Kamis, 14 Juni 2012
Videos
TRI SUCI WAISAK 2012
Buddha's Thoughts
The Life of Buddha
Buddha - A Documentary About Buddhism
Profil Intan Marhumah
Seorang Mahasiswa Jurusan
Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
lahir 20 tahun yang lalu, tepatnya pada 21 April 1993. Berasal dari Karawang,
Jawa Barat. Banyak hal yang menarik tentang diriku. Ingin tahu lebih jauh???
Silahkan add facebook saya: Intan Marhumah El Syams
Profil Saiful Bahri
Seorang Mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama Fakultas
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang lahir 21 tahun yang lalu,
tepatnya pada 12 Juni 1991. Banyak hal yang menarik tentang diriku. Ingin tahu
lebih jauh??? Silahkan add facebook saya: Ipunk Brothers/ www.facebook.com/ipunk.brothers.
Rabu, 30 Mei 2012
Konsepsi Tentang Alam dan Manusia Etika (Catur Paramita dan Catur Mara)
Setiap agama pasti memiliki konsep tentang alam dan manusia,
begitu juga dengan agama Buddha yang sedang kita pelajari pada semester
empat ini.Setiap agama memiliki perbedaan pemahaman tentang konsep alam
dan manusia.
Pendapat buddha tentang terjadinya alam ini yaitu wujud ini
disebabkan oleh peredaran yang terus menerus secara natur, yang tidak
ubahnya dengan peredaran mata rantai tidak diketahui mana yang awal dan
mana yang akhir, satu sama lain hajat menghajatkan, bukan oleh karena
adanya yang mewujudkan dan mengatur wujud ini. Demikianlah keterangan
Myasein dalam ceramahnya tentang budha di Birma. Budha member contoh
dengan terjadinya manusia. Manusia terjadi dari beberapa unsur, bukan
karena adanya khalik yang tertentu bagi unsur-unsur ini ,tapi hanyalah
semata-mata karena adanya pertemuan antara satu unsur dengan unsur lain.
Pertemuan ini menghasilkan sesuatu yang baru, yang kemudian bertemu
pula dengan sesuatu yang lain, lalu terjadi pulalah yang barulagi.[1]
Ketika kita membicarakan manusia dalam agama Buddha maka kita akan
bertemu dengan etika (catur paramita dan catur mara), yang menjelaskan
sifat yang baik dan buruk yang melekat pada manusia itu sendiri. Karena
seperti kita ketahui agama Buddha itu agama yang mengajarkan tentang
etika.Maka makalah ini dibuat untuk menjelaskan hal itu.
- B. KONSEPSI TENTANG ALAM DAN MANUSIA
- a. Konsep Tentang Alam
Menurut sang Buddha, bahwa sifat segala sesuatu adalah terus berubah (anicca).
Begitu pula dengan sifat alam. Alam bersifat dinamis dan kinetik,
selalu berproses dengan seimbang. Unsur-unsur alam yang tampak dalam
pandangan Buddha ada empat, yakniu unsur padat (pathavi), cair (apo), panas (tejo), gerak (vayo).
Hukum yang berlaku pada alam (alam semesta) dapat dikategorikan dalam lima aturan yang disebut panca niyamadhamma, yaitu utuniyama (hukum fisika), bijaniyama (hukum biologi), cittaniyama (hukum psikologis), kammaniyama (hukum moral), dhammaniyama (hukum kausalitas).[2]
Dalam bahasa pali, alam semesta disebut Loka. Loka bukanlah perkataan
yang sudah tertentu pemakaiannya, tapi meliputi material (rupa) dan
immaterial (aruka), dan pengertiannya sangat tergantung pada
pemakaiannya. Namun pengertian yang pokok tidak terlepas dari ajaran
Budha, yaitu sesuatu yang terbentuk dari sebab yang mendahuluinnya dan
tidak kekal.
Loka, yang berakar kata “lok” berarti melihat, secara umum menunjuk
kepada sesuatu yang dapat di tanggapi oleh panca indra atau oleh
perasaan dan pikiran manusia, sekalipun masih dalam keadaan samar-samar.
Mulai dari partikel atom yang tidak terkirakan kecilnya sampai wujud
yang besar, mulai dari yang anorganik sampai pada organik, mulai dari
yang paling sederhana susunan tubuhnya sampai yang paling rumit seperti
halnya tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, dewa, dan brahmana dengan segala
kecenderungan, perbuatan dan kehendak mereka.
Menurut ajaran budha, seluruh alam ini adalah cipataan yang timbul
dari sebab-sebab yang mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena itu
ia disebut sankhata dharmayang berarti ada, yang tidak mutlak dan mempunyai corak timbul, lenyap dan berubah. Sinonim dengan kata sankhata adalah sankhara yaitu
saling bergantungan, sesuatu yang timbul dari sebab yang mendahuluinya.
Alam semesta adalah suatu proses kenyataan yang selalu dalam keadaan
menjadi. Hakikat kenyataan itu adalah harus perubahan dari suatu keadaan
menjadi keadaan lain yang berurutan. Karena itu, alam semesta adalah
sankhara yang bersifat tidak kekal (anicca atau anitya), selalu dalam perubahan (dukkha) dan bukan jiwa (atta atau atman), tidak mengandung suatu substansi yang tidak bersyarat.Dalam visudha Maga 2204, loka tersebut digolong-golongkan atas sankharaloka, sattaloka, dan okasaloka.
- Sankaraloka adalah alam mahluk yang tidak mempunyai kehendak seperti benda-benda mati, batu emas, logam dan semua sumber alamiah yang diperlukan manusia. Termasuk dalam pengertian ini adalah alam hayat yang tidak mempunyi kehendak dan ciptaan pikiran seperti ide, opini, konsepsi, peradaban, kebudayaan dan sebagainya.
- Sattaloka adalah alam para mahluk hidup yang mempunyai kehendak mulai dari mahluk hidup yang rendah hingga mahluk yang tinggi, kelihatan atau tidak, seperti setan, manusia, dewa, dan Brahma. Mahluk-mahluk tersebut dibesarkan bukan berdasarkan jasmaniahnya, melainkan berdasarkan sikap bathin, atau hal yang menguasai pikiran dan suka duka sebagai akibatnya. Termasuk dalam sattaloka adalah 31 alam kehidupan[3], yaitu :
- Kamaloka/Kamabhumi; yaitu ada 11 macam alam kehidupan yang masih senang dengan napsu-birahi dan terikat oleh panca-indriya.
- Rupaloka/Rupabhumi; yaitu ada 16 macam alam kehidupan yang mempunyai Rupa-Jhana.
- Arupaloka/Arupabhumi; yaitu ada 4 macam alam kehidupan yang mempunyai Arupa-Jhana.
- KAMALOKA/KAMABHUMI itu dibagi dalam dua bagian yaitu :
Empat alam kehidupan yang disebut Apaya-Bhumi atau Duggati-Bhumi
dan tujuh alam kehidupan yang disebut Sugati-Bhumi atau
Kamasugati-Bhumi. Jadi keseluruhannya berjumblah sebelas macam alam
kehidupan yang masih senang dengan napsu-birahi dan terikat oleh
panca-indriya, yaitu :
v Empat macam Apaya-Bhumi adalah sebagai berikut :
- Niraya-Bhumi/Yoni; yaitu alam neraka yang keadaannya sangat menyedihkan, dan hanya sementara, tidak abadi.
- Tiracchana-Bhumi/Yoni; yaitu alam binatang
- Peta-Bhumi/Yoni; yaitu alam setan
- Asurakaya-Bhumi/Yoni; yaitu alam raksasa Asura
Inilah yang disebut empat macam dari Apaya-Bhumi, yang merupakan
alam neraka, tempat tumimbal-lahir yang paling tidak menyenangkan, yang
keadaannya lebih rendah dari alam kemanusiaan.
Penjelasan 4 macam Apaya-Bhumi.
- Yang disebut Niraya-Bhumi atau Nikaya, karena di alam ini tidak terdapat kesenangan dan kebahagiaan. Niraya-Bhumi ini terbagi lagi beberapa kelompok alam, diantaranya yang disebut 8 macam Maha-Neraka, yaitu : (1)Sanjiva-Naraka, (2) Kalasuta-Naraka, (3) Sanghata-Naraka, (4) Roruva-Naraka, (5) Maharorupa-Naraka, (6) Tapana-Naraka, (7) Mahatapana-Naraka, (8) Avica-Naraka. Catatan : Dewadatta bersemayam di alam Avica-Naraka ini. Perbuatan buruk yang bisa terlahir di Alam Neraka ini, apabila :
1.Suka mencelakakan orang atau membunuh Bhikkhu, Samanera, atau
Bhikkhuni dan Samanera, dan umat yang taat terhadap agama. Juga
pekerjaan sebagai Algojo.
- Dengan kekuasaannya memeras, menganiaya, dan membunuh mahluk-mahluk hidup.
- Suka berkorupsi, mencari keuntungan berupa uang yang bertentangan dengan kebenaran, menyelewengkan uang penyebaran agama, menyebarkan agama yang salah, mencuri harta-benda kepunyaan orang tua, guru, sangha, dan lain-lain.
- Dengan sengaja membakar kota, tempat ibadah, rumah, kantor, merusak candi-candi, dan lain-lain.
- Anti agama, tidak percaya Hukum Kesunyataan dan Hukum Kebenaran lainnya.
- Membunuh orang tua sendiri, Arahat, melukai seorang Buddha dan memcah-belah Sangha.
- Menggugurkan kandungan, misalnya setelah tahu benar mengandung dua atau tiga bulan, lalu digugurkan.
- Suka berzina, suka mengadakan hubungkan kelamin denga suami atau istri orang lain, suka memcah-belah kerukunan suami-istri orang lain, atau merebut suami atau istri orang lain untuk dijadikan teman hidup.
- Yang disebut Tiracchana-Bhumi atau Tiracchana-Yoni, karena mahluk-mahluk yang berdiam di Alam ini tidak mempunyai tempat yang khusus. Mahluk binatang ini terbagi dua kelompok, yaitu :
- Kelompok mahluk binatang yang dapat dilihat dengan mata biasa.
- Kelompok mahluk binatang yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Terdapatlah 4 kelompok mahluk binatang yang tidak berkaki dan berkaki, yaitu :
(1). APADITIRACCHANA : Adalah kelompok mahluk binatang
yang tidak mempunyai kaki, seperti ular, ikan, dan lain-lainnya.
(2). DVIPADATIRACCHANA : Adalah kelompok mahluk binatang yang
mempunyai dua kaki, seperti ayam, bebek, burung dan lain-lainnya.
(3). CATUPADATIRACCHANA : Adalah mahluk binatang yang mempunyai
empat kaki, seperti kerbau, sapi, babi, kambing, dan lain-lainnya.
(4). BAHUPPADATIRACCHANA : Adalah kelmpok mahluk binatang
yang mempunyai banyak kaki, seperti ulat bulu, kelabang lipan, dan
lain-lainnya.
c. Yang disebut Peta-Bhumi atau Peta-Yoni, karena mahluk yang berdiam di Alam ini jauh dari kesenangan dan kebahagiaan.
Maka mahluk setan ini terbagi dalam beberapa kelompok, diantaranya
terdapat kelompok setan yang tersebut dalam kitab Vinaya dan
Lakkhanasamyuta terdapat 21 macam Peta, yaitu :
- ATTHISANKHASIKA-PETA : Adalah setan yang mempunyai tulang bersambumg, tetapi tidak berdaging.
- MANSAPESIKA-PETA : Adalah setan yang mempunyai daging terpecah-pecah, tetapi tidak mempunyai tulang.
- MANASAPINADA-PETA : Adalah setan yang mempunyai daging berkeping-keping.
- NICACHAVIPARISA-PETA : Adalah setan yang tidak mempunyai kulit.
- ASILOMA-PETA : Adalah setan yang berbulu tajam.
- SATTILOMA-PETA : Adalah setan yang berbulu seperti tombak.
- USULOMA-PETA : Adalah setan yang berbulu panjang seperti anak panah.
- SUCILOMA-PETA : Adalah setan yang berbulu seperti jarum.
- DUTIYASUCILOMA-PETA : Adalah setan yang berbulu seperti jarum jenis yang kedua.
10. KUMEBHANDA-PETA : Adalah setan yang mempunyai buah kemaluan yang sangat besar.
11. GUTHAKUPANMUGGA : Adalah setan yang bergelimpangan dengan kotoran.
12. GUTHAKHADAKA-PETA : Adalah setan yang makan kotoran.
13. NICACHAVITAKA-PETA : Adalah setan perempuan yang tidak mempunyai kulit.
14. DUGAGANDHA-PETA : Adalah setan yang berbau sangat busuk.
15. OGILINI-PETA : Adalah setan yang badannya seperti bara api.
16. ASISA-PETA : Adalah setan yang tidak mempunyai kepala.
17. BHIKKHU-PETA : Adalah setan yang berbadan seperti Bhikkhu.
18. BHIKKHUNI-PETA : Adalah setan yang berbadan seperti Bhikkhuni.
19. SIKHAMAN-PETA : Adalah setan yang berbadan seperti pelajar wanita/calon Bhikkhuni.
20. SAMANERA-PETA : Adalah setan yang berbadan seperti Samanera.
21. SAMANERI-PETA : Adalah setan yang berbadan seperti Samaneri.
Di Alam setan ini. Bila seseorang Bhikkhu atau Bhikkhuni yang tidak
mentaati Dhamma-Vinaya (Sila) ia akan dilahirkan di Alam setan ini,
setelah kematiannya dari Alam Manusia. Ia akan menjadi Bhikkhu-Peta atau
Bhikkhuni-Peta, yang ada kalanya berdiam dibawah pohon dan di
tempat-tempat lain.
- Yang disebut Asurakaya-Bhumi atau Asura-Yoni, karena mahluk
yang berdiam di Ala mini jauh dari kemuliaan, kebebasan dan kesenangan. Pembagian mahluk Asura ini ada 3 maca, yaitu :
- DEWA-ASURA : Adalah kelompok Dewa yang disebut Asura.
- PETA-ASURA : Adalah kelompok setan yang disebut Asura.
- NIRAYA-ASURA: Adalah kelmpok mahluk Neraka yang disebut Asura.
Catatan :
Menurut kitab Milida-Panha, diakatakan terdapat 4 macam Alam setan, yaitu :
- VANTASIAKA, yang hidup dari muntahan saja.
- KHUPPIPASINO, yang lapar dan haus.
- NIJJHAMA TANHIKA, yang menderita haus.
- PARADATTUPAJIVINO, yang hidup dari pemberian mahluk-mahluk lain.
Alam setan tersebut pada bagian 4, adalah merupakan hasil
kebaikan yang telah dilakukan atas namanya sendiri didalam kehidupan
yang lalu, dan ini dapat juga berubah kedalam keadaan yang lebih baik.
v Tujuh macam Sugati-Bhumi atau Kamasugati-Bhumi adalah sebagai berikut :
- MANUSSA-BHUMI : yaitu Alam Manusia.
- CATUMMAHARAJIKA-BHUMI : yaitu, Alam emapt Dewa Raja.
- TAVATIMSA-BHUMI : yaitu, Alam Tigapuluh tiga Dewa.
- YAMA-BHUMI : yaitu, Alam Dewa Yama.
- TUSITA-BHUMI : yaitu, Alam Kenikmatan.
10. NIMMANARATI-BHUMI : yaitu, Alam Dewa yang menikamati ciptaannya.
11. PARANIMMITA-VASAVATTI-BHUMI : yaitu, Alam Dewa yang membantu menyempurnakan ciptaan dari Dewa-Dewa lainnya.
Penjelasan dari 7 macam Sugita-Bhumi atau Kamasugista-Bhum
- Yang disebut Manussa-Bhumi, karena mahluk yang disebut Manusia adalah mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, yang berguna dan yang tidak berguna, yang berfaedah dan yang tidak berfaedah dan lain sebagainya.
Para Bodhisattva lebih suka alam manusia ini, karena merupakan lapangan yang paling baik untuk melaksanakan Paramita.
- Yang disebut Catumaharajika-Bhumi, karena di alam ini berdiam empat Dew raja, yang menjaga keempat penjuru alam, dan masing-masing bernama : (1). DAVADHATARATTHA, (2). DAVAVIRULAKA, (3). DAVAVIRUPAKKHA, (4). DAVAKUVERA.
Hruslah diketahui , bahwa Catumaharajika-Bhumi ini terbagi dalam tiga kelompok, yaitu :
- BHUMAMATTHA-DEVATA : Adalah para Dewa yang berdiam diatas tanah. Seperti di gunung, sungai, laut, rumah, Cetiya, vihara dan lain-lain.
- RUKAKHATTHA-DEVATA : Adalah para Dewa yang berdiam diatas pohon. Dewa ini dibagi dalam 2 kelompok yaitu, Dewa yang mempunyai Khayangan diatas pohon, dan kelompok Dewa yang tidak mempunyai Khayangan diatas pohon.
- AKASATTHA-DEVATA : Adalah para Dewa yang berdiam di Angkasa. Seperti berdiam dibulan, bintang, planet dan lain-lain.
- Yang disebut Tavatimsa-Bhumi, karena dahulu kala ada sekelompok pria yang berjumlah 33 orang yang selalu bekerja sama dalam berbuat kebaikan. Seperti bersama-sama membantu fakir miskin, bersama-sama membangun Vihara, dan lain-lainnya. Sewaktu mereka meninggal dunia semuanya terlahir dalam satu alam, yang disebut Tavatisma-Bhumi, yaitu alam Tigapuluh tiga Dewa.
Perlu juga untuk diketahui, bahwa di keempat penjuru alam ini,
terdapatlah delapan sorga di setiap penjurunya, dan di tengah-tengahnya
adalah kedudukan dari Dewa Indriya yang memimpin jalan untuk mencapai
tingkat Buddha.
- Yang disebut Yama-Bhumi, karena para Dewa yang berdiam di Alam ini, terbebas dari kesulitan dan hanyalah kesenangan saja.
- Yang disebut Tusita-Bhumi, karena para Dewa yang berdiam di ala mini terbebas dari kepanasan hati, yang ada hanyalah kesenangan dan kenikamatan.
Para Bodhisattva yang telah menyempurnakan paramita-paramita,
berkedudukan didalam alam ini, sampai tiba waktunya untuk muncul di alam
manusia guna mencapai tingkat Buddha.
Demikian pula, Buddha yang akan dating ke dunia ini (Maitreya), kini Beliau berkedudukan di alam Tusita ini.
- Yang disebut Nimmanarati-Bhumi, karena para Dewa yang berdiam di alam ini menikmati kesenangan panca-indriya hasil ciptaannya sendiri.
- Yang disebut Paranimmita-Vasavatti-Bhumi, karena para Dewa yang berdiam di alam ini, disamping menikmati kesenangan panca-indriya dan juga mampuh membantu menyempurnakan ciptaan dari Dewa-Dewa lain.
Karena alam Dewa ini adalah yang tergolong mahluk yang badanya
terdiri dari unsur yang lebih halus daripada unsur-unsur badan manusia.
Mereka juga tidak kekal keadaannya, juga tidak luput dari kelahiran dan
kematian. Didalam beberapa hal mereka melebihi manusia, tetapi dalam
bidang kebijaksanaan mereka tidak mengatasi manusia.
Mahluk-mahluk Dewa ini mempunyai cara kelahiran yang spontan atau langsung timbul bila mereka cukup umurnya.
Kesebelas alam ini adalah yang disebut KAMALOKA atau KAMA-BHUMI,
yaitu kehidupan yang masih diliputi oleh perasaan.
- RUPALOKA/RUPA-BHUMI, adalah tempat tinggalnya Rupa-Brahma, dan Rupaloka/Rupa-Bhumi ini terdiri 16 alam kehidupanm yaitu :
- Pathama Jhana Bhumi, yaitu ada 3 alam kehidupan Jhana pertama :
12. Brahma Parisajja : ialah alam pengikut-pengikut Brahma.
13. Brahma Purohita : ialah alam para mentrinya Brahma.
14. Maha Brahma : ialah alam Brahma yang besar.
- Dutiya Jhana Bhumi, yaitu ada 3 alam kehidupan Jhana kedua :
15. Brahma Parittabha : ialah alam para Brahma yang kurang bercahaya.
16. Brahma Appamanabha : ialah alam para Brahma yang tidak terbatas cahayanya.
17. Brahma Abhassana : ialah alam para Brahma yang bergemerlapan cahayanya.
- Tatiya Jhana Bhumi, yaitu ada 3 alam kehidupan Jhana ketiga :
18. Brahma Parittasubha : ialah alam para Brahma yang kurang auranya.
19. Brahma Appamansubha : ialah alam para Brahma yang tidak terbatas auranya.
20. Brahma subhakinha : ialah alam para Brahma yang auranya penuh dan tetap.
- Catutha Jhana Bhumi, yaitu ada 7 alam khidupan Jhana keempat :
21. Brahma Vehapphala : ialah alam para Brahma yang besar pahalanya.
22. Brahma Asannasatta : ialah alam para Brahma yang kosong dari kesadaran (yang tidak bergerak)
Selanjutnya alam-alam dari Jhana keempat ini dinamai alam AUDDHAVASA
yang terdiri atas 5 alam kediaman yang murni, dan alam kehidupan ini
adalah khusus untuk para Anagami, yaitu :
23. Brahma Aviha : ialah kediaman para mahluk yang tidak bergerak.
24. Brahma Atappa : ialah alam kediaman para mahluk/Brahma yang suci.
25. Brahma Sudasa : ialah alam kediaman para mahluk/Brahma yang indah.
26. Brahma Sudasi : ialah alam kediaman para mahluk/Brahma yang terang.
27. Brahma Akanittha : ialah alam kediaman para mahluk/Brahma yang luhur.
Hanya mereka yang mengembangkan Jhana-Jhana, akan terlahir nanti di
alam-alam yang lebih tinggi. Demikian pula para penganut ajaran Buddha
Gotama yang telah mengembangkan Jhana pertama, kedua, ketiga, atau
keempat akan terlahir kemabali nanti di alam-alam yang sesuai dengan
pencapaian Jhananya masing-masing.
Di alam yang ke-22, yaitu Asannasastta, disini tidak ada kesadaran,
tetapi hanya ada materi. Pikiran untuk sementara waktu lenyap
(mengendap), sedangkan kekuatan dari Jhana berlangsung terus. Alam
Suddhavasa adalah tempat para Anagami. Umumnya dalam tingkatan
pertama/permulaan mereka tidak dilahirkan disini. Mereka yang mencapai
tingkat Anagami didalam kehidupan di dunia, setelah meninggal dunia,
mereka akan lahir di kediaman ini dan tetap tinggal disini sampai mereka
mencapai tingkat Arahat.
- ARUPALOKA/ARUPA BHUMI, adalah tempat tinggalnya Arupa-Brahma, dan pada Arupa-Bhumi ada 4 alam kehidupan, yaitu :
28. Akasanancayatana : ialah keadaan konsepsi ruangan yang tanpa batas.
29. Vinnacayatana : ialah keadaan konsepsi kekosongan.
30. Nevasannanasannayatana : ialah keadaan konsepsi bukan pencerapan pun bukan tidak pencerapan.
Perbedaan antara RUPA-BRAHMA dan ARUPA-BRAHMA yaitu :
Rupa-Brahma : berarti Brahma-Bermateri, yaitu Brahma yang mempunyai lima kelompok kehidupan atau pancakhandha.
Arupa-Brahma : berarti Brahma yang tidak bermateri, yaitu
Brahma yang hanya mempunyai kelompok Rohaniah (Nama-Khandha), yakni
kelompok perasaan (Vedana-Khandha), kelompok pencerapan (Sanna-Khandha),
kelompok bentuk pikiran (Sankhara-Khandha), dan kelompok kesadaran
(Vinnana-Khandha). Tetapi “tidak” mempunyai kelompok jasmani atau materi
(Rupa-Khandha).
Ada Brahma yang tidak mempunyai kelompok Rohaniah (Nama-Khandha),
yaitu Brahma-Asannasatta (alam kehidupan no.16), hanya mempunyai Rupa
atau Materi, tetapi tidak mempunyai Nama atau Rohani.
Catatan :
- 4 alam APAYA ditambah 7 Alam KAMASUGATI disebut 11 Alam KAMA.
- 16 Alam RUPA ditambah 4 Alam ARUPA disebut 20 Alam Brahma.
- 7 Alam KAMASUGATI ditambah 20 Alam Brahma disebut 27 Alam SUGATI, yaitu 27 Alam kehidupan yang menyenangkan.
- 4 Alam APAYA juga disebut 4 Alam DUGGATI, yaitu 4 Alam kehidupan yang menyedihkan.
- 27 Alam SUGGATI ditambah 4 Alam DUGGATI disebut 31 Alam kehidupan
Didalam kitab Abhidhammattha Sangha, disebutkan tentang batass
atau jangka waktu mengenai umur dari kehidupan di alam-alam itu.
Kehidupan mahluk-mahluk di alam Apaya atau di alam Neraka, yakni 4 Alam
yang menyedihkan, dan di alam manusia, adalah tidak mempunyai jangka
waktu yang tertentu.
Sedangkan kehidupan dari para Dewa, seperti di Alam empat Dewa Raja
mempunyai jangka umru 500 tahun kahayangan. Jika ini dihitung dengan
tahun biasa, seperti dalam dunia kita ini, adalah sebanyak 9 juta tahun.
Selanjutnya jangka waktu kehidupan di Alam 33 Dewa adalah 2 kali jumlah
kehidupan di Alam empat Dewa Raja.
Demikianlah seterusnya, di alalm Dewa yang lebih tinggi selalu 2 kali
jumlah jangka waktu kehidupan dari alam yang dibawahnya. Jangka waktu
kehidupan di Alam Brahma dan alam-alam diatasnya, adalah dihitung dengan
Kappa, Asankheyya Kappa dan Maha Kappa. Di ala mini, jangka waktu
kehidupan 2 kali jangka kehidupan dari alam yang dibawahnya ada yang
tidak.
Bagan/Schema Tiga puluh satu alam
LOKA/BHUMIMI
Keterangan
Batas Umur
31.Nevasana Nasannayatana
30.Akincannayatana
29.Vinnanancayatana
28.Akasanancayatana
84 .000 Maha Kappa
60 .000 Maha Kappa
40 .000 Maha Kappa
20 .000 Maha Kappa
Catutha Jhana
Suddhavasa
27. Akinittha
26. Suudassi
25. Sudassa
24. Atappa
23. Aviha
16.000 Maha Kappa
8.000 Maha Kappa
4.000 Maha Kappa
2.000 Maha Kappa
1.000 Maha Kappa
22. Asanna Satta
21. Vehappahala
500 Maha Kappa
500 Maha Kappa
16
Tatiya Jhana Bhumi
20. Subhakinha
19. Appamansubha
18. Parittasubha
64 Maha Kappa
32 Maha Kappa
16 Maha Kappa
Dutiya Jhana Bhumi
17. Abhassana
16. Appamanabha
15. Parittabha
8 Maha Kappa
4 Maha Kappa
2 Maha Kappa
Pathama Jhana Bhumi
14. Maha Brahma
13. Brahma Purohita
12. Brahma Parisajja
1 Maha (Asankheya) Kappa
1/2 Maha (Asankheya) Kappa
1/3 Maha (Asankheya) Kappa
Devaloka (6)
Sugati (7)
11. Paranimita Vassati
10. Nimmmanarati
9. Tusita
8. Yama
7. Tavatimsa
6. Catummaharajika
9126 juta thn/16.000 thn khayangan.
2304 juta thn/8.000 thn khayangan.
576 juta thn/4.000 thn khayangan.
144 juta thn/2.000 thn khayangan.
36 juta thn/1.000 thn khayangan.
9 juta thn/500 thn khayangan.
11
5. Manusia
Tidak ada ketentuan
Dugati (4)
4. Asura
3. Peta
2. Tiracchana
1. Niraya
Tidak ada ketentuan
Tidak ada ketentuan
Tidak ada ketentuan
Tidak ada ketentuan
- Okasaloka adalah alam tempat. Disini terdapat dan hidup mahluk-mahluk diatas, seperti bumi adalah okasaloka tempat manusia hidup dan tempat bend-benda matiseperti besi, batu dan sebagainnya. Alam dewa adalah okasaloka tempat para dewa hidup. Alam neraka adalah okasaloka tempat mahluk-mahluk rendah yang menderita.
Menurut kepercayaan agama budha alam tersebut diatas bukan
diciptakan Tuhan, dan Tuhan tidak mengaturnya. Agama budha selalu
menghindari membicarakan persoalan hubungan Tuhan atau Yang Mutlak
dengan alam yang tidak mutlak karena dikhawatirkan dapat menimbulkan
problem metafissika yang tidak habis-habisnya. Segala sesuatu dialam
semesta ini dikembalikan dalam rangkain sebab-akibat, berdasarkan aturan
yang berlaku di mana-mana, yang dinamakan hukum. Dalam pengertian ini,
setiap hubungan sebab-akibat harus dianggap sebagai manifestasi dari
suatu hukum yang berlaku di mana-mana. Hukum yang tetap, yang pasti,
disebut dharma, yang mengatur tata tertib alam semesta, tidak tercipta,
kekal dan imanent.[4]
- b. KonsepTentangManusia[5]
Dalam ajaran agama Buddha, manusia menempati kedudukan yang khusus
dan tampak memberi corak yang dominan pada hampir seluruh ajarannya.
Kenyataan yang dihadapi manusia dalam hidup sehari-hari merupakan titik
tolak dan dasar dari seluruh ajaran Buddha. Hal ini dibicarakan dalam
ajaran yang disebut tilakhana (Tiga corak umum agama Buddha), catur arya
satyani (empat kesunyataan mulia), hukum karma (hukum perbuatan), dan
tumimbal lahir (kelahiran kembali).
Manusia, menurut ajaran Buddha, adalah kumpulan dari energi fisik dan
mental yang selalu dalam keadaan bergerak, yang disebut Pancakhanda
atau lima kelompok kegemaran yaitu rupakhanda (jasmani), vedanakhanda
(pencerahan), sannakhandha (pencerapan), shankharakhandha (bentuk-bentuk
pikiran), dan vinnanakhandha (kesadaran) . Kelima kelompok tersebut
saling berkaitan dan bergantung satu sama lain dalam proses berangkai,
kesadaran ada karena adanya pikiran, pikiran timbul disebabkan adanya
penyerapan, penyerapan tercipta karena adanya perasaan, dan perasaan
timbul karena adanya wujud atau Rupa. Kelima khanda tersebut juga sering
diringkas menjadi dua yaitu: nama dan rupa. Nama adalah kumpulan dari
perasaan, pikiran, penyerapan dan perasaan yang dapat digolongkan
sebagai unsur rohaniah, sedang Rupa adalah badan jasmani yang terdiri
dari empat unsur materi yaitu unsur tanah, air, api, dan udara atau
hawa.
Pancakkhanda atau lima kelompok kehidupan[6]
Untuk memahami masalah manusia itu. Beberapa orang menganggap bahwa
terlebih dahulu haruslah terdapat suatu “INTI” atau “HAKEKAT” yang
merupakan identitas didalam diri manusia yang dinamakan Ego, Atta,l Diri
dan sebagainya. Kan tetapi bilamana kita mau berfikir dengan bijaksana,
tak perlulah factor itu diadakan untuk memahami seluk beluk manusia.
Manusia terdiri atas jasmani dan rohani (Rupa-Nama), yang kedua-duanya
bersifat berubah dan mengalir terus-menerus, timbul dan tenggelam,
sampai prose situ dapat dihentikan dan dicapainya Nibbana.
Jika diselidiki lebih jauh, maka yang disebut manusia itu terdapatlah
lima kelompok kehidupan atau yang disebut pancakhanda, yaitu terdiri
dari :
- KELOMPOK KEHIDUPAN JASMANAI atau RUPAKKHANDHA
Kelompok kehidupan atau Kandha ini berasal dari Maha Bhuta
artinya Unsur Utama, yang terdiri dari Catur-Dhatu artinya Empat-Unsur,
yaitu :
1) Pathavi-dhatu = Unsur padat/tanah, ialah segala sesuatu yang
padat pada tubuh manusia, misalnya : tulang. Gigi, kuku dan
lain-lainnya.
Unsur ini dinamakan unsur mengembang (the element of extension), yang
menjadi pokok dasar kelompok kehidupan jasmani dan unsur yang
memudahkan wujud materi mendapatkan ruang. Segala benda yang bersifat
keras dan lemas adalah perkembangan unsur ini, yang banyak terdapat di
dalam kebendaan. Oleh karena pengaruhnya lebih besar di tanah, maka
disebut juga unsure Tanah.
2) Apo-dhatu = Unsur cair, ialah segala sesuatu yang bersifat cair
pada tubuh manusia, misalnya : darah, peluh, air mata, dan lain-lainnya.
Unsur ini dinamakan unsur persamaan/cocok (the element of cohesion),
yang dikenal sebagai unsur yang pengaruhnya lebih besar di air. Unsur
inilah yang menyatukan benda-benda atom dalam menggerakkan/memencarkan
hingga mewujudkan bentuk benda yang besar.
3) Tejo-dhatu = Unsur panas, ialah segala sesuatu yang bersifat
panas pada tubuh manusia, misalnya : demam, suhu badan, enersi
pencernaan dan lain-lainnya.
Unsur ini dinamakan unsure yang dapat mematangkan segala sesuatu
benda-benda, oeh karena pengaruhnya lebih besar di api, maka unsure ini
disebut unsur api. Tetapi unsur api ini berisikan hawa dingin, maka hawa
panas dan hwa dingin adalah dua perkembangan daripada unsur ini dan
keutuhannya atau kerusakannya semua benda-benda juga disebabkan oleh
unsur ini.
4) Vayo-dhatu = Unsur gerak, ialah segala sesuatu yang bersifat
gerak pada tubuh manusia, misalnya : napas, hawa, udara dalam badan dan
lain-lainnya.
Unsur ini dinamakan unsure kekuatan penunjang atau penolak (the
element of motion), maka semua pergerakan dan getaran disebabkan oleh
unsur ini.
Keempat unsur tersebut diatas adalah tidak dapat dipisah-pisahkan,
akan tetapi selalu saling bergantungan yang satu dengan yang lainnya,
saling bantu-membantu dan sebagainya.
Segala benda terbentuk berasal dari keempat unsur tersebut diatas dan
apabila rusak, maka akan terurai kembali pada unsure asalnya semula
yang membentuknya. Di dalam Rupakkhandha ini termasuk pula
panca-indriya, yaitu :
(1) Mata atau Cakkhu, ialah dengan objek sasarannya seperti bentuk-bentuk yang dapat terlihat.
(2) Telinga atau Sota, ialah dengan objek sasarannya seperti sura-suara yang dapat didengarnya.
(3) Hidung atau Ghana, ialah dengan objek sasarannya seperti bau-bauan yang dapat diciumnya.
(4) Lidah atau Jivha, ialah dengan objek sasarannya seperti makanan dan minuman yang dapat dikecapnya.
(5) Tubuh atau Kaya, ialah dengan objek sasarannya seperti yang keras atau lembut yang dapat disentuhnya.
Selain daripada kelima indriya diatas juga terdapat pikiran, ialah
dengan pendapat-pendapat dan konsepsi-konsepsi yang ada didalam alam
“objek-pikiran” yang dalam bahasa pali disebut “dhammayatana” .
Kesimpulannya ialah benda-benda dalam keseluruhannya ada didalam badan manusia dengan objek-objek sasarannya.
- KELOMPOK KEHIDUPAN PERASAAN atau VEDANAKKHANDHA
Kelompok kehidupan atau khanda ini yang termasuk semua perasaan
bahagia, menderita dan perasaan netral, yang timbul oleh karena adanya
kontak/kesan daripada indriya-indriya yang berhubungan dengan dunia-luar
(objek sasarannya).
Kontak atau kesan tadi yang terdiri dari enam macam, yaitu :
(1) Perasaan yang timbul dari kontak/kesan melalui Cakkhu dengan bentuk-bentuk yang dapat dilihatnya.
(2) Perasaan yang timbul dari kontak/kesan melalui Sota dengan suara-sura yang dapat didengarnya.
(3) Perasaan yang timbul dari kontak/kesan melalui Ghana dengan bau-bauan yang dapat diciumnya.
(4) Perasaan yang timbul dari kontak/kesan melalui Jivha dengan makanan dan minuman yang dapat dikecapnya.
(5) Perasaan yang timbul dari kontak/kesan melalui kaya dengan suatu yang keras atau lembut yang dapat disentuhnya.
(6) Perasaan yang ditimbulkan dari kontak/kesan melalui
manayatana/dhammayatana (landasan pikiran) dengan gambaran-gambaran
pikiran yang dapat dipikirkannya.
Semua perasaan physic dan mental tergolong dalam kelompok ini dan
harus pula diingat baik-baik, bahwa pikiran juga sebagai indriya,
seperti halnya mata, hidung dan lain-lainnya.
- KELOMPOK KEHIDUPAN PENCERAPAN atau SANNAKHANDHA
Kelompok kehidupan atau khanda ini termasuk semua pencerapan
yang menyenangkan, menjemukan dan yang netral, yang ditimbulkan dari
keenam indriya berhubungan dengan objek-objek sasarannya masing-masing,
sebagaimana halnya kelompok perasaan, dimana pencerapan tercipta
disebabkan oleh keenam indriya yang mengadakan kontak dengan dunia luar,
yaitu :
(1) Pencerapan bentuk-bentuk yang dilihat oleh mata.
(2) Pencerapan suara-suara yang didiengar oleh telinga.
(3) Pencerapan bau-bauan yang dicium oleh hidung.
(4) Pencerapan makanan dan minuman yang dikecap oleh lidah.
(5) Pencerapan benda-benda keras atau lembut yang disentuh oleh tubuh.
(6) Pencerapan objek-objek mental oleh pikiran.
Melalui pencerapan inilah orang baru dapat mengenali objek-objek, baik yang merupakan objek fisik maupun objek mental.
- KELOMPOK KEHIDUPAN BENTUK-BENTUK PIKIRAN atau SANKHARAKKHANDHA
Kelompok kehidupan atau khanda ini termasuk semua keadaan mental
yang membahagiakan, menderita dan yang netral, yang ditujukan kepada
enam golongan kehendak (cetana) yaitu :
(1) Kepada bentuk-bentuk yang dapat dilihatnya.
(2) Kepada Suara-suara yang dapat didiengarnya.
(3) Kepada Bau-bauan yang dapat diciumnya.
(4) Kepada makanan dan minuman yang dapat dikecapnya.
(5) Kepada benda-benda keras atau lembut yang dapat disentuhnya.
(6) Kepada objek-objek mental yang dapat dipikirkannya.
Dalam kelompok kehidupan ini semua kegiatan kehendak (cetana) yang
baik atau buruk pada umumnya dikenal dengan kamma, termasuk khanda ini.
- KELOMPOK KEHIDUPAN KESADARAN atau VINNANAKKHANDHA
Kelompok kehidupan atau kahndha ini ialah termasuk semua kesadaran yang menyenangkan, menjemukan dan yang netral, terdiri dari :
- Kesadaran mata
- Kesadaran telinga
- Kesadaran hidung
- Kesadaran lidah
- Kesadaran tubuh
- Kesadaran pikiran
Kesadaran adalah suatu reaksi yang mempunyai dasar dari salah
satu indriya, misalnya kesadaran mata sebagai dasar dan juga sebagai
objek dari benda-benda yang terlihat. Kesadaran pikiran adalah pikiran
sebagai dasar dan idea atau gambaran pikiran selalu dihubungkan dengan
indriya, sebagaimana halnya dengan perasaan, pencerapan dan kehendak
berhubungan dengan keenam indriya dan objek sasarannya.
Haruslah dimengerti dengan baik, bahwa kesadaran tidak dapat mengenal
sesuatu objek. Tetapi hanya merupakan kesadaran sejenak atau
kesadaran/tahu. Tentang adanya satu objek, misalnya mendapat kontak
dengan warna biru, kemudian kesadaran mata bangkit dan sadar tentang
adanya warna. Sampai disini belum mengenalnya sebagai warna biru. Pada
tingkat ini sebenarnya belum sampai mengenal sesuatu apa dan pada
tingkat pencerapan barulah dapat mengenal warna itu sebagai warna apa.
Istilah “kesadaran/mata” hanyalah yang berarti, bahwa sebuah bentuk
telah terlihat. Tetapi belum berarti mengenalnya dan begitupulalah
halnya dengan kesadaran indriya-indriya lainnya.
Kelima kelompok kehidupan atau Pancakkhandha adalah membentuk
keseluruhan apa yang disebut “manusia” dan tidak terdapat manusia diluar
khandha tersebut, seperti juga tak terdapat sebuah “meja” di luar
keempat kakinya dan beberapa potong papan yang membentuknya. Selanjutnya
kelima khandha bukanlah merupakan kelompok-kelompok yang saling
bergantungan dan masing-masing mengalami proses perubahan serta
kelangsungannya sendiri.
Tak ada sesuatu kesatuan yang statis dimanapun juga ; yang ada
hanyalah kelangsungan daripada proses-proses dan gabungan-gabungan yang
menjadi kelompok-kelompok.
Sekedar untuk dimengerti proses namakkhandha atau kelompok rohani yang berlangsung secara demikian :
Sanna-Vinnana-Sankhara-Vedana
atau
Pencerapan-Kesadaran-Bentuk-bentuk pikiran-Perasaan
Manusia dalam ajaran Buddha merupakan makhluk dimana jenis kelaminnya
ditentukan pada saat pembuahan karena karma dari perbuatannya dalam
hidup terdahulu. Ditinjau dari hukum karma, ada akibatnya bila orang
melakukan pelanggaran seksual. Ajaran Budhha sangat menuntut disiplin
dalam perbuatan seksual. Dan kedua unsur tersebut diatas adalah dasar
dari manusia, oleh karena itu, Sebagaimana dijelaskan dalam buku
filsafat whitehead tentang jati diri manusia bahwa emosi, kenikmatan,
harapan, kekuatan, penyesalan dan macam-macam pengalaman mental adalah
unsur-unsur pembentuk jiwa manusia. Badan juga berfungsi sebagi “bidang
ekspresi manusia”. Jiwa manusia adalah kesatuan yang kompleks dari
kegiatan-kegiatan mental, dari yang paling rendah hingga yang bersifat
intelektual.
Dalam agama Buddhis manusia terikat oleh 5 kelompok ikatan Skanda
(panca skanda) yang terdiri dari rupa (bentuk jasmani), vedanna
(perasaan), sanna (pencerapan, penginderaan), sankhara (bentuk pikiran),
vinnana (kesadaran).
Tujuan akhir manusia adalah mencapai pencerahan atau Nibbana, dengan
tercapainya nibbana tidak ada lagi keinginan yang diharapkan oleh
manusia, tak ada harapan apapun, tidak lagi memikirkan akan kelangsungan
dirinya. Dengan mencapai tahap ini manusia sudah tidak lagi memiliki
keinginan, nafsu-nafsu kotor, sudah lepas dari segala ikatan dunia dan
ikatan kamma itu sendiri.
Manusia memiliki potensi yang tak terbatas. Dimana potensi trersebut
banyak tidak dipergunakan oleh manusia. Selama manusia tidak menyadari
potensi yang dimilikinya, makan akan sulitlah bagi manusia untuk
mencapai tujuan akhir umat Buddha yaitu Nibbana (kebahagian tertinggi).
Nibbana adalah suatu “keadaan”, seperti diajarkan oleh sang Buddha,
Nibbana adalah keadaan yang pasti setelah keinginan lenyap. Api menjadi
padam karena kehabisan bahan bakar. Nibbana adalah padamnya keinginan,
ikatan-ikatan, nafsu-nafsu, kekotoran-kekotoran batin. Dengan demikian
Nibbana adalah kesunyataan abadi, tidak dilahirkan (na uppado-
pannayati), tidak termusnah (na vayo-pannayati), ada dan tidak berubah
(nathitassannahattan-pannayati). Nibbana disebut juga asankhata-dhamma
(keadaan tanpa syarat, tidak berkondisi). Dalam Paramathadi panitika
disebutkan Natthi Vanam Etthani Nibbanam (keadaan yang tenang yang
timbul dengan terbebasnya dari tanha/keinginan rendah disebut Nibbana).
Cara untuk mencapai pecerahan adalah dengan menembus empat
kesunyataan mulia (catur arya styani), tekun melakukan perenungan
terhadap kelima skanda sebagai sesuatu yang tidak kekal (anicca), tidak
bebas dari derita (dukkha), dan tanpa aku (anatta). Menyelami bahwa apa
yang disebut makhluk atau diri tidak lain adalah proses atau arus
keadaan mental dan jasmani yang saling bergantung (paticca samuppada).
Dengan menganalisa ia menyelami bahwa semua hanyalah sebuah arus dari
sebab dan akibat. Meneliti dengan cermat sifat sebab-akibat sehingga
menembusi alam kesadaran yang lebih tinggi. Seluruh alam semesta tidak
lain adalah berisi bermacam arus dan getaran yang tidak kekal. Dengan
penembusan ini nafsu keinginan, kehausan akan penjelmaan akan terhenti,
dan muncul dalam jalan kesucian, sampai bersatu dengan Kesadaran Agung
Nirvana.
Jalan untuk mencapainya tertuang dalam delapan jalan utama (Hasta
Arya Marga) yang terdiri dari tiga usaha besar yang harus dijalankan
tiap hari yaitu: menjalankan Panna (kebijaksanaan), Sila (tata susila
hidup bermasyarakat), dan Samadhi (membebaskan diri dari nafsu keinginan
untuk sampai pada kesadaran).
Mereka yang mencapai nibbana tidak lagi menaruh perhatian terhadap
kelangsungan dirinya. Kematian dapat tiba menurut kehendaknya atau
setelah umurnya selesai. Mereka tidak lagi menimbun kamma baru,
melainkan sekedar menghabiskan akibat kamma lampaunya.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai nibbana yaitu:
- Kita harus menyadari bahwa umat manusia memiliki potensi tidak terbatas. Kalau manusia diartikan sebagai mahkluk lemah dan tidak berdaya yang terus menerus terombang-ambing oleh aliran takdir maka tidak ada kemungkinan mencapai nibbana. Ajaran Buddha menyadari sepenuhnya kaebaikan manusia yang tidak terbatas.
- Adanya dorongan yang kuat dari dalam batin untuk mencapai nibbana. Keinginan yang kuat bukanlah berasal dari luar. Kesadaran akan pentingnya keinginan untuk mencapai nibbna ini sangat penting. Nibbana adalah tanggung jawab seklaigus hak.
- Harus ada kesadaran apabila umat manusia akan mendapatkan hasil kalau dia berusha terlebih dahulu. Ini berarti kalau anda telah menebar benih, maka anda berhak menuai hasilnya.
Dari tiga hal diatas dapat diambil kesimpulan untuk mencapai
nibbana manusia harus memenuhi tiga syarat yaitu menyadari
ketidakterbatasan potensi manusia, memiliki keinginan untuk mencapai
nibbana dan langsung berusaha mewujudkan keinginan tersebut, dan
meyakini bahwa di dunia spiritual tetap berlaku hukum sebab-akibat. Jika
anda menabur benih dan berusaha memeliharanya agar tumbuh dengan baik,
pasti benih itu akan mendatangkan hasil.
PATICCA-SAMUPPADA
Bunyi hukum paticca-samuppada
Perkataan paticcasamuppada terdiri atas Paticca artinya disyaratkan
dan kata Samuppada artinya muncul bersamaan. Jadi paticca-samuppada
artinya mucul bersamaan karena syarat berantai, atau pokok permulaan
sebab akibat yang saling bergantungan.
Prinsip dari ajaran hukum paticcasamuppada diberikan dalam empat rumus pendek yang berbunyi sebagai berikut.
I. Imasming Sati Idang Hoti
Dengan adanya ini maka terjadilah itu.
II. Imassupada Idang Uppajati
Dengan timbulnya ini maka timbulah itu.
III. Imasming Asati Idang Na Hoti
Dengan tidak adanya ini maka tidak adalah itu.
IV. Imassa Nirodha Idang Nirujjati
Dengan terhentinya ini maka terhentinya itu.
Berdasarkan prinsip dari saling menjadikan, relativitas dan saling
bergantungan maka seluruh kelangsungan dan kelanjutan hidup dan juga
terhentinya hidup telah diterangkan dalam satu rumus dari dua belas
pokok yang dikenal sebagai paticcasamuppada.
1. Avijja Paccaya Sankhara
Dengan adanya ketidaktahuan maka terjadilah bentuk-bentuk kama.
2. Sankhara Paccaya Vinnanang
Dengan adanya bebtuk-bentuk kamma maka terjadilah kesadaraan.
3. Vinana Paccaya Namarumpang
Dengan adanya kesadaran maka terjadilah rohani jasmani.
4. Namarupa Paccaya Salayatanang
Dengan adanya kesadaran rohani jasmani maka terjadilah enam landasan indranya.
5. Salayatana Paccaya Phasso
Dengan adanya enam landasan indriya maka terjadilah kontak/kesan-kesan.
6. Phassa Paccaya Vedana
Dengan adanya kontak maka terjadilah perasaan.
7. Vedana Paccaya Tanha.
Dengan adanya perasaan maka terjadilah keinginan.
8. Tanha Paccaya Upadanang
Dengan adanya tanha maka terjadilah kemelekatan.
9. Upadana Paccaya Bhavo
Dengan adanya kemelekatan maka terjadilah proses penjelmaan
10. Bahava Paccaya Jati
Dengan adanya proses penjelmaan maka terjadilah kelahiran.
11. Jati Paccaya Jaramaranang
Dengan adanya tumimbal-lahir maka terjadilah kelapukan keluh kesah, sakit, kematian, dll.
12. Jara-Marra
Kematian, kelapukan, keluh kesah, sakit, dll, sebagai akibat dari tumimbal-lahir.
- c. ETIKA (CATUR PARAMITA DAN CATUR MARA)
- a. Catur Paramita[7]
Di dalam diri manusia terdapat sifat-sifat Ketuhanan yang di
sebut paramita yaitu dalam bathinnya merupakan segala sumber dari
perbuatan baik (kusalakamma) yang tercetus pada pikiran, ucapan dan
badan. Karena itu kita harus bias mengembangkan paramita itu. Demi
kebahagiaan, ketenangan dan kegembiraan hidup kita. Sifat ketuhanan itu
terdiri dari :
- Metta : ialah cinta-kasih universal yang menjadi akar dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini dikembangkan dosa akan tertekan.
- Karuna : ialah kasih-sayang universal karena melihat suatu kesengsaraan, yang menjadi akar perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini berkembang lobha akan tertekan.
- Mudhita : ialah perasaan bahagia (simpati) universal karena melihat makhluk lain bergembira, yang menjadi akar dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bial ini berkembang issa akan tertekan.
- Upekkha : ialah keseimbangan bathin universal sebagai hasil dari
melaksanakan metta. Karuna. Mudhita dan upekkha, juga merupakan akar
dari perbuatan baik (kusala-kamma). Bila ini telah berkembang moha akan
tertekan, bahkan akan lenyap.
- b. Catur Mara[8]
Disamping adanya sifat-sifat ketuhanan, terdapat pula
sifat-sifat setan/ jahat (marra) dalam bathin manusia dan ini merupakan
sumber dari perbuatan buruk (akusalakamma) yang tercetus pada pikiran,
ucapan dan badan. Karena itu kita harus dapat melenyapkannya agar hidup
kita tidak terus-menerus di dalam kesengsaraan dan penderitaan yang
tiada henti-hentinya. Sifat setan/jahat itu terdiri dari :
- Dosa : ialah kebencian yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila di kembangkan metta.
Dosa ini secara ethica (ajaran tentang keluhuran buda dan
kesopanan) berarti kebencian. Tetapi secara psychilogis (kejiwaan)
berarti pukulan yang berat dari pikiran terhadap objek bertentangan.
- Lobha : ialah serakah yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila di kembangkan karuna.
Lobha ini secara ethica berarti keserakahan/ketamakan. Tetapi
secara psychilogi (kejiwaan) berarti terikat pikiran pada objek-objek.
Inilah yang kadang-kadang disebut Tanha yaitu keinginan yang tiada
henti-hentinya.
- Issa : ialah irihati yaitu perasaan tidak senang melihat makhluk lain berbahagia, yang menjadi akar dari perbuatan jahat (akusalakamma) dan akan lenyap bila dikembangkan mudhita.
- Moha : ialah kegelisahan bathin sebagai akibat dari perbuatan dosa, lobha, dan issa. Akan lenyap bila dikembangkan upekkha. Moha berarti kebodohan dan kurangnya pengertian. Selain itu moha juga disebut Avijja yaitu ketidaktahuan, atau Annana yaitu tidak berpengetahuan, atau Adassana yaitu tidak melihat.
- c. Pikiran Baik, Jahat dan Akibatnya
Tersebutlah kata-kata yang diucapkan oleh YMS Buddha Gotama
dalam kitab Dhammapada, yaitu bagian kecil dari Suta-Pittaka yang
berbunyi sebagai berikut :
Ayat 1 : segala sesuatu adalah hasil dari pada apa
yang telah dipikirkan, berdasarkan pikiran dan dibentuk oleh pikiran.
Bila seseorang berbicara atau bertidak dengan pikiran yang jahat, maka
penderitaan akan mengikutinya seperti roda-pedati yang mengikuti jejak
kaki lembu yang menariknya.
Ayat 2 : segala sesuatu adalah hasil dari pada apa
yang telah dipikirkan, berdasarkan pikiran dan dibentuk oleh pikiran.
Bila seseorang berbicara atau bertidak dengan pikiran yang baik, maka
kebahagiaan akan mengikutinya seperti bayangan yang tidak pernah
meninggalkan dirinya.
HUBUNGAN SILA DENGAN CATUR PARAMITA
Sila dapat dilakukan dengan baik, bilamana pikiran penuh dengan Catur Paramita.
Haruslah terlebih dahulu kita mengenalnya. Pengertian secara umum
yaitu corak daripada sila, ialah pelaksanaan hidup bersusila (beradab);
intisari sila ialah peniadaan pelanggaran dalam hidup bersusila;
cetusan sila ialah kesucian pikiran, ucapan dan tindakan-badan; dan
dasar sila iualah perasaan malu untuk berbuat kejahatan (HIRI) dan
takut berbuat kejahatan karena hati nurani (OTTAPPA).
Sila ini dibangun atas konsepsi cinta kasih yang universal dan belas
kasihan terhadap sesame mahluk hidup, yang juga menjadi dasar ajaran
Buddha Gautama. Menurut ajaran agama Buddha. Untuk memperoleh
kesempurnaan ada dua macam sifat luhur yang harus dikembangkan
berbarengan, yaitu :
- Metta dan karuna (cinta kasih dan kasih sayang)
- Panna (kebijaksanaan).
Dalam metta dan karuna adalah termasuk cinta kasih, suka
bermurah hati, toleransi dan sifat-sifat luhur lainnya dari segi emosi
(perasaan) atau sifat-sifat yang timbul dari “hati”. Sedangkan panna
berhubungan dengan intelek (kecerdasan) atau sifat-sifat yang timbul
dari pemikiran.
Kalu orang hanya mengmanbangkan dari segi emosinya saja dengan
mengabaikan dari segi inteleknya, maka orang ini kelak akan menjadi
“orang gila yang baik hati” sebaliknya, kalau orang hanya mengambangkan
segi inteleknya saja dengan mengabaikan segi emosinya, maka orang ini
akan menjadi “orang yang berhati batu” dan tidak mempunyai perasaan
sedikitpun terhadap orang lain. Oleh karena itu, untuk menjadi sempurna,
orang harus mengembangkan sifat-sifta tersebut secara berbarengan.
Inilah tujuan dari “way of life” setiap umat Buddha yaitu dimana
kebijaksanaan dan cinta kasih/belaskasihan merupoakan kesatuan yang
tidak dapat dipisah-pisahkan. Sila yang berdasarkan cinta dan belas
kasihan adalah meliputi tiga bagian dari delapan ruas jalan utama, yaitu
:
Ruas no. 3 Ucapan Benar
Yang dapat digolongkan sebagai ucapan benar, jika empat macam sarat di bawah ini dipenuhi :
- Kata-kata itu benar.
- Kata-kata itu beralasan.
- Kata-kata itu berfaedah.
- Kata-kata itu tepat pada waktunya.
Ini berarti membebaskan diri dari :
- Pembicaraan yang tidak benar (berdusta)
- Pembicaraan yang dapat menimbulkan kebencian, perpecahan dan perselisihan diantara perorangan atau golongan.
- Pembicaraan cabul dan kasar yang menyakiti hati orang lain.
- Pembicaraan yang kosong dan tidak ada artinya, desas-desus dan mebicarakan keburukan orang lain
Ruas No. 4 Perbuatan Benar
Yaitu bertujuan untuk mengembangkan perbuatan-perbuatan yang susila,
tehormat dan menjauhkan diri dari keributan-keributan. Ini berarti bahwa
ia tidak akan membunuh, mencuri, melakukan perbuatan tercela, melakukan
perzinahan dan a selalu bersedia menolong orang lain, juga agar dapat
menjalankan satu penghidupan yang tenang, terhormat dan dengan cara
benar.
Ruas No. 5 Mata-pencaharian yang Benar
Ini yang berarti, bahwa orang seharusnya memiliki mata pencaharian yang tidak mencelakakan atau merugikan orang lain, misalnya :
- Berdagang alat-alat perang dan alat untuk pembunuhan lainnya.
- Berdagang minuman keras, yang menjadikan orang acuh tidak acuk terhadap ajaran agama.
- Berdagang racun.
- Membunuh binatang-binatang dengan sengaja.
- Dan lain-lain lagi.
Orang seharusnya memilih satu usaha atau pekerjaan yang
terhormat, yang tidak merugikan orang lain dan yang tidak mencelakakan
atau menyakiti orang lain. Dari sini dapat kita lihat, bahwa ajaran
agama Buddha menentang tiap bentuk peperangan, tidak membenarkan untuk
berdagang alat-alat perag dan senjata lainnya yang dapat melakukan
pembunuhan.
Ini lah tiga bagian dari delapan ruas jalan Utama yang dapat
digolongkan dalam perbuatan yang bersusila. Haruslah hendaknya disadari
benar-benar, bahwa sila ini bertujuan untuk memperoleh suatu penghidupan
yang bahagia dan harmonis bagi orang itu sendiri dan juga untuk
orang-orang di sekelilingnya. Bila ini dianggap sebagai dasar yang
mutlak guna memperoleh hasil-hasil batiniah yang luhur.
DAFTAR PUSTAKA
http://willyyandi.wordpress.com/tag/ekologi-agama-buddha/ 12-03-2012/15.33
M. Ripa’I, Perbandingan Agama, (Semarang : Wicaksana 1984), hal.100-101
Majlis Budayana Indonesia, Kebahagiaan dalam Dhamma, (Jakarta : 1980), hal. 19-20
Mukti Ali, agama-agama di Dunia, (yogyakarta IAIN sunan kalijaga press,1988) hal 121-123
[1]M. Ripa’I, Perbandingan Agama, (Semarang : Wicaksana 1984), hal.100-101
[2]http://willyyandi.wordpress.com/tag/ekologi-agama-buddha/ 12-03-2012/15.33
[3] Majlis Budayana Indonesia, Kebahagiaan dalam Dhamma, (Jakarta : 1980), hal. 300-311
[4]Mukti Ali, agama-agama di Dunia, (yogyakarta :IAIN sunan kalijaga press, 1988), hal. 121-123
[5]http://s-moc.blogspot.com/2010/07/konsep-manusia-dalam-agama-budha.html 12-3-2012/15.24
[6] Majlis Budayana Indonesia, Kebahagiaan dalam Dhamma, (Jakarta : 1980), hal. 80-88
[7]Majlis Budayana Indonesia, Kebahagiaan dalam Dhamma, (Jakarta : 1980), hal. 19-20
[8]Majlis Budayana Indonesia, Kebahagiaan dalam Dhamma, (Jakarta : 1980), hal. 21
AGAMA BUDDHA DI KOREA DAN DI JEPANG
PENDAHULUAN
Alhamdulillah puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Allah yang
maha kuasa atas karunia yang diberikanya penyusun dapat merampungkan
tugas pada mata kuliah Agama Buddha.
Jika kita tengok ke belakang, agama Budda lahir dari
perkembangan Agama Hindu, terutama dalam kehidupan syaramna timbulah
bermacam-macam filsafat, yang kemudian memecah Hindu weda ke adalam
berbagai Mazhab . yang dasar berpikirnya makin lama makin jauh dari
Weda mazhab tumbuh karena tidak puas dengan cara-cara lama serta
hakekat penyembuhan , yang dilakukan hanya mementingkan jasmani (nafsu)
Salah satu dari perembangan mazhab itu munculah mazhab baru yang
kemudian menjadi agama Buddha yang di bawa oleh Filsuf sidarta Gautama.
Demikianlah Buddhisme yang mula-mula muncul, yang pada awalnya hanya
merupakan sebauah mazhab, yang akhirnya menjadi agama dunia yangt meluas
k eke Nepal, Tibet, Mongolia, Korea, Jepang, Tiongkok, Sailan, Brima,
Siam, China, Indonesia, Dan Lain-lain.
Sejarah Korea
Sejarah Korea bermula dari zaman Paleolitik Awal sampai dengan
sekarang . Kebudayaan tembikar di Korea dimulai sekitar tahun 8000 SM,
dan zamanneolitikum dimulai sebelum 6000 SM yang diikuti oleh zaman
perunggu sekitar tahun 2500 SM. Kemudian Kerajaan Gojoseon berdiri tahun
2333 SM [2]. Baru pada abad ke-3 SM Korea mulai terbagi-bagi menjadi
banyak wilayah kerajaan.
Pada tahun satu Masehi, Tiga Kerajaan
Korea seperti Goguryeo, Silla dan Baekje mulai mendominasi Semenanjung
Korea dan Manchuria. Tiga kerajaan ini saling bersaing
secara ekonomi dan militer. Koguryo dan Baekje adalah dua kerajaan yang
terkuat, terutama Goguryeo, yang selalu dapat menangkis
serangan-serangan dari Dinasti-dinasti Cina. Kerajaan Silla
perlahan-lahan menjadi kuat dan akhirnya dapat menundukkan Goguryeo.
Untuk pertama kalinyaSemenanjung Korea berhasil disatukan oleh Silla
pada tahun 676 menjadi Silla Bersatu. Para pelarian Goguryeo yang
selamat mendirikan sebuah kerajaan lain di sisi timur laut semenanjung
Korea, yakni Balhae.
Silla Bersatu akhirnya runtuh di akhir abad ke-9, yang juga
mengakhiri masa kekuasaan Tiga Kerajaan. Kerajaan yang baru, Dinasti
Goryeo, mulai mendominasi Semenanjung Korea. Kerajaan Balhae runtuh
tahun 926 karena serangan bangsa Khitan dan sebagian besar penduduk
serta pemimpinnya,Dae Gwang hyun, mengungsi ke Dinasti Goryeo. Selama
masa pemerintahan Goryeo, hukum yang baru dibuat, pelayanan masyarakat
dibentuk, serta penyebaran agama Buddha berkembang pesat.
Tahun 993 sampai 1019 suku Khitan dari Dinasti Liao meyerbu Goryeo, tapi
berhasil dipukul mundur. Kemudian pada tahun 1238, Goryeo kembali
diserbu pasukan Mongol dan setelah mengalami perang hampir 30 tahun, dua
pihak akhirnya melakukan perjanjian damai.
Pada tahun 1392, Taejo dari Joseon mendirikan Dinasti Joseon setelah
menumbangkan Goryeo. Raja Sejong (1418-1450) mengumumkan penciptaan
abjadHangeul. Antara 1592-1598, dalam Perang
Imjin, Jepang menginvasi Semenanjung Korea, tapi dapat dipatahkan oleh
prajurit pimpinan Admiral Yi Sun-shin. Lalu pada tahun 1620-an
sampai 1630-anDinasti Joseon kembali menderita serangan dari (Dinasti
Qing).
1) GOGURYEO
GoguryeoGoguryeo dibangun oleh Jumong pada tahun 37 SM. Kelak namanya
menjadi Deomyeonseong of Goguryeo. kerajaan ini berdiri dengan
bersatunya 5 suku Jeolbon. Jumong menikahi anak pemimpin Jeolbon, So
Suh No. Ye soya (istri pertama Jumong) bersama yuri anak jumong kembali
ke Goguryeo dari Buyeo. So Suh No yang mengkhawatirkan kesempatan
anaknya untuk menjadi raja akhirnya mengalah dan pergi ke wilayah Korea
Selatan dan mendirikan kerajaan Baekje. Tahun 19 SM Jumong meninggal di
usia 40 tahun.Goguryeo mengalami banyak perang dan akhirnya menang
melawan dinasti Tang. Namun perlahan-lahan kerajaan ini meredup dan
tunduk di bawah Dinasti Shilla yang mendapat bantuan Dinasti Tang China
pada tahun 668 M. (Serial Saeguk: JUMONG)
2) BAEKJE
Baekjedidirikan oleh Raja Onjo (anak So Suh No) anak ketiga dari
Jumong dan So suh no pada tahun 18 SM. Baekje bersama Goguryeo dan
Shilla menjadi tiga kerjaan yang terkuat di daratan Korea. Sayangnya
tahun 660 SM, Baekje pun takluk di bawah Shilla. (next drama on
production: Onju and Biryu, MBC 2011)
3) SHILLA
Silla/ShillaKerajaan Silla berdiri karena bergabungnya beberapa suku
yang tergabung dalam Jinhan Confederacy tahun 57 SM. Di Shilla pengaruh
China tidaklah sebesar Goguryeo dan Baekje. Tahun ke-2 M, perkembangan
Shilla semakin kuat setelah berhasil menaklukkan Kerajaan kecil Gaya.
tahun 660 M, bersama panglima terkenal Kim Yu Shin, Shilla berhasil
menaklukkan dua kerajaan besar saingannya.( Serial saeguk: The Great
Queen seon Deok).
Kerajaan Shilla bersatu
di bekas wilayah kerajaan Goguryeo, dinasti Tang China mendirikan
sebuah komunitas, begitu pula di Baekje. Akhirnya Shilla melumpuhkan
Dinasti Tang dan mengusir mereka. Shilla diserang kembali oleh Dinasti
Tang tapi Shilla berhasil mengalahkan prajurit dinasti Tang dan
meresmikan berdirinya dinasti Shilla bersatu. Kejayaan Shilla
pelan-pelan runtuh tahun 780. Dua ratus enam puluh tujuh tahun kemudian
kerajaan Shilla bersatu pun benar-benar runtuh. (film the Restless
mengambil setting menjelang keruntuhan dinasti Shilla bersatu.
4) BALHAE
Balhae didirikan 30 tahun setelah Goguryeo runtuh dan didirikan oleh
mantan jenderal Goguryeo Dae Jo Yeong. Kerajaan ini menempati wilayah
Korea Utara. kerajaan ini akhirnya tunduk pada dinasti China Khitan Liao
pada tahun 926 M.
5) GORYEO
adalah kerajaan yang menggantikan kekuasaan Shilla di bumi Korea
tahun 936 M. Goryeo sendiri berasal dari kependekan dari nama goguryeo
dan nama inggris dari Korea. Dinasti Goryeo ini berhasil mengkodifikasi
hukum dan layanan masyarakat. Kerajaan ini berhasil bertahan hingga
tahun 1392 setelah dikudeta oleh Taejo Joseon yang mendirikan Dinasti
Joseon.
6) DINASTI JOSEON
Adalah dinasti terlama dan terakhir dari Korea. Tahun 1392 setelah
Goryeo tumbang, Dinasti yang baru mulai didirikan oleh Jenderal Yi
Seong-gye, yaitu Dinasti Joseon. Ia menamakan kerajaan ini sebagai
Joseon untuk memberikan penghormatan terhadapGojoseon, yang merupakan
kerajaan pertama bangsa Korea. Yi seong gye memindahkan ibukota ke
Hanseong dan membangun Gyeongbokgung serta mengesahkan Konfusianisme
sebagai agama negara, yang akhirnya membuat para pendeta Buddha
kehilangan kekayaan dan kemakmuran. Dinasti Joseon menikmati
perkembangan yang sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan
kebudayaan. Contohnya adalah penemuan abjad Hangeul tahun 1443 oleh Raja
Sejong. Dinasti Joseon adalah dinasti yang memiliki usia pemerintahan
terpanjang di Asia Timur dalam milenium terakhir.
Dalam abad ke 19, Korea mencoba mengontrol pengaruh asing dengan
menutup semua perbatasannya untuk semua negara kecuali dengan Cina.
Tahun 1853 sebuah kapal perang Amerika Serikat, USS South America,
berlabuh di Busan selama 10 hari dan mengadakan kontak dengan
pejabat-pejabat Korea. Beberapa orang Amerika pernah terdampar di Korea
karena kapal mereka tenggelam pada tahun 1855 dan 1865, namun mendapat
perlakuan yang baik dari orang Korea dan mereka dipulangkan ke negara
asal lewat Cina. Walau demikian Choson tetap waspada terhadap
pihak-pihak asing dan juga tetangga mereka, Dinasti Qing.
Invasi Perancis ini terjadi karena pihak Kerajaan yang melakukan
pembantaian terhadap misionaris Katolik dari Perancis serta warga Korea
yang masuk Kristen. Kejadian ini membuat pasukan Perancis melancarkan
serangan pada musim gugur tahun 1866. Peperangan terjadi di Pulau
Ganghwa di lepas pantai Incheon dan tentara Korea berhasil dikalahkan
oleh pasukan Perancis yang memakai persenjataan modern.
*Pada tahun 1866, Jenderal Sherman (Amerika Serikat) melakukan
penculikan, pembunuhan dan perampokan terhadap warga pesisir pantai
Korea.
*Pada tahun 1871, militer Amerika Serikat kembali melancarkan
serangan terhadap Korea dan menewaskan 350 orang. Peristiwa ini disebut
Sinmiyangyo
Tahun 1894-1895 Jepang memenangkan perang dengan Dinasti Qing pada
Perang Sino Jepang yang membuat Jepang memaksa Korea membuka
pelabuhannya pada tahun 1876.
Pada tahun 1895 Maharani Myeongseong dibunuh oleh mata-mata Jepang.
Pada tahun 1897, Dinasti Joseon beralih menjadi Kekaisaran Han Raya
dengan Kaisar Gojong sebagai pemimpinnya. Pada tanggal 25 Juli 1905
secara efektif Korea sudah berada dalam wilayah prektorat Jepang dengan
paksaan tanpa adanya perjanjian dan persetujuan dari Raja Gojong.ada
tahun 1910 Jepang secara efektif menduduki Korea dalam Perjanjian
Aneksasi Jepang-Korea. Perjanjian ini dipakai oleh Jepang tanpa
menghiraukan kemarahan rakyat Korea yang tidak menyetujui perjanjian
yang tidak disahkan oleh Raja Gojong tersebut.
Korea diduduki Jepang dengan bentuk kepemimpinan Gubernur Jenderal
Korea sampai tahun 1945 ketika Jepang menyerah kepada tentara
sekutu.Jaringan transportasi dan komunikasi dibangun di seluruh wilayah
negeri oleh pemerintahan kolonial Jepang dan mengarah pada eksploitasi
rakyat Korea. Hanya sedikit manfaat yang didapat rakyat Korea dari
modernisasi ini, karena semua fasilitas hanya dibuat untuk melancarkan
kepentingan dan perdagangan Jepang. Beberapa kejahatan penjajahan Jepang
atas Korea:
Meruntuhkan Gyeongbokgung
Mengenakan pajak tinggi terhadap hasil pertanian serta mengekspornya
ke Jepang yang menyebabkan bencana kelaparan bagi rakyat Korea.
Menyiksa dan membunuh warga yang menolak membayar pajakKerja paksa membangun jalan
dan pertambanganPerbudakan seks terhadap wanita Korea.
Mengirimkan pekerja ke teritori Jepang lain untuk kerja paksa
Spekulasi wafatnya Raja Gojong bulan Januari 1919 karena diracuni
oleh mata-mata Jepang membuat rakyat melakukan aksi protes secara damai
di seluruh negeri pada tanggal 1 Maret 1919, peristiwa ini
disebutPergerakan 1 Maret. Dalam peristiwa ini tentara dan polisi Jepang
membunuh hampir 7000 orang Korea.Setidaknya 2 juta orang ikut ambil
bagian dalam pergerakan ini (Jepang mengklaim kurang dari 500 ribu
orang).
Banyak warga Kristen Korea juga terbunuh oleh tentara Jepang,
termasuk sebuah desa bernamaJeamri yang seluruh penduduknya dibinasakan
oleh Jepang karena mendukung perjuangan kemerdekaan. Pergerakan 1 Maret
ini telah menginspirasi pidato Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson
yang mendeklarasikan kebebasan hak asasi manusia.Pemerintahan
Provisional Republik Korea diresmikan di Shanghai, Cina setelah
terjadinya Pergerakan 1 Maret untuk memperjuangkan kemerdekaan Korea.
Pemerintahan provisional dianggap sebagai pemerintahan de jure dari
rakyat Korea dari tahun 1919 sampai 1948.Sentimen anti Jepang di Korea
terus mencuat, seperti pada peristiwa protes mahasiswa di seluruh Korea
pada bulan November 1929 yang membuat pengetatan peraturan militer tahun
1931. Kurikulum sekolah dimodifikasi untuk menghilangkan pengajaran
dalam bahasa Korea. Sekolah juga dilarang untuk mengajarkan
murid-muridnya mengenai sejarah Korea. Orang Korea dipaksa untuk
mengadopsi nama orang Jepang.Dalam perang dunia ke II, banyak pula warga
Korea yang dipaksa untuk menyokong usaha perang tentara Jepang.
AGAMA BUDDHA DI KOREA
Sebelum kedatangan agama Buddha, agama primitive di Korea menganggap
langit sebagai tuhan yang paling agung, yakni sesuatu yang melebihi
segala hal.selain itu, Shamanisme juga berakar mendalam bagi
warga Korea sebagai kepercayaan rakyat. Dengan demikian, warga Korea
pada masa itu mendatangi peramal atau dukun untuk menghilangkan nasib
buruk dan ketika berhadapan pilihan saat menghadapi pilihan-pilihan
yang penting.
- Sejarah Dan Masa Perkembangan Buddha Di Korea
Agama Buddha diperkenalkan di Korea pada Tahun 372 M pada
periode pemerintahan kerajaan Geguryeo oleh seorang biarawan bernama
Sundo yang berasal dari dinasti Qian Qin di China. Pada tahun 384
biarawan malanda membawa agama Buddha ke Baekje dari Negara bagian timur
Jin di china. Pada Masa kerajaan sila agama Buddha disebarkan Oleh
Bikhu Ado dari Goguryeo pada Pertengahan abad ke 5
Karena sesuai sebagai alat spiritual demi menciptakan struktur
pemerintahan berdasarkan Buddha, agama Buddha mendapat dukungan penuh
dari penguasa tiga kerajaan seperti raja yang berfungsi sebagai symbol
kekuasaan yang diagungkan
Peranan Korea pada sejarah agama Budda terletak pada kedudukannya
sebagai jembatan penyebrangan agama Buddha dari China ke Jepang.
Meskipun agama Buddha diteriama oleh kerajaan- kerajaan di berbagai
tempat, namun sejarah tidak mencatat kemajuan yang di bawa dari ajaran
Buddha.
Sampai abad ke enam, para biarawan dan pengrajin bermigrasi ke Jepang
dengan membawa kitab-kitab suci dan artefak untuk membentuk dasar bagi
terciptanya kebudayaan Buddha di sana.
Masa keemasan agama Buddha di Korea terjadi ketika Dinasti Wang ,
yakni pada abad ke 11. Di bawah perlindungan kerajaan, banyak kuil dan
biarav dibangun dan jumlah pemeluk agama Buddha meningkat secara tetap.
AGAMA BUDDHA DI JEPANG
- Agama Jepang pra masuknya Agama Buddha
Sebenarnya, sebelum agama konfusius dan Buddha memasuki
Jepang, pada saat itu keadaan agama Jepang masih berupa
kumpulan-kumpulan kepercayaan tanpa nama dari berbagai pemujaan alam,
arwah nenek moyang, dan shamanisme. Dengan kata lain, kepercayaan
masyarakat Jepang pada masa itu belum terorganisir.
Gambaran kehidupan sosial masyarakat Jepang tercermin dari istilah matsurigoto, yang
berarti pemerintahan atau upacara keagamaan. Pada waktu itu sulit untuk
memisahkan antara gejala alam dan sistem kepercayaan. Karena, semua
gejala alam dianggap mempunyai sifat anaimis dan setiap benda dianggap
mempunyai roh (spirit). Tiap-tiap suku mempunyai dewa tersendiri yang
kadang-kadang dianggap sebagai nenek moyangnya. Kepala sukupun tidak
saja bertindak sebagai pimpinan politik tapi juga bertindak sebagai
pendeta yang tertinggi.
Sebelum agama Buddha Menyebar di Jepang, terlebih dahulu seorang kaisar Jepang yang pertama dan sebagai kepala suku yamato yang
pertama yaitu Jimu Teno, sepakat untuk memeluk agama Shinto, yang pada
saat itu merupakan agama baru dimasa itu.simbol-simbol tradisional
kekuasaan suku Yamato terdiri dari tiga macam benda yaitu : cermin,
permata, dan pedang. Ketiga symbol tersebut menjadi symbol kekuasaan
yang diberikan oleh Amaterasu kepada cucunya, yaitu Ninigi No Mikoto.
Benda-benda tersebut melambangkan matahari, bulan, dan kilat.
Ketika Jepang yang pada saat itu sudah membentuk menjadi Negara,
bermaksud untuk membentuk sebuah persekutuan dengan Korea.[1] Antara
abad ketiga dank enam, Jepang mulai menerima berbagai pengaruh dari luar
melalui hubungan dengan Korea. Sekitar tahun 405 M, seorang sarjana
Korea bernama Wani. Memperkenalkan ajaran dan etika agama konfusius.
Berbagai paham dualism tao juga dimasukan ke Jepang. Tapi, semua unsur
luar yang masuk tidak satupun yang mengatasnamakan agama.
- A. Awal masuknya Agama Buddha ke Jepang
Dalam buku M.Ihsan Tanggok di jelaskan bahwa agama Buddha masuk
ke Jepang pada tahun 853 M atau abad ke-4 M. [2] tepatnya ketika
kerajaan Korea mengirimkan delegasi kepada kaisar Kimmeo Teno di Jepang.
Disamping membawa hadiah, delegasi tersebut juga meminta agar kaisar
dan rakyatnya memeluk agama Buddha [3]
Agama Buddha yang dalam bahasa Jepangnya disebut Bukkyo (Butsu :
Buddha, Kyo : ajaran) dipercaya mulai masuk ke Jepang lewat kerajaan
Baekje di Korea sekitar tahun 538. Beberapa tahun kemudian berbagai buku
dan literatur tentang Buddhism juga mulai masuk lewat negara China pada
masa dynasty Sui. 40 tahun kemudian Kaisar Jepang saat itu yaitu
Pangeran Shotoku (A.D. 574?621) meresmikan Buddha sebagai agama resmi
negara. Sebagai agama baru tentu saja tidak lepas dari penolakan dan
juga tekanan.
Pada masa pemerintahan militer Oda Nobunaga (534 - 1582), agama
Buddha mengalami masa suram karena pemerintah saat itu bersikap antipati
terhadap agama ini. Hal ini disebabkan karena pada masa itu muncul
banyak pemberotakan oleh rakyat menentang pemerintah yang kebetulan
didukung oleh pendeta Buddha khususnya dari sekte Tendai di kuil Hiei.
Pemberontakan akhirnya berakhir dengan penyerbuan ke kuil di yang
terletak di atas puncak bukit itu dan membunuh ribuan pengikutnya.
Pada masa Periode Meiji (1868-1912) pemerintah menetapkan Shito
sebagai agama resmi negara sehingga secara tidak langsung menempatkan
agama Buddha dalam posisi yang berseberangan. Pada masa itu banyak kuil
Buddha yang ditutup dan pemerintah memaksa para rahib untuk berkeluarga.
Sejak itu sampai sekarang banyak kuil yang beralih status menjadi Kuil
Keluarga yaitu kuil yang pengelolaanya dilakukan secara perorangan dan
wariskan secara turun temurun dari bapak ke anaknya.
Dikalangan para pemimpin dan rakyat Jepang, pro kontra terhadap
masuknya agama Buddha ini muncul, mereka yang kontra jika kaisar memeluk
agama tersebut khawatir jika hal itu akan menimbulkan kemurkaan dari
para dewa. Sedangkan mereka yang setuju karena mereka merasa tertarik
dengan kelebihan agama baru dibandingkan dengan agama bangsa sendiri.
Perbedaan ini menimbulkan konflik yang berkepanjangan, yang pada
akhirnya dimenangkan oleh pihak libreral atau mereka yang setuju akan
adanya agama Buddha. Suku toga menerima agama ini, sedangkan suku
suku-suku lainnya menolak karena dianggap menghina kepercayaan terutama
pada dewa mereka.
Tokoh utama dalam penyebaran agama Buddha di Jepang adalah Pangeran
ShotokuTaishi (547-621 M). yang selanjutnya menetapkan Agama Buddha
sebagai agama Negara, dan menerjemaahkan kitab suci Sadharma pindaruka, Vimalakirti, dan srinalasutera yang sangat berpengaruh dalam pembentukan filsafat Buddhis di Jepang.
Shotuku merupakan pribumi Jepang yang pertama yang bersungguh-sungguh
dalam memahami ajaran pemikiran agama Buddha dan memelu agam tersebut
dengan penuh keyakinan. Unsure terpenting ang dibawa agama Buddha ke
Jepang adalah Prinsip transeden dan pembelakangan dunia karena itu
pangeran Shotuku berpendapat bahwa “dunia adalah palsu” Kebenaran
hanyalah milik Buddha sendiri. Kemudian dia juga membuat Undang-undang
17 pasal, yang dasar utamanya adalah pengajaran agama Buddha. Diantara
17 pasal tersebut ada pasal-pasal yang menunjuk pada pada moral
diantaranya pasal ke 2 pangeran Shotuku menyebutkan “menghormati dengan
tulus dan ikhlas terhadap tiga hal yang utama yaitu, Buddha,
undang-undang, dan tempat peribadatan. Karena ini semua objek
kepercayaan di seluruh negeri[4]
Pada jaman pangeran Shotoku berkuasa, agama Buddha menguasai
menguasai kehidupan agama dikalangan istana, dan pada tahun 604 M. sudah
menjadi agama Negara. Pada tahun 607 M. di horyuji didirikan kelenteng
agama Buddha yang pertama di Jepang, yang kemudian menjadi tempat studi
umat Buddha.
Perkembangan Agama Budha pada Jaman Asuka dan Jaman Nara
Perkembangan agama Budha pada jaman
Asuka dan Jaman Nara dapat pula disebut dengan babak awal kedatangan
dan perkembangan Agama Budha di Jepang. Pada masa – masa awal penjajakan
Agama Budha di Jepang yaitu dengan penyesuaian dan adaptasi terhadap
kepercayaan asli rakyat Jepang, yaitu Shinto. Para biksu penyebar agama
Budha tetap melaksanakan ritual – ritual pemujaan nenek moyang milik
ajaran Shinto. Dengan begini agama Budha dapat terus berjalan dan
berkembang tanpa mempengaruhi ajaran Shinto.
Pada awal masuknya agama Budha di Jepang di jaman Asuka,
banyak penolakan yang terjadi. Pada masa pemerintahan militer Oda
Nobunaga, agama Buddha mengalami masa suram karena pemerintah saat itu
bersikap antipati terhadap agama ini. Hal ini disebabkan karena pada
masa itu muncul banyak pemberontakan oleh rakyat menentang pemerintah
yang kebetulan didukung oleh pendeta Buddha khususnya dari sekte Tendai
di kuil Hiei. Pemberontakan akhirnya berakhir dengan penyerbuan ke kuil
di yang terletak di atas puncak bukit itu dan membunuh ribuan
pengikutnya.
Akan tetapi pada jaman Nara, kepercayaan Budha semakin
berkembang. Penerapan ajaran agama Buddha dari China oleh Jepang
berdasarkan latar belakang karakter kebudayaan China, di mana
agama Buddha diterima oleh keluarga kaum bangsawan. Kaum bangsawan di
Jepang pada waktu itu adalah kaum intelektual yang biasanya di Jepang
juga para Damyo, kerabat kerajaan dan bangsawan – bangsawan lainnya.
Begitu kaum bangsawan menerima agama Buddha, maka penyebarannya ke
seluruh negeri berlangsung dengan cepat.
Pada jaman Nara terdapat enam sekte agama Budha cukup
terkenal dan memiliki cukup banyak pengikut. Kesemua sekte ini berasal
dari Tiongkok dan penyebarannya melalui beberapa negara – negara. Enam
sekte tersebut adalah sebagai berikut :
- Sekte Kegon, yang dalam bahasa Tiongkok adalah Hua-yen mengambil dari aliran Avatamsaka. Mempunyai pandangan dan kepercayaan bahwa semua yang ada di dalam ini dapat berhubungan erat dengan kosmik yang terwujud di dalam tubuh Buddha.
- Sekte Ritsu, merupakan pengembangan dari aliran Vinaya. Lebih ditekankan pada disiplin (vinaya) serta semata-mata merupakan alternatif akademik. Pada saat penyelamat alam yang ideal yang diperkenalkan adalah apa yang diajarkan Lotus Sutra dan penekanannya pada peranan umat seperti penjelasan dalam Vimalakitri Sutra.
- Sekte Kusha , yaitu aliran Abidharmakosha
- Sekte Shanron, mengambil dari aliran Tiga Kitab Suci dari Madyamika
- Sekte Hosso , mengambil dari aliran Dharmalaksana mengajarkan bahwa ada beberapa yang tidak bisa diselamatkan.
- Sekte Jojitsu, menganut aliran Satyasiddhi-sastra
Pada periode Nara para pengikut dari sekte – sekte
tersebut masih dalam kalangan Bangsawan dan petinggi – petinggi Damyo.
Hal tersebut dikarenakan ritualnya yang masih rumit, perlu pengetahuan
yang mendalam untuk mempelajarinya dan teks-teks ajaran Buddhanya yang
pada saat itu masih menggunakan dengan huruf Kanbun yaitu huruf – huruf
Cina kuno.
Selama periode Nara banyak biara yang dibangun,
bangunan-bangunan sakral tersebut mengikuti Arsitektur Tang seperti
biara terkenal Todaiji (terkenal dengan patung besar Buddha -Nara
Daibutsu) dan biara Horyuji yang dibangun dengan bahan dari kayu dan
berdiri sampai kini, biara Horyuji adalah bangunan yang dianggap tertua
didunia yang dibuat dari kayu. Bangunan-bangunan yang bergaya arsitektur
Tang lebih banyak dijumpai di Jepang daripada di Tiongkok sendiri, hal
ini disebabkan oleh peperangan-peperangan atau bencana alam yang sering
melanda Tiongkok dan bangunan-bangunan dari kayu lebih mudah terbakar.
Selama pemerintahan Nara (710-884) sesungguhnya agama Buddha telah menjadi agama negara. Kaisar Shomu secara aktif telah mempropagandakan agama ini dan membuat patung Buddha yang
besar di Nara serta menjadikannya sebagai pusat kebudayaan nasional. Di
tiap propinsi dibangun pagoda-pagoda dan sistem pembabaran Dhamma yang efektif sesuai dengan keadaan setempat.
2.3 Perkembangan Agama Buddha Pada Jaman Heian dan Kamakura
Dimulai pada Jaman Heian dimana
munculnya dua aliran atau sekte besar agama Buddha di Jepang. Dua
aliran tersebut adalah aliran Tendai dan Shingon. Kedua aliran tersebut
bertujuan untuk menyatukan serta merakyatkan agama Budha pada seluruh
masyarakat Jepang. Tidak hanya pada kaum bangsawan saja, akan tetapi
juga para rakyatnya.
Sekte Tendai didirikan di Tiongkok oleh biksu Zhiji pada
tahun 550 M. Pada tahun 804 seorang biksu Jepang bernama Saicho atau
Dengyo Daishi (767-822) datang ke Tiongkok dan belajar di gunung
Tiantai, propinsi Jejiang dan kembali pada tahun 805 lalu mendirikan
biara Enryakuji di gunung Hiei. Doktrin Tendai didasarkan pada Lotus
Sutra dan populer di kalangan atas termasuk Kaisar Kammu. Sekte Tendai
ini berpengaruh terhadap perkembangan sekte-sekte lainnya.
Sekte Shingon atau "Kata Kebenaran" didirikan oleh biksu
Kukai atau Kobo Daishi (774-835). Dia juga pergi ke Tiongkok dan belajar
Buddhisme di Changan selama dua tahun dan kembali pada tahun 806, ia
adalah seorang biksu yang berasal dari kelas bangsawan serta populer dan
terkenal di Jepang. Kukai mendirikan biara di gunung Koya dekat Osaka.
Sekte Shingon ini berfokus pada Buddha universal.
Pada jaman Kamakura ada dua aliran yang diperkenalkan di
Jepang dari Tiongkok yaitu sekte Jodoshudan Zen, kedua sekte ini
berfokus pada ajaran Amida (Amithaba atau O- mi-to-Fo) sebagai jalan
menuju keselamatan manusia dan yang terakhir adalah sekte Nichiren.
Ritual dan ajaran sekte-sekte ini lebih praktis, mudah diikuti dan tidak
terlalu rumit serta popular dikalangan rakyat kebanyakan.
Sekte Jodo Shu didatangkan dari Tiongkok oleh biksu Honen
(1133-1212), ia mendirikan sekte ini pada tahun 1175. Honen mengecam
formalisme dan kecendrungan biara Buddha yang menyendiri pada masa
hidupnya. Sekte Zen juga berasal dari Tiongkok, sekte ini terbagi dalam
dua cabang aliran yaitu aliran Rinzai dan aliran Soto. Sekte Zen
memiliki keyakinan bahwa pencerahan yang sempurna dicapai dengan
meditasi dibawah tuntunan seorang guru. Zen popular dikalangan Samurai
yang menghargai disiplin diri dan tidak mementingkan pelajaran kitab
suci. Dari sekte Zen ini muncullah banyak karya seni serta budaya baru
di Jepang. Seperti lukisan – lukisan dan ukiran di wihara Zen yang unik
dan juga Chanoyu serta Judo juga merupakan hasil budaya dan seni dari
sekte Zen.
Sedangkan Sekte Nichiren adalah sekte yang paling
terkenal dan memiliki banyak pengikut sampai saat
ini. Sekte ini didirikan pada tahun 1253 oleh seorang biksu Tendai
berasal dari keluarga nelayan dari Kanto bernama Nichiren (1222- 1282),
namanya menjadi nama sektenya sendiri dan dikenal juga dengan nama sekte
Lotus. Ajaran Nichiren mengutamakan Sutra Lotus daripada Amithaba serta
mantera "Nam-myoho-renge-kyo". Sekte Nichiren ini disebut juga sebagai
Buddhisme Jepang dan sekte yang berasal dari Jepang sendiri dan pusatnya
terletak di gunung Minobu sampai sekarang, pribadi Nichiren sering
dianggap sebagai seorang yang berkarakter aggresif, dominan dan tidak
toleran terhadap sekte-sekte Buddha lainnya di Jepang.
Perkembangan agama Buddha di Jepang
telah mengalami pasang surutnya dalam sejarah, pada masa pemerintahan
Oda Nobunaga (1534-1582) dan Toyotomi Hideyoshi (1536-1598) yang dikenal
pernah mengaggresi Korea dua kali pada abad ke-16, agama Buddha
mengalami penindasan terutama dengan sekte Jodo. Popularitas dan
pengaruh agama Buddha di Jepang berkurang mulai pada pertengahan abad
ke-19 atau awal dari restorasi Meiji, karena digantikan oleh
pengkultuskan terhadap Kaisar Jepang dan promosi Shinto sebagai agama
negara, situasi ini mulai berubah setelah perang dunia kedua dan Jepang
memasuki era demokrasi dan negara modern.
Perbandingan Ajaran Buddha Jepang Dengan Negara Lain
Pada mulanya memang agama Budha masuk ke Jepang melalui
Korea, Cina dan India. Akan tetapi seiring berkembangnya ajaran Buddha
di Jepang, ajaran Budha di Jepang memiliki keunikan tersendiri dan
perbedaan – perbedaan dalam dasar alirannya yang membedakan dengan
Negara – Negara lain.
India merupakan asal muasal dari agama Budha yang berasal dari ajaran
seorang petama yang bernama Sidharta Gautama dengan kitab Tripitaka.
Adanya pepatah Ashy Ajatang Abhutang Akatang Asam Khatang “suatu yang
tidak dilahirkan, tidak dijelmakan, tidak diciptakan dan mutlak.
Sedangkan di India sendiri sempat mengalami perpecahan dan kemrosotan
sekitar 1.600 thn setelah budha meninggal, abad ke-12 budha benar2 sirna
dari India. Lalu diperkenalkan dari Srilangka pada akhir abad ke-19 M,
700 thn sebelumnya tidak ada agama Budha di India.
Di Korea penyebar aliran ajaran Budha memiliki dukungan
yang cuup besar dari pemerintahnya. Kebanyakan oaring yang menganut
agama Budha akan bernasib baik dengan adanya aliran dana dari pemerintah
untuk mengembangkan ajaran Buddha. Walaupun di Korea terdapat “Human
Right Watch”, akan tetapi pemerintah tetap memberikan keuntungan lebih
pada para pemganut ajaran Budha. Hal tersebut menjadikan penganut Buddha
di Korea mencapai 1.082.000 jiwa yaitu 40% dari jumlah seluruh penduduk
Korea.
Sedangkan di Cina, perbedaan mendasar terdapat alirannya.
Rakyat Cina sangat menentang aliran Hinayana. Aliran Hinayana adalah
aliran Buddha yang memilki aturan yang ketat dimana para pengikutnya
harus meninggalkan kepentingan duniawi untuk beribadah. Sehingga
menggunakan ajaran Buddha yang dapat berkolaborasi dengan budaya
setempat dan tetap mempertahankan kepentingan – kepentingan duniawi
seperti bekerja dan sebagainya.
Sedangkan di Jepang sendiri banyak sekali keunikan serta
budaya yang muncul karena pengaruh ajaran Buddha. Seperti seni Zen yang
telah dijelaskan sebelumnya. Menghasilkan budaya – budaya baru untuk
Jepang. Dan banyak sekte – sekte yang muncul di tiap – tiap jaman
sehingga memunculkan pasang surut aliran agam Buddha. Di Jepang sendiri
memperbolehkan para Biksu untuk menikah. Hal tersebut dilakukan untuk
memunculkan penerus yang mengembangkan ajaran Buddha. Setelah para Biksu
itu merasa cukup tua dan anaknya mampu untuk meneruskannya, biksu itu
akan menyendiri sesuai dengan ajaran Budha yaitu terlepas dari
kepentingan – kepentingan duniawi
Pada masa pemerintahan Nara (710-784) Agama Buddha mengalami
perkembangan pesat hal ini karena banyak suku dan bangsawan berpengaruh
lagi terpandang memeluk agama Buddha. Sehingga berdampak pada tata
administrasi pemerintahan yang cukup besar. Disamping itu, penguasa juga
berpendapa bahwa agama Buddha adalah sarana yang tepat Untuk mencapai
kesejahteraan hidup dan bangsa.[5] Oleh karenanya, perhatian pemerintah
terhadap agama Buddha begitu besar serta memberikan bantuan yang besar
pula terhadap agama Buddha. Sehingga, pada tahun 655 M dikeluarkanlah
ketetapan pemerintah yang mengharuskan kepada setiap masyarakat Jepang
untuk mendirikan bustudan[6]
Periode ini ditandai juga dengan munculnya beberapa sekte dalam agama Buddha di Jepang yaitu :
- Sanron,
- Hosso,
- Kegon
Yang termasuk dalam sekte Mahayana dan juga,
- Jojisu
- Kusha
- Ritsu
Yang termasuk dalam sekte therevada.
Diantara ke enam sekte tersebut, tiga diantaranya masih bertahan hingga saat ini. Yaitu, sekte Hasso yang erpusat di kelenteng Kofukuji dan Yakushiji, sekte Kegon dengan Pusat di kelenteng Todaiji sekte Ristu dengan pusatnya di kelenteng Toshodaiji. [7]
Seiring dengan perkembangan agama Buddha di Jepang, pada
tahun 710 banyak sekali kuil dan vihara yang dibangun di ibukota Nara,
seperti pagoda lima tingkat dan ruang emas horyuji, atau juil Kofukuji.
Banyak sekali lukisan dan patung dibuat, pembuatan seni Buddha di
Jepang mencapai Puncaknya Pada saat ini.
Pada periode selanjutnya, pada masa kekuasaan Heian 794 M
muncul usaha usaha untuk me,adukan kepercayaan dan tradisi asli Jepang
dengan agama Buddha antara lain :
- Saicho[8]
Mengajarkan Bahwa sebenarnya dewa-dewa agama Buddha sama dengan Dewa-dewa dalam agama Shinto, yang disebut kami[9]
- kukai[10]
mengajarkan bahwa dewa tertinggi dalam agama Shinto adalah sama
denga dewa tertinggi dalam agama Buddha sehingga tidak ada perbedaan
antara keduanya, dalam hal pemujaan[11]
memasuki abad ke 13 M. karena terjadinya gejolak
perselisihan dan perebutan antara penguasa Negara, maka munculah
beberapa sekte di Jepang.
- Sekte Zen[12]
Sekte zen merupakan buah jalur asal dengan ajaran Boddhidarma.
Di China. Yang tujuannya untuk memindahkan pikiran Buddha secara
langsung kedalam pikiran para pemeluknya mengajarkan dan menjelaskan
bahwa pencerahan haya diperoleh melalui pikiran intuitif. Sekte zen
pada akhirna dibagai lagi menjadi dua golongan besar yaitu :
- Soto zen dengan tokohnya Dogen[13]
sekte ini banyak dianut oleh kaum petani dan dan bergerak dalam bidang social
- Rinzai dengan tokohnya Eisai[14].
Sekte ini berkembang dikalangan militer dan aristokrat serta menjadi tulangpunggung kelas pengeuasa dan militer.
- Sekte Amida
sekte amida dikenal juga dengan sebutan ‘tanah suci’ yang
mengemukakan ajaran keselamatan dengan cara mempercayai kepada Buddha
secara mutlak dan dengan menyebut amida seeorang akan mendapat keselamatan. Objek pemujaannya adala patung Amida Buddha, serta dilengkapi dengan patung Bodisatva Kwan On yang melambangkan kemurahan, dan patung deiseishi sebagai lambing kebijaksanaan.
- Sekte Nichiren Sozu
Sekte ini didirikan oleh nichiren[15] mempunai ideology yang
ingin mengembalikan agama Buddha kepada bentuknya yang murni yang akan
dijadikan sebagai perbaikan bagi masyarakat di Jepang. Dan menolak
ritualisme dan sentimentalisme sekte Amida, Melawan semua kesalahan,
agresif, dan bersifat eksklusif
- Secara geografis, Jepang terletak pada jalur sutera, oleh sebab itu Jepang bisa menyimpan banyak aspek agam Buddha ketika agam ini mulai hilang dari asalnya di India dan selanjutnya di Asia tengah dan Tiongkok[16]
Pada umumnya, ketika membicarakan tentang Buddha di Jepang
selalu merujuk pada sekte Buddha Zen. Demikian juga dengan Budaya yang
sama sekali tidak bisa dipisahkan dari peran Buddha Zen. Kuil Buddha di
Negara ini selain berfungsi sebagai tempat ibadah, juga juga berfungsi
sebagai tempat wisata
Buddha di Jepang Zaman Modern
Dinamika kehidupan beragama khususnya agama Buddha di Jepang pada
pada Zaman Modern sangat berbeda dengan pola kehidupan masyarakat
Jepang pada masa lalu Namun, kendati demikian tradisi keagamaan dan
budaya mereka sangat eksis. Karena mereka selalu mempertahankan warisan
moyangnya.
Dalam era modern, Buddhisme ini ditandai dengan keragamannya. Di
beberapa negara adalah lembaga budaya.Dalam beberapa hal itu sangat
terlibat dalam konflik politik.Beberapa pemerintah yang bertentangan
dengan agama Buddha telah mencoba untuk menghancurkannya. Di
negara-negara lain, Buddhisme hanya menjadi mapan atau berkembang dalam
bentuk baru.
Di beberapa negara, agama Buddha telah menjadi bagian integral dari
lanskap budaya. Di negara-negara, ada ribuan candi, besar dan
kecil. Beberapa museum di mana karya-karya sejarah seni Buddhis yang
ditampilkan dan arsitektur yang luar biasa dan lanskap yang
ditampilkan. Candi lain tempat berkumpul bagi penduduk setempat. Orang
mungkin menemukan pasar loak bulanan atau samping toko souvenir
berdampingan dengan orang yang berpartisipasi dalam ritual memperingati
kerabat almarhum. Ada universitas terkemuka di mana Buddha tradisi
Buddhis yang diajarkan. Ritual Buddhis kepentingan nasional, seperti
dering lonceng kuil di malam tahun baru di Jepang, masih menarik
kerumunan besar. Sementara beberapa pengalaman iman Buddhis mereka
intens, yang lain mengatakan mereka berpartisipasi dalam ritual karena
alasan budaya, bukan sebagai masalah keyakinan.
Di negara lain, agama Buddha telah bertentangan dengan pemerintah. Di
Cina, praktek Buddhisme berkecil hati bagi sebagian besar abad
ke-20. Candi dan karya seni hancur, dan biarawan dan biarawati dipaksa
untuk kembali ke kehidupan sekuler. Buddhisme di Cina itu hampir hancur,
dan baru mulai pulih. Pemerintah Cina juga berasimilasi Tibet, memaksa
pemimpin politik dan keagamaan, Dalai Lama ke-14, untuk meninggalkan
negara. Di Tibet, kuil dan seni juga hancur dan biarawan dan biarawati
dibunuh atau dipenjara.
Di Burma (Myanmar), biksu Buddha baru-baru ini memprotes pemerintah
saat ini atas resiko sendiri. Buddha juga telah terlibat dalam konflik
politik di Sri Lanka, Kamboja, Laos, Vietnam, dan Thailand.
Ada kesempatan di mana bhikkhu telah mengangkat senjata dan ikut
serta dalam konflik militer. Di Tibet, beberapa biarawan menjadi
pejuang, sementara yang lain menggunakan metode-metode protes damai dan
dipenjara atau menghadapi tembakan dari polisi atau tentara. Bahkan
sebelum peristiwa ini, beberapa biarawan Tibet yang terlibat dalam
konflik bersenjata antara biara-biara saingan. Selama Perang Vietnam,
beberapa biksu Buddha menjadi tentara Vietnam Utara.
Selama era shogun di Jepang, orang militer mengambil praktik
Buddhis sebagai cara untuk menumbuhkan disiplin diri dan menjadi
pejuang yang lebih baik. Beberapa biksu Budha Jepang dan sarjana
diperbaharui tradisi ini untuk mendukung nasionalisme mereka selama
Perang Dunia II.
Satu dapat melihat tema Buddha dalam karya seni di seluruh
Asia. Buddhisme juga amat menonjol dalam budaya populer Asia, di mana
orang dapat melihat film atau anime dengan tema Buddhis atau karakter
Buddha. Para bermoral atau merosot biksu Buddha adalah stereotip sering
dalam sastra dan film, seringkali karakter komik.
[1] Djam anuri, Agama Jepang. H.21-22
[2] M. Ikhsan tanggok. Agama Buddha. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009 hal. 28
[3] Mukti Ali. pengantar Agama-Agama Dunia. IAIN Sunan Kalijaga press, Yogyakarta 1988, hal 140
[4] Djam anuri, Agama Jepang. Hal.22
[5] Djam anuri, Agama Jepang. Hal.24
[6] Adalah tempat pemujaan Buddha, yang diharuskan bagi setiap warga Jepang untuk mendirikannya.
[7]Djam anuri, Agama Jepang. Hal.24
[8] seorang tokoh penting yang telah mengadaka pembaharuan di dalam agama Buddha, hidup pada tahun 767-822
[9] Motoori Nironaga. Seorang sarjana dan pembaharu agama Shinto abad
modern , menjelaskan mengenai maksud kami tersebut :”istilah kami pada
mulanya diterapkan kepada berbagai macam dewa langit dan bumi yang
disebutkan dalam catatan-catatan kuno , dan juga terhadap sepirit mereka
(mi-tama)yang berdiam di tempat tempat suci dimana mereka
dipuja. Dan lagi bukan hanya manusia tetapi juga burung-burung, bintang,
tumbuhan, pohon, laut, gunung-gunung, dan semua yang benda yang lain
apapun bentuknya yang patut ditakuti dan dipuja sebab kekuasan yang luar
biasa dan tinggi yang mereka miliki semua disebut kami. Mereka
tidak memerlukan sifat keistimewaan sebab kemuliaan, kebaikan, atau
kegunaan yang luar biasa wujud-wujud yang mengerikan jga disebut dengan kami apabila mereka juga sebagai objek yang pada umumnya juga ditakuti. Diantara kami yang berwujud manusia yaitu mikodas, diantarav lainnya adalah Guntur atau dewa suara (kaminaru); naga, gema atau sepirit pohon (kodama), dan rubah yang dianggap kami karena sifatnya yang mengerikan dan menakutkan. Istilah kami dipergunakan dalam kitab nihongi dan manyoshiu, sebuah puisi kumpulan kuno terhadap harimau dan serial. Dalam berbagai kejadian, laut dan gunung-gunung disebut dengan kami,
ini bukan dimaksudkan sepirit sepirit mereka . dunia yang dihadapi
langsung dalam wujud laut dan gunung-gunung itu sendiri, merupakan wujud
yang menakutkan
[10] Tokoh penting yang berkontribusi dalam pembaharuuan agama Buddha, hidup pada tahun 774-835.
[11] Mukti Ali (pengentar). Agama-agama di Dunia h.141
[12] Kata zen dalam bahasa sansekerta sebenarnya memiliki arti sama dengan dhyana yang berarti perenungan yang tenang. Atau aktifitas merenung.
[13] Pendeta yang hidup pada 1200-1252 M.
[14] Seorang pendeta tendi yang hidup pada 1141-1215 M.
[15] Nichiren (1222-1282) adalah tokoh utama dalam sejarah Jepang yang giat dalam usaha pembaharuan sosial
[16] Smith, Huston. Agama-agama Manusia. Yayasan obor Indonesia, Jakarta, 1995,hal. 175
Langganan:
Postingan (Atom)