan Tanggok di jelaskan bahwa agama Buddha masuk ke Jepang pada tahun 853 M atau abad ke-4 M. [2]  tepatnya ketika kerajaan Korea mengirimkan delegasi kepada kaisar Kimmeo Teno di Jepang. Disamping membawa hadiah, delegasi tersebut juga meminta agar kaisar dan rakyatnya memeluk agama Buddha [3]
Agama Buddha yang dalam bahasa Jepangnya disebut Bukkyo (Butsu : Buddha, Kyo : ajaran) dipercaya mulai masuk ke Jepang lewat kerajaan Baekje di Korea sekitar tahun 538. Beberapa tahun kemudian berbagai buku dan literatur tentang Buddhism juga mulai masuk lewat negara China pada masa dynasty Sui. 40 tahun kemudian Kaisar Jepang saat itu yaitu Pangeran Shotoku (A.D. 574?621) meresmikan Buddha sebagai agama resmi negara. Sebagai agama baru tentu saja tidak lepas dari penolakan dan juga tekanan.
Pada masa pemerintahan militer Oda Nobunaga (534 - 1582), agama Buddha mengalami masa suram karena pemerintah saat itu bersikap antipati terhadap agama ini. Hal ini disebabkan karena pada masa itu muncul banyak pemberotakan oleh rakyat menentang pemerintah yang kebetulan didukung oleh pendeta Buddha khususnya dari sekte Tendai di kuil Hiei. Pemberontakan akhirnya berakhir dengan penyerbuan ke kuil di yang terletak di atas puncak bukit itu dan membunuh ribuan pengikutnya.
Pada masa Periode Meiji (1868-1912) pemerintah menetapkan Shito sebagai agama resmi negara sehingga secara tidak langsung menempatkan agama Buddha dalam posisi yang berseberangan. Pada masa itu banyak kuil Buddha yang ditutup dan pemerintah memaksa para rahib untuk berkeluarga. Sejak itu sampai sekarang banyak kuil yang beralih status menjadi Kuil Keluarga yaitu kuil yang pengelolaanya dilakukan secara perorangan dan wariskan secara turun temurun dari bapak ke anaknya.


Dikalangan para pemimpin dan rakyat Jepang, pro kontra terhadap masuknya agama Buddha ini muncul, mereka yang kontra jika kaisar memeluk agama tersebut khawatir jika hal itu akan menimbulkan kemurkaan dari para dewa. Sedangkan mereka yang setuju karena mereka merasa tertarik dengan kelebihan agama baru dibandingkan dengan agama bangsa sendiri. Perbedaan ini menimbulkan konflik yang berkepanjangan, yang pada akhirnya dimenangkan oleh pihak libreral atau mereka yang setuju akan adanya agama Buddha. Suku toga menerima agama ini, sedangkan suku suku-suku lainnya menolak karena dianggap menghina kepercayaan terutama pada dewa mereka.
Tokoh utama dalam penyebaran agama Buddha di Jepang adalah Pangeran ShotokuTaishi (547-621 M). yang selanjutnya menetapkan Agama Buddha sebagai agama Negara, dan menerjemaahkan kitab suci Sadharma pindaruka, Vimalakirti, dan srinalasutera  yang sangat berpengaruh dalam pembentukan filsafat Buddhis di Jepang.
Shotuku merupakan pribumi Jepang yang pertama yang bersungguh-sungguh dalam memahami ajaran pemikiran agama Buddha  dan memelu agam tersebut dengan penuh keyakinan. Unsure terpenting ang dibawa agama Buddha ke Jepang adalah Prinsip transeden dan pembelakangan dunia karena itu pangeran Shotuku berpendapat bahwa “dunia adalah palsu”  Kebenaran hanyalah milik Buddha sendiri. Kemudian dia juga membuat Undang-undang 17 pasal,  yang dasar utamanya adalah pengajaran agama Buddha. Diantara 17 pasal tersebut ada pasal-pasal yang menunjuk pada  pada moral diantaranya pasal ke 2 pangeran Shotuku menyebutkan “menghormati dengan tulus dan ikhlas terhadap tiga hal yang utama yaitu, Buddha, undang-undang, dan tempat peribadatan. Karena ini semua objek kepercayaan di seluruh negeri[4]
Pada jaman pangeran Shotoku berkuasa, agama Buddha menguasai menguasai kehidupan agama dikalangan istana, dan pada tahun 604 M. sudah menjadi agama Negara. Pada tahun 607 M. di horyuji didirikan kelenteng agama Buddha yang pertama di Jepang, yang kemudian menjadi tempat studi umat Buddha.

Perkembangan Agama Budha pada Jaman Asuka dan Jaman Nara
            Perkembangan agama Budha pada jaman Asuka dan Jaman Nara  dapat pula disebut dengan babak awal kedatangan dan perkembangan Agama Budha di Jepang. Pada masa – masa awal penjajakan Agama Budha di Jepang yaitu dengan penyesuaian dan adaptasi terhadap kepercayaan asli rakyat Jepang, yaitu Shinto. Para biksu penyebar agama Budha tetap melaksanakan ritual – ritual pemujaan nenek moyang milik ajaran Shinto. Dengan begini agama Budha dapat terus berjalan dan berkembang tanpa mempengaruhi ajaran Shinto.
            Pada awal masuknya agama Budha di Jepang di jaman Asuka, banyak penolakan yang terjadi. Pada masa pemerintahan militer Oda Nobunaga, agama Buddha mengalami masa suram karena pemerintah saat itu bersikap antipati terhadap agama ini. Hal ini disebabkan karena pada masa itu muncul banyak pemberontakan oleh rakyat menentang pemerintah yang kebetulan didukung oleh pendeta Buddha khususnya dari sekte Tendai di kuil Hiei. Pemberontakan akhirnya berakhir dengan penyerbuan ke kuil di yang terletak di atas puncak bukit itu dan membunuh ribuan pengikutnya.
            Akan tetapi pada jaman Nara, kepercayaan Budha semakin berkembang. Penerapan ajaran agama Buddha dari China oleh Jepang berdasarkan latar belakang karakter kebudayaan China, di mana agama Buddha diterima oleh keluarga kaum bangsawan. Kaum bangsawan di Jepang pada waktu itu adalah kaum intelektual yang biasanya di Jepang juga para Damyo, kerabat kerajaan dan bangsawan – bangsawan lainnya. Begitu kaum bangsawan menerima agama Buddha, maka penyebarannya ke seluruh negeri berlangsung dengan cepat.
            Pada jaman Nara terdapat enam sekte agama Budha cukup terkenal dan memiliki cukup banyak pengikut. Kesemua sekte ini berasal dari Tiongkok dan penyebarannya melalui beberapa negara – negara. Enam sekte tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Sekte Kegon, yang dalam bahasa Tiongkok adalah Hua-yen mengambil dari aliran Avatamsaka. Mempunyai pandangan dan kepercayaan bahwa semua yang ada di dalam ini dapat berhubungan erat dengan kosmik yang terwujud di dalam tubuh Buddha.
  2. Sekte Ritsu, merupakan pengembangan dari aliran Vinaya. Lebih ditekankan pada disiplin (vinaya) serta semata-mata merupakan alternatif akademik. Pada saat penyelamat alam yang ideal yang diperkenalkan adalah apa yang diajarkan Lotus Sutra dan penekanannya pada peranan umat seperti penjelasan dalam Vimalakitri Sutra. 
  3. Sekte Kusha , yaitu aliran Abidharmakosha
  4. Sekte Shanron, mengambil dari aliran Tiga Kitab Suci dari Madyamika
  5. Sekte Hosso , mengambil dari aliran Dharmalaksana mengajarkan bahwa ada beberapa yang tidak bisa diselamatkan.
  6. Sekte Jojitsu,  menganut aliran Satyasiddhi-sastra
            Pada periode Nara para pengikut dari sekte – sekte tersebut masih dalam kalangan Bangsawan dan petinggi – petinggi Damyo. Hal tersebut dikarenakan  ritualnya yang masih rumit, perlu pengetahuan yang mendalam untuk mempelajarinya dan teks-teks ajaran Buddhanya yang pada saat itu masih menggunakan dengan huruf  Kanbun yaitu huruf – huruf Cina kuno.
                Selama periode Nara banyak biara yang dibangun, bangunan-bangunan sakral tersebut mengikuti Arsitektur Tang seperti biara terkenal Todaiji (terkenal dengan patung besar Buddha -Nara Daibutsu) dan biara Horyuji yang dibangun dengan bahan dari kayu dan berdiri sampai kini, biara Horyuji adalah bangunan yang dianggap tertua didunia yang dibuat dari kayu. Bangunan-bangunan yang bergaya arsitektur Tang lebih banyak dijumpai di Jepang daripada di Tiongkok sendiri, hal ini disebabkan oleh peperangan-peperangan atau bencana alam yang sering melanda Tiongkok dan bangunan-bangunan dari kayu lebih mudah terbakar.
            Selama pemerintahan Nara (710-884) sesungguhnya agama Buddha telah menjadi agama negara. Kaisar Shomu secara aktif telah mempropagandakan agama ini dan membuat patung Bud­dha yang besar di Nara serta menjadikannya sebagai pusat kebudayaan nasional. Di tiap propinsi dibangun pagoda-pagoda dan sistem pembabaran Dhamma yang efektif sesuai dengan keadaan setempat.          
2.3 Perkembangan Agama Buddha Pada Jaman Heian dan Kamakura
            Dimulai pada Jaman Heian dimana munculnya dua aliran atau sekte besar agama Buddha di Jepang.  Dua aliran tersebut adalah aliran Tendai dan Shingon. Kedua aliran tersebut bertujuan untuk menyatukan serta merakyatkan agama Budha pada seluruh masyarakat Jepang. Tidak hanya pada kaum bangsawan saja, akan tetapi juga para rakyatnya.
            Sekte Tendai didirikan di Tiongkok oleh biksu Zhiji pada tahun 550 M. Pada tahun 804 seorang biksu Jepang bernama Saicho atau Dengyo Daishi (767-822) datang ke Tiongkok dan belajar di gunung Tiantai, propinsi Jejiang dan kembali pada tahun 805 lalu mendirikan biara Enryakuji di gunung Hiei. Doktrin Tendai didasarkan pada Lotus Sutra dan populer di kalangan atas termasuk Kaisar Kammu. Sekte Tendai ini berpengaruh terhadap perkembangan sekte-sekte lainnya.
            Sekte Shingon atau "Kata Kebenaran" didirikan oleh biksu Kukai atau Kobo Daishi (774-835). Dia juga pergi ke Tiongkok dan belajar Buddhisme di Changan selama dua tahun dan kembali pada tahun 806, ia adalah seorang biksu yang berasal dari kelas bangsawan serta populer dan terkenal di Jepang. Kukai mendirikan biara di gunung Koya dekat Osaka. Sekte Shingon ini berfokus pada Buddha universal.
            Pada jaman Kamakura ada dua aliran yang diperkenalkan di Jepang dari Tiongkok yaitu sekte Jodoshudan Zen, kedua sekte ini berfokus pada ajaran Amida (Amithaba atau O- mi-to-Fo) sebagai jalan menuju keselamatan manusia dan yang terakhir adalah sekte Nichiren. Ritual dan ajaran sekte-sekte ini lebih praktis, mudah diikuti dan tidak terlalu rumit serta popular dikalangan rakyat kebanyakan.
            Sekte Jodo Shu didatangkan dari Tiongkok oleh biksu Honen (1133-1212), ia mendirikan sekte ini pada tahun 1175. Honen mengecam formalisme dan kecendrungan biara Buddha yang menyendiri pada masa hidupnya. Sekte Zen juga berasal dari Tiongkok, sekte ini terbagi dalam dua cabang aliran yaitu aliran Rinzai dan aliran Soto. Sekte Zen memiliki keyakinan bahwa pencerahan yang sempurna dicapai dengan meditasi dibawah tuntunan seorang guru. Zen popular dikalangan Samurai yang menghargai disiplin diri dan tidak mementingkan pelajaran kitab suci. Dari sekte Zen ini muncullah banyak karya seni serta budaya baru di Jepang. Seperti lukisan – lukisan dan ukiran di wihara Zen yang unik dan juga Chanoyu serta Judo juga merupakan hasil budaya dan seni dari sekte Zen.
            Sedangkan Sekte Nichiren adalah sekte yang paling terkenal dan memiliki banyak pengikut sampai saat ini. Sekte ini didirikan pada tahun 1253 oleh seorang biksu Tendai berasal dari keluarga nelayan dari Kanto bernama Nichiren (1222- 1282), namanya menjadi nama sektenya sendiri dan dikenal juga dengan nama sekte Lotus. Ajaran Nichiren mengutamakan Sutra Lotus daripada Amithaba serta mantera "Nam-myoho-renge-kyo". Sekte Nichiren ini disebut juga sebagai Buddhisme Jepang dan sekte yang berasal dari Jepang sendiri dan pusatnya terletak di gunung Minobu sampai sekarang, pribadi Nichiren sering dianggap sebagai seorang yang berkarakter aggresif, dominan dan tidak toleran terhadap sekte-sekte Buddha lainnya di Jepang.
            Perkembangan agama Buddha di Jepang telah mengalami pasang surutnya dalam sejarah, pada masa pemerintahan Oda Nobunaga (1534-1582) dan Toyotomi Hideyoshi (1536-1598) yang dikenal pernah mengaggresi Korea dua kali pada abad ke-16, agama Buddha mengalami penindasan terutama dengan sekte Jodo. Popularitas dan pengaruh agama Buddha di Jepang berkurang mulai pada pertengahan abad ke-19 atau awal dari restorasi Meiji, karena digantikan oleh pengkultuskan terhadap Kaisar Jepang dan promosi Shinto sebagai agama negara, situasi ini mulai berubah setelah perang dunia kedua dan Jepang memasuki era demokrasi dan negara modern.
Perbandingan Ajaran Buddha Jepang Dengan Negara Lain
            Pada mulanya memang agama Budha masuk ke Jepang melalui Korea, Cina dan India. Akan tetapi seiring berkembangnya ajaran Buddha di Jepang, ajaran Budha di Jepang memiliki keunikan tersendiri dan perbedaan – perbedaan dalam dasar alirannya yang membedakan dengan Negara – Negara lain.
India merupakan asal muasal dari agama Budha yang berasal dari ajaran seorang petama yang bernama Sidharta Gautama dengan kitab Tripitaka. Adanya pepatah Ashy Ajatang Abhutang Akatang Asam Khatang “suatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelmakan, tidak diciptakan dan mutlak. Sedangkan di India sendiri sempat mengalami perpecahan dan kemrosotan sekitar 1.600 thn setelah budha meninggal, abad ke-12 budha benar2 sirna dari India. Lalu diperkenalkan dari Srilangka pada akhir abad ke-19 M, 700 thn sebelumnya tidak ada agama Budha di India.
            Di Korea penyebar aliran ajaran Budha memiliki dukungan yang cuup besar dari pemerintahnya. Kebanyakan oaring yang menganut agama Budha akan bernasib baik dengan adanya aliran dana dari pemerintah untuk mengembangkan ajaran Buddha. Walaupun di Korea terdapat “Human Right Watch”, akan tetapi pemerintah tetap memberikan keuntungan lebih pada para pemganut ajaran Budha. Hal tersebut menjadikan penganut Buddha di Korea mencapai 1.082.000 jiwa yaitu 40% dari jumlah seluruh penduduk Korea.
            Sedangkan di Cina, perbedaan mendasar terdapat alirannya. Rakyat Cina sangat menentang aliran Hinayana. Aliran Hinayana adalah aliran Buddha yang memilki aturan yang ketat dimana para pengikutnya harus meninggalkan kepentingan duniawi untuk beribadah. Sehingga menggunakan ajaran Buddha yang dapat berkolaborasi dengan budaya setempat dan tetap mempertahankan kepentingan – kepentingan duniawi seperti bekerja dan sebagainya.
            Sedangkan di Jepang sendiri banyak sekali keunikan serta budaya yang muncul karena pengaruh ajaran Buddha. Seperti seni Zen yang telah dijelaskan sebelumnya. Menghasilkan budaya – budaya baru untuk Jepang. Dan banyak sekte – sekte yang muncul di tiap – tiap jaman sehingga memunculkan pasang surut aliran agam Buddha. Di Jepang sendiri memperbolehkan para Biksu untuk menikah. Hal tersebut dilakukan untuk memunculkan penerus yang mengembangkan ajaran Buddha. Setelah para Biksu itu merasa cukup tua dan anaknya mampu untuk meneruskannya, biksu itu akan menyendiri sesuai dengan ajaran Budha yaitu terlepas dari kepentingan – kepentingan duniawi

Pada masa pemerintahan Nara (710-784) Agama Buddha mengalami perkembangan pesat hal ini karena banyak suku dan bangsawan berpengaruh lagi terpandang memeluk agama Buddha. Sehingga berdampak pada tata administrasi pemerintahan yang cukup besar. Disamping itu, penguasa juga berpendapa bahwa agama Buddha adalah sarana yang tepat Untuk mencapai kesejahteraan hidup dan bangsa.[5] Oleh karenanya, perhatian pemerintah terhadap agama Buddha begitu besar serta memberikan bantuan yang besar pula terhadap agama Buddha. Sehingga, pada tahun 655 M dikeluarkanlah ketetapan pemerintah yang mengharuskan kepada setiap masyarakat  Jepang  untuk mendirikan bustudan[6]  
            Periode ini ditandai juga dengan munculnya beberapa sekte dalam agama Buddha di Jepang yaitu :
  1. Sanron,
  2.  Hosso,
  3.   Kegon
Yang termasuk dalam sekte Mahayana dan juga,
  1. Jojisu
  2. Kusha
  3. Ritsu
Yang termasuk dalam sekte therevada.
            Diantara ke enam sekte tersebut, tiga diantaranya masih bertahan  hingga saat ini. Yaitu, sekte Hasso yang erpusat di kelenteng Kofukuji   dan Yakushiji, sekte Kegon dengan Pusat di kelenteng Todaiji sekte Ristu  dengan pusatnya di kelenteng Toshodaiji. [7]
            Seiring dengan perkembangan agama Buddha di Jepang, pada tahun 710 banyak sekali kuil dan vihara yang dibangun di ibukota Nara, seperti pagoda lima tingkat dan ruang emas horyuji, atau juil Kofukuji.  Banyak sekali lukisan dan patung dibuat, pembuatan seni Buddha di Jepang mencapai Puncaknya Pada saat ini.
            Pada periode selanjutnya, pada masa kekuasaan Heian 794 M muncul usaha usaha untuk me,adukan kepercayaan dan tradisi asli Jepang dengan agama Buddha antara lain :
  1. Saicho[8]
Mengajarkan Bahwa sebenarnya dewa-dewa agama Buddha sama dengan Dewa-dewa dalam agama Shinto, yang disebut kami[9]
  1. kukai[10]
mengajarkan bahwa dewa tertinggi dalam agama Shinto adalah sama denga dewa tertinggi dalam agama Buddha sehingga tidak ada perbedaan antara keduanya, dalam hal pemujaan[11]
            memasuki abad ke 13 M. karena terjadinya gejolak perselisihan dan perebutan antara penguasa Negara, maka munculah beberapa sekte di Jepang.
  1. Sekte Zen[12]
Sekte zen merupakan buah jalur asal dengan ajaran Boddhidarma. Di China. Yang tujuannya untuk memindahkan pikiran Buddha secara langsung kedalam pikiran para pemeluknya mengajarkan dan menjelaskan bahwa pencerahan  haya diperoleh melalui pikiran intuitif. Sekte zen pada akhirna dibagai lagi menjadi dua golongan besar yaitu :
  1. Soto zen dengan tokohnya Dogen[13] 
sekte ini banyak dianut oleh kaum petani dan dan bergerak dalam bidang social
  1. Rinzai dengan tokohnya Eisai[14].
Sekte ini berkembang dikalangan militer dan aristokrat serta menjadi tulangpunggung kelas pengeuasa dan militer.
  1. Sekte Amida
sekte amida dikenal juga dengan sebutan ‘tanah suci’  yang mengemukakan ajaran keselamatan dengan cara mempercayai kepada Buddha  secara mutlak dan dengan menyebut amida seeorang akan mendapat keselamatan. Objek pemujaannya adala patung Amida Buddha, serta dilengkapi dengan patung Bodisatva Kwan On yang melambangkan kemurahan, dan patung deiseishi sebagai lambing kebijaksanaan.
  1. Sekte Nichiren Sozu
Sekte ini didirikan oleh nichiren[15] mempunai ideology yang ingin mengembalikan agama Buddha kepada bentuknya yang murni yang akan dijadikan sebagai  perbaikan bagi masyarakat di Jepang. Dan menolak ritualisme  dan sentimentalisme sekte Amida, Melawan semua kesalahan, agresif, dan bersifat eksklusif
  1. Secara geografis, Jepang terletak pada jalur sutera, oleh sebab itu Jepang bisa menyimpan banyak aspek agam Buddha ketika agam ini mulai hilang dari asalnya di India dan selanjutnya di Asia tengah dan Tiongkok[16]
Pada umumnya, ketika membicarakan tentang Buddha di Jepang selalu merujuk pada sekte Buddha Zen.  Demikian juga dengan Budaya yang sama sekali tidak bisa dipisahkan dari peran Buddha Zen.  Kuil Buddha di Negara ini selain berfungsi sebagai tempat ibadah, juga juga berfungsi sebagai tempat wisata
Buddha di Jepang Zaman Modern
Dinamika kehidupan beragama khususnya agama Buddha di Jepang pada pada Zaman Modern sangat berbeda dengan  pola kehidupan masyarakat Jepang pada masa lalu  Namun, kendati demikian tradisi keagamaan dan budaya mereka sangat eksis. Karena mereka selalu mempertahankan warisan moyangnya.
Dalam era modern, Buddhisme ini ditandai dengan keragamannya. Di beberapa negara adalah lembaga budaya.Dalam beberapa hal itu sangat terlibat dalam konflik politik.Beberapa pemerintah yang bertentangan dengan agama Buddha telah mencoba untuk menghancurkannya. Di negara-negara lain, Buddhisme hanya menjadi mapan atau berkembang dalam bentuk baru.
Di beberapa negara, agama Buddha telah menjadi bagian integral dari lanskap budaya. Di negara-negara, ada ribuan candi, besar dan kecil. Beberapa museum di mana karya-karya sejarah seni Buddhis yang ditampilkan dan arsitektur yang luar biasa dan lanskap yang ditampilkan. Candi lain tempat berkumpul bagi penduduk setempat. Orang mungkin menemukan pasar loak bulanan atau samping toko souvenir berdampingan dengan orang yang berpartisipasi dalam ritual memperingati kerabat almarhum. Ada universitas terkemuka di mana Buddha tradisi Buddhis yang diajarkan. Ritual Buddhis kepentingan nasional, seperti dering lonceng kuil di malam tahun baru di Jepang, masih menarik kerumunan besar. Sementara beberapa pengalaman iman Buddhis mereka intens, yang lain mengatakan mereka berpartisipasi dalam ritual karena alasan budaya, bukan sebagai masalah keyakinan.
Di negara lain, agama Buddha telah bertentangan dengan pemerintah. Di Cina, praktek Buddhisme berkecil hati bagi sebagian besar abad ke-20. Candi dan karya seni hancur, dan biarawan dan biarawati dipaksa untuk kembali ke kehidupan sekuler. Buddhisme di Cina itu hampir hancur, dan baru mulai pulih. Pemerintah Cina juga berasimilasi Tibet, memaksa pemimpin politik dan keagamaan, Dalai Lama ke-14, untuk meninggalkan negara. Di Tibet, kuil dan seni juga hancur dan biarawan dan biarawati dibunuh atau dipenjara.
Di Burma (Myanmar), biksu Buddha baru-baru ini memprotes pemerintah saat ini atas resiko sendiri. Buddha juga telah terlibat dalam konflik politik di Sri Lanka, Kamboja, Laos, Vietnam, dan Thailand.
Ada kesempatan di mana bhikkhu telah mengangkat senjata dan ikut serta dalam konflik militer. Di Tibet, beberapa biarawan menjadi pejuang, sementara yang lain menggunakan metode-metode protes damai dan dipenjara atau menghadapi tembakan dari polisi atau tentara. Bahkan sebelum peristiwa ini, beberapa biarawan Tibet yang terlibat dalam konflik bersenjata antara biara-biara saingan. Selama Perang Vietnam, beberapa biksu Buddha menjadi tentara Vietnam Utara.
Selama era shogun di Jepang, orang militer mengambil praktik Buddhis sebagai cara untuk menumbuhkan disiplin diri dan menjadi pejuang yang lebih baik. Beberapa biksu Budha Jepang dan sarjana diperbaharui tradisi ini untuk mendukung nasionalisme mereka selama Perang Dunia II.
Satu dapat melihat tema Buddha dalam karya seni di seluruh Asia. Buddhisme juga amat menonjol dalam budaya populer Asia, di mana orang dapat melihat film atau anime dengan tema Buddhis atau karakter Buddha. Para bermoral atau merosot biksu Buddha adalah stereotip sering dalam sastra dan film, seringkali karakter komik.













[1] Djam anuri, Agama Jepang. H.21-22

[2] M. Ikhsan tanggok. Agama Buddha. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009 hal. 28

[3] Mukti Ali. pengantar Agama-Agama Dunia. IAIN Sunan Kalijaga press, Yogyakarta 1988, hal 140

[4] Djam anuri, Agama Jepang. Hal.22

[5] Djam anuri, Agama Jepang. Hal.24

[6] Adalah tempat pemujaan Buddha, yang diharuskan bagi setiap warga Jepang untuk mendirikannya.


[7]Djam anuri, Agama Jepang. Hal.24

[8] seorang tokoh penting yang telah mengadaka pembaharuan di dalam agama Buddha, hidup pada tahun 767-822


[9] Motoori Nironaga. Seorang sarjana dan pembaharu agama Shinto abad modern , menjelaskan mengenai maksud kami tersebut :”istilah kami pada mulanya diterapkan kepada berbagai macam dewa langit dan bumi yang disebutkan dalam catatan-catatan kuno , dan juga terhadap sepirit mereka (mi-tama)yang  berdiam di tempat tempat suci dimana mereka dipuja. Dan lagi bukan hanya manusia tetapi juga burung-burung, bintang, tumbuhan, pohon, laut, gunung-gunung, dan semua yang benda yang lain apapun bentuknya yang patut ditakuti dan dipuja sebab kekuasan yang luar biasa dan tinggi yang mereka miliki semua disebut kami. Mereka tidak memerlukan sifat keistimewaan sebab kemuliaan, kebaikan, atau kegunaan yang luar biasa wujud-wujud yang mengerikan jga disebut dengan kami apabila mereka juga sebagai objek yang pada umumnya juga ditakuti. Diantara kami yang berwujud manusia  yaitu mikodas,  diantarav lainnya adalah Guntur atau dewa suara (kaminaru); naga, gema atau sepirit pohon (kodama), dan rubah yang dianggap kami karena sifatnya yang mengerikan dan menakutkan.  Istilah kami dipergunakan dalam kitab nihongi  dan manyoshiu, sebuah puisi kumpulan kuno terhadap harimau dan serial. Dalam berbagai kejadian, laut dan gunung-gunung disebut dengan kami, ini bukan dimaksudkan sepirit sepirit mereka . dunia yang dihadapi langsung dalam wujud laut dan gunung-gunung itu sendiri, merupakan wujud yang menakutkan 

[10] Tokoh penting yang berkontribusi dalam pembaharuuan agama Buddha, hidup pada tahun 774-835.

[11] Mukti Ali (pengentar). Agama-agama di Dunia h.141

[12] Kata zen dalam bahasa sansekerta sebenarnya memiliki arti sama dengan dhyana yang berarti perenungan yang tenang. Atau aktifitas merenung.

[13] Pendeta yang hidup pada 1200-1252 M.

[14] Seorang pendeta tendi yang hidup pada 1141-1215 M.

[15] Nichiren (1222-1282) adalah tokoh utama dalam sejarah Jepang  yang giat dalam usaha pembaharuan sosial

[16] Smith, Huston. Agama-agama Manusia. Yayasan obor Indonesia, Jakarta, 1995,hal. 175
»»  READMORE...